Markas Partai Suu Kyi di Myanmar Dilempari Bom Molotov

REDAKSI
Jumat, 26 Maret 2021 - 11:43
kali dibaca
Ket Foto: Ilustrasi. (AP/Aung-Shine)


Mediaapakabar.comMarkas Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai pemimpin de facto Myanmar yang dikudeta militer, Aung San Suu Kyi, menjadi sasaran serangan bom molotov pada Jumat (26/3/2021) pagi.

Seorang anggota partai NLD, Soe Win, mengatakan bahwa serangan di markas yang terletak di Kota Yangon tersebut terjadi sekitar pukul 04.00 waktu setempat.


"Tampaknya seseorang menyalakan bom molotov dan melemparkannya ke markas," ujar Soe Win kepada AFP dilansir dari CNNIndonesia.com, Jumat, 26 Maret 2021.


Lemparan bom molotov itu memicu kobaran api di gedung markas NLD. Ketika penduduk melihat kobaran api, mereka langsung menelepon tim pemadam.


"Api akhirnya padam sekitar pukul 05.00," ujar Soe Win.


Menurut Soe Win, kobaran api itu hanya merusak bagian depan gedung. Saat ini, para anggota partai pun sudah dapat memasuki gedung untuk memeriksa kerusakan lebih jauh.


"Kami harus memasukkan laporan ke kepolisian. Kami tidak tahu siapa yang melakukan ini. Namun, ini sama sekali tidak baik," ucap Soe Win.


Insiden ini terjadi menjelang Hari Angkatan Bersenjata, ketika militer biasanya memamerkan kekuatan mereka dalam parade tahunan.


Momen perayaan tersebut dikhawatirkan dapat memicu bentrokan baru antara militer dengan demonstran yang sudah menggelar aksi selama sebulan belakangan.


Gedung markas NLD ini sendiri sempat menjadi titik utama demonstrasi di awal gelombang unjuk rasa usai militer mengkudeta pemerintahan sipil pada 1 Februari lalu. Namun kini, demonstrasi anti-kudeta itu lebih sporadis di berbagai titik di Myanmar.


Aparat keamanan pun lebih brutal menanggapi demonstran. Mereka kerap menembakkan gas air mata, peluru karet, hingga peluru tajam ketika berhadapan dengan pengunjuk rasa.


Hingga kini, sejumlah kelompok pemantau melaporkan setidaknya 320 orang meninggal akibat bentrokan dalam rangkaian demonstrasi itu. Namun, junta militer melaporkan kematian sejauh ini hanya mencapai 164 orang. (CNNI/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini