Pengaruh Virus Covid-19 Mobilitas Masyarakat Kota Medan Menurun

Media Apakabar.com
Senin, 16 Maret 2020 - 16:55
kali dibaca

Mediaapakabar.com-Sejauh ini perkembangan covid 19 memang sudah mempengaruhi aktifitas ekonomi masyarakat.Dari pantauan saya bersama tim di pasar pada hari ini. Aktifitas ekonomi khususnya di pasar tradisional memang terlihat ada penurunan mobilitas masyarakat. Jumlah pelaku transaksinya menurun. Meskipun tidak bisa disimpulkan bahwa 100% masyarakat mengurangi belanjanya.

Karena untuk kebutuhan bahan pokok saya menilai masyarakat akan terus berusaha memenuhinya. Sekalipun dengan kondisi ekonomi yang melemah, kata Pengamat Ekonomi Sumatra Utara, Gunawan Benjamin kepada Harian9 di Medan, Senin (16/3/2020).

Katanya, sejauh ini, memang di beberapa sekolah, hingga perguruan tinggi mulai meliburkan kegiatan belajar mengajar. Dan saya yakin aktifitas masyarakat di tempat umum juga berkurang saat ini. Hal ini akan memberikan dampak langsung terhadap perekonomian. Dan sangat wajar jika aktifitas di pasar tradisional juga berkurang.

"Untuk harga sejumlah kebutuhan pokok seperti cabai dan bawang mengalami penurunan dalam rentang 1000 hingga 3000 rupiah per Kg. Sejumlah pedagang mengeluhkan aktifitas dagang turun. Tetapi kita juga tengah melakukan pengecekan terhadap sisi persediaan yang bisa saja mengalami peningkatan sehingga harganya turun," ungkap Gunawan.

Walaupun tidak menutup kemungkinan, lanjutnya,  adanya potensi penurunan harga dikarenakan aktifitas masyarakat yang berkurang disitu. Kedua faktor tersebut sangat berpotensi memicu penurunan harga. Saya menyarankan masyarakat ikut anjuran untuk mengurangi aktifitas dan melakukan pencegahan seperti halnya yang dihimbau pemerintah, jelasnya.

Gunawan juga menghimbau, sebaiknya masyarakat juga mengurangi penggunaan uang tunai guna mencegah penyebaran virus. Akan lebih aman jika menggunakan dompet digital atau layanan transaksi cashless lainnya.

"Disisi lain, banyak petani baik itu petani kakao maupun pinang yang menawarkan barang hasil kebunnya ke masyarakat. Petani tersebut mengeluhkan kesulitan menjual barang-barang komoditas hasil kebunnya. Sejauh ini, pinang maupun kakao adalah komoditas ekspor kita," terang Gunawan.

Pada aktifitas ekspor impor belakangan ini juga mengalami gangguan yang mengakibatkan penurunan kinerja ekspor di tanah air termasuk di SUMUT. Saya bukan mau menyebut ini kondisi yang normal saat virus telah menyebar dengan cepat dan membuat aktifitas ekonomi terhenti.

Tetapi, lajut Gunawan, kita tengah berhadapan dengan masalah yang luar biasa yang sulit untuk dikendalikan. Tidak ada kata lain selain bersabar menghadai tekanan ekonomi saat ini. Petani jelas akan mengalami kerugian. Namun pinang dan kakao bukanlah barang kebutuhan pokok masyarakat yang biasa di konsumsi kapan saja. Dan pangsa pasarnya ada di negara lain, katanya.

"Kita hanya bisa berharap penyebaran virus ini selesai, dan aktifitas ekonomi mengalami pemulihan. Disisi lain, mengharapkan penyerapan pinang maupun kakao oleh industri lokal ini bukanlah perkara mudah semudah membalikan telapak tangan. Industri lokal tentunya punya kapasitasnya sendiri. Mengharapkan industri menyerap kakao maupun pinang hasil petani sama saja berharap dalam jangka panjang, dimana itu belum tentu bisa memberikan jawaban, pungkas Gunawan.(abi)
Share:
Komentar

Berita Terkini