REFLEKSI HARI PANGAN (Wujudkan Secara Mandiri Ketahanan Pangan Di Lingkungan Rumah)

armen
Jumat, 16 Oktober 2020 - 17:46
kali dibaca




Oleh : Wahyu Nur Sodiq

Mediaapakabar.com-Tanggal16 Oktober merupakan Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tahun.   Peringatan ini diambil sesuai dengan hari berdirinya Asosiasi Pangan dan Pertanian  yakni Organisasi dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa  pada 16 Oktober 1945. Tujuan memperingati hari pangan ini adalah tercipta kesadaran tentang adanya masalah obesitas dan gizi buruk akibat kelaparan. Masa itu sebanyak 150 negara anggota berpartisipasi dalam perayaan tersebut dengan mengadakan kegiatan dan acara untuk mengakhiri kelaparan dan mempromosikan gaya hidup sehat.

Tahun 2020 hari pangan di peringati dengan mengambil sebuah Tema menarik untuk di bahas, yakni "Grow, Nourish, Sustain" atau Tanam, Pelihara, dan Lestarikan Bersama. Melihat sebuah kenyataan bahwa saat ini dunia menghadapi krisis global kesehatan, hingga berujung pada ekonomi yang melesu dan memburuk, membuat pemimpin-pemimpin negara berfikir untuk bisa kembali membangkitkan laju pertumbuhan ekonomi.

Pandemi covid-19 yang terjadi saat ini membawa dunia dan kehidupan manusia mengalami krisis kesehatan yang berdampak pada semua dimensi kehidupan. Orang merasa terancam, panik dan ketakutan, ekonomi mandeg, pembangunan tersendat, dan semua rencana yang telah dibuat tidak dapat berjalan bahkan harus dibatalkan melalui program refocusing anggaran untuk penanganan covid-19. Oleh karenanya “New normal” menjadi alternatif dan strategi untuk bangkit karena kehidupan tetap harus berjalan. Dalam situasi ketidakpastian seperti ini, pangan merupakan salah satu penopang yang penting karena pangan adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia. 

Terlebih pada saat pandemi virus ini asupan makanan untuk stamina dan ketahanan tubuh seseorang sangat dibutuhkan. Oleh karena itu ketersediaan pangan untuk setiap orang dan semua orang menjadi perhatian pemerintah.

Penulis mengamati dari bulan Mei 2020 hingga saat ini akibat dari pandemi covid-19 masyarakat yang terdampak secara sosial ekonomi membutuhkan bantuan. Dan pemerintah pusat sampai pemerintah daerah merefocusing anggaran untuk dialokasikan membantu masyarakat yang terdampak, menyediakan Jaring Pengaman Sosial. Bantuan itu berupa bantuan sembako, hingga bantuan uang tunai untuk stimulus membangkitkan ekonomi keluarga. Tidak hanya itu, bahkan banyak perusahaan-perusahaan bekerjasama dengan organisasi sosial untuk membantu masyarakat yang terdampak sosial dari rumah ke rumah membagikan sembako untuk memenuhi kebutuhan makan masyarakat-masyarakat itu.

Bayangkan, berapa juta orang yang perlu dibantu. Jika keadaan seperti ini terus maka ketersediaan pangan juga harus banyak agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Jangan sampai lahir kelaparan di negeri kita tercinta ini. Disamping memenuhi kebutuhan pangan, kebutuhan nutrisi masyarakat juga perlu difikirkan. Kenyataan seperti ini perlu untuk kita semua bertindak merubah cara berfikir agar bisa memenuhi kebutuhan pangan dan nutrisi sendiri, hingga bisa membangkitkan ekonomi keluarga secara sederhana dan mandiri.

Untuk mewujudkan hal seperti di atas peran dan fungsi keluarga menjadi penting dan utama. Keluarga perlu mulai menunjukkan kepedulian akan kualitas pangan terutama dengan memanfaatkan pekarangan rumah, atau memanfaatkan lahan sempit sekeliling rumah, misalnya menanam berbagai jenis sayuran, buah-buahan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan menjadikan keluarga sehat dan semakin bermartabat.

Di zaman sekarang, secara sadar atau tidak sebenarnya kita sudah terseret kedalam arus "instanisasi". Semua serba instan dan ingin cepat tanpa proses yang lama. Memang benar bahwa kita sebagai manusia memenuhi kebutuhan berdasarkan kemampuan finansial kita. Misalnya, kita mau beli sayuran harus ada uang. Pertanyaan, apakah jika tidak ada uang kita gak bisa membeli sayuran, atau kebutuhan pokok lainnya?. Disinilah dituntut kita menyadari bahwa kita punya kemampuan dan kesempatan lain untuk memenuhi kebutuhan pokok itu secara mandiri. 

Menanam sesuatu yang bermanfaat, sehat, segar dan berkualitas di pekarangan rumah atau lahan-lahan kosong tidaklah sulit. Misalnya sayuran, cabai, buah-buahan, atau beternak itik, ayam, lele. Apalagi teknologi pertanian modern telah pula menawarkan macam-macam bentuk media tanam yang dapat dilakukan untuk bercocok tanam kapan dan di manapun, misalnya kebun hidroponik, tampulapot dan sebagainya.

Bercocok tanam adalah sebuah alternatif murah dan mudah untuk menyediakan dan mencukupi kebutuhan pangan skala kecil dalam keluarga dan komunitas. Bercocok tanam dapat pula menjadi peluang ekonomis. Kegiatan bercocok tanam sungguh sangat memungkinkan ketika kita dipaksa tinggal di rumah karena covid-19. 

Kegiatan bercocok tanam juga memiliki dampak ekologis, yakni mendekatkan dan menyadarkan diri kita pada Bumi atau lingkungan hidup sebagai sumber dan anugerah Tuhan yang telah diberikan kepada kita. Kita harus tangguh melawan covid-19 dengan berfikir dari pribadi, diwujudkan bersama-sama agar keluarga mandiri, dan desa-desa kita bisa makmur tangguh secara pangan. Kita harus berani memulai menumbuhkan berbagai macam makanan (grow) untuk memenuhi kebutuhan fisik kita agar bertahan hidup (nourish) dengan tujuan akhir menjaga dan melestarikan semangat hidup bersama-sama (sustain).
Share:
Komentar

Berita Terkini