Tewaskan 10 Orang, AS Akui Salah dalam Serangan di Afghanistan

REDAKSI
Sabtu, 18 September 2021 - 04:53
kali dibaca
Ket Foto : Amerika Serikat mengakui kesalahan saat melakukan serangan di Afghanistan pada 29 Agustus lalu yang menewaskan 10 warga sipil. (AP/Sgt. Isaiah Campbell)

Mediaapakabar.comMenteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin meminta maaf atas serangan pesawat tak berawak di Kabul, Afghanistan pada 29 Agustus lalu. Militer AS mengakui bahwa serangan itu adalah sebuah kesalahan.

Serangan itu menargetkan kendaraan yang salah sehingga menewaskan 10 warga sipil, tujuh di antaranya adalah anak-anak. Berdasarkan hasil investigasi kendaraan tersebut bukanlah ancaman yang terkait dengan ISIS-K.


"Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada anggota keluarga yang masih hidup dari mereka yang terbunuh. Kami meminta maaf, dan kami akan berusaha untuk belajar dari kesalahan mengerikan ini," kata Austin, dikutip dari AFP.


Jenderal tertinggi Komando Pusat AS, Frank Mckenzie menjelaskan serangan itu terjadi lantaran militer AS mengira kendaraan tersebut merupakan ancaman saat AS mencoba mengevakuasi warga Afghanistan.


Menjelang serangan, ooperator pesawat tak berawak itu mengawasi seorang pengemudi laki-laki yang dinilai mencurigakan.


"Serangan ini dilakukan dengan keyakinan yang sungguh-sungguh bahwa itu akan mencegah ancaman yang akan segera terjadi pada pasukan kami dan para pengungsi di bandara, tetapi itu adalah kesalahan yang mengerikan," kata Mckenzie, dikutip dari CNNIndonesia.com.


Dia juga menyampaikan permintaan maaf lantaran pasukannya salah sasaran.


"Saya menyampaikan permintaan maaf yang tulus," kata Mckenzie.


Kelompok hak asasi manusia Amnesty International menilai pengakuan kesalahan ini adalah langkah yang penting untuk akuntabilitas. Namun, militer dan pemerintah AS juga harus mengambil langkah lain seperti membayar ganti rugi kepada anggota keluarga.


"AS harus berkomitmen untuk melakukan penyelidikan penuh, transparan, dan tidak memihak atas insiden ini. Siapa pun yang diduga bertanggung jawab pidana harus diadili secara adil," kata aktivis Amnesty International Brian Castner. (AFP/CNNI)

Share:
Komentar

Berita Terkini