Rupiah Makin Lemah, Ini Kata Presiden

Media Apakabar.com
Kamis, 06 September 2018 - 10:40
kali dibaca
foto: Int 
Mediaapakabar.com-Semakin lemahnya nilai tukar rupiah hingga hampir ke level Rp 15.000 terhadap dolar Amerika Serikat (AS), membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara.     

Jokowi terbilang sangat jarang memberikan penjelasan terkait nilai tukar mata uang Garuda. Dirinya selalu menginstruksikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk memberikan penjelasan terkait hal tersebut.    


Namun, kali ini orang nomor satu du Indonesia itu memberikan penjelasan terkait dengan fenomena depresiasi rupiah. Bahkan, Mantan Wali Kota Solo ini membeberkan jurus pemerintah menghalau keperkasaan dolar AS.    


Ia mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh faktor eksternal. Hal tersebut terlihat dari fakta melemahnya mata uang negara lain terhadap kurs negara Paman Sam tersebut.  


" Ini faktor eksternal yang bertubi-tubi. Baik yang berkaitan dengan kenaikan suku bunga di AS, baik yang berkaitan dengan perang dagang AS dan China, baik yang berkaitan dengan krisis di Turki dan Argentina," kata Jokowi pada Rabu (05/09/2018)/    


Pemerintah bersama otoritas terkait akan terus mewaspadai kondisi ini, sehingga rupiah bisa bertahan dari gempuran dolar AS. Kondisi ekonomi dalam negeri pun akan terus dijaga agar menguatnya dolar tak banyak berpengaruh ke kondisi di masyarakat.  


" Saya terus melakukan koordinasi di sektor fiskal, moneter, industri dan para pelaku usaha. Saya kira koordinasi yang kuat ini menjadi kunci sehingga jalannya itu segaris semuanya," ujar Jokowi.  

Adapun fokus saat ini mengurangi defisit transaksi berjalan dengan menggenjot ekspor dan mengurangi impor. Investasi juga harus terus ditingkatkan agar pondasi ekonomi dalam negeri bisa terus diperkuat.  


" Target saya sudah saya berikan agar dalam satu tahun betul-betul ada perubahan di penyelesaian defisit transaksi berjalan," kata Jokowi     

Langkah awal sudah dilakukan dengan kewajiban penggunaan solar bercampur minyak kelapa sawit 20% (B20). Hal ini ditempuh untuk memangkas impor minyak, dalam rangka mengurangi defisit transaksi berjalan (current account deficit).    

"Ini akan mengurangi impor minyak yang nggak sedikit. Perkiraan kita ini 5 hingga 6 miliar US$. Kemudian kalau CPO kita pakai sendiri untuk B20 maka suplai ke pasar turun, sehingga kami harapkan harga CPO juga naik. Ini sudah merangkak naik," kata Jokowi.    

Kemudian adalah peningkatan kandungan dalam negeri. Hal ini juga guna mengurangi ketergantungan akan impor.
Nilai tukar dolar AS diketahui tak berhenti menunjukkan penguatannya terhadap rupiah. Dolar AS bahkan sempat menyentuh level Rp 14.999.     

Langkah jangka pendek BI dalam menstabilkan nilai rupiah, kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, yang pertama adalah mempererat koordinasi dengan pemerintah dan OJK. Koordinasi yang dimaksud adalah dalam menerbitkan dan menjalankan suatu kebijakan.    

Kedua, melakukan penyesuaian suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate. Tujuannya, agar surat berharga negara (SBN) tetap menarik bagi investor, sehingga ada arus modal masuk ke Indonesia.   

" Bagaimana suku bunga kita masih menarik investasi masuk portofolio apalagi pemodal asing ini milih-milih dari imbal hasil," jelas dia.    

Ketiga, bersama dengan pemerintah dan stakeholder menurunkan defisit transaksi berjalan. Tercatat, defisit sepanjang kuartal II mencapai US$ 8 miliar atau lebih tinggi dari periode kuartal I yang mencapai US$ 5,7 miliar.    

Langkah keempat, kata Perry, otoritas moneter akan selalu berada di pasar untuk melakukan intervensi, baik di pasar valas maupun pasar SBN. Untuk intervensi, setidaknya BI sudah menggelontorkan dana sekitar US$ 11,9 miliar.   

Sedangkan yang terakhir, Bank Indonesia menyediakan fasilitas swap dengan tarif barter valas yang lebih murah.  (***/joel)

















Share:
Komentar

Berita Terkini