Pasca Kematian al-Baghdadi Kandidat Pemimpin ISIS Mulai Muncul

Media Apakabar.com
Rabu, 30 Oktober 2019 - 08:50
kali dibaca
Pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Abu Bakr al-Baghdadi (kiri) dan pendukungnya melambaika. guardian.co.uk
Mediaapakabar.com-Suksesor pemimpin ISIS menjadi perhatian banyak kalangan  pasca  pengumuman kematian pimpinan ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi setelah diserang pasukan khusus Amerika Serikat (AS).

Namun dipastikan,siapa pun yang memimpin ISIS selanjutnya harus mencurahkan sebagian besar waktunya untuk bersembunyi dari banyak musuh kelompok itu, baik di gurun Irak barat atau di suatu tempat di Suriah utara, sebagaimana yang dilakukan Baghdadi.

Seperti Baghdadi dan Osama bin Laden, ia akan merasa sulit untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya, menyadari bahwa kurir pesan seringkali merupakan mata rantai yang paling lemah.

Sampai saat ini belum jelas siapa yang akan menggantikannya, namun kawan lama Baghdadi disebut akan menjadi kandidat utama. Dia dikenal dalam lingkaran kelompok ekstremis sebagai Abdallah Qardash, namun pemerintah AS mengidentifikasinya sebagai Amir Muhammad Sa'id Abdul Rahman Al Mawla dan dinilai mengenal Baghdadi selama 15 tahun.

Keduanya pernah ditahan di penjara Kamp Bucca yang dikelola AS setelah invasi Irak tahun 2003, kendati belum jelas apakah mereka pertama kali bertemu di penjara tersebut.

Lahir pada 1970,Mawla disebut sebagai salah satu pejabat Baathist selama pemerintahan Saddam Hussein,setelah invasi AS pada tahun 2003 bergerak bawah tanah dan bergabung dengan gerilyawan. Banyak dari mereka yang dilepaskan dari Kamp Bucca - termasuk Baghdadi dan Mawla - bergabung dengan Al Qaeda di Irak, sebelum kemudian mengubah namanya menjadi ISIS.

Dalam profil yang dipublikasi Kementerian Luar Negeri AS, Mawla digambarkan sebagai "pemuka agama dalam organisasi pendahulu ISIS." Demikian dilansir dari CNN, dan dikutip merdeka.com, Selasa (29/10).

Menurut Kementerian Luar Negeri AS, Mawla membantu penculikan, pembantaian, dan perdagangan minoritas Yazidi di Irak barat laut. Masyarakat Yazidi banyak yang tinggal di wilayah yang dekat dengan daerah asal Mawla, Tal Afar. Pada 2014, setelah ISIS mengambil alih Tal Afar dan Mosul, kelompok tersebut memperbudak ribuan perempuan Yazidi dan anak-anak dan membunuh ribuan pria Yazidi, yang disebut PBB sebagai pembunuhan massal.

Sementara petinggi ISIS yang lain ditangkap atau tewas dalam pertempuran, Mawla menjadi pemain yang semakin signifikan. Pada Agustus, dilaporkan secara luas bahwa kantor berita yang berafiliasi dengan ISIS, Amaq, mengumumkan Mawla sebagai pengganti yang disetujui Baghdadi. Tetapi pengumuman itu datang dari akun palsu dan dinilai bukan modus operandi ISIS untuk mengeluarkan pernyataan seperti itu.

Kemudian pada bulan itu, AS memasukkan Mawla ke dalam daftar buruan dan menawarkan hingga USD 5 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya. Dalam pengumuman itu Mawla disebut sebagai salah satu ideolog paling senior ISIS dan calon penerus pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi.

Editor blog Jihadica, Cole Bunzel, mengatakan mantan anggota ISIS yang membelot karena perbedaan pendapat tentang ideologi dan strategi telah membicarakan prospek Mawla untuk menjadi pemimpin ISIS berikutnya.

Kepada CNN, Bunzel mengatakan Mawla sering disebut sebagai seorang pemimpin yang disebut Komite Delegasi, badan eksekutif ISIS, yang tampaknya lebih banyak melakukan kontrol sehari-hari daripada Baghdadi.

Rintangan Bagi Mawla

Menghitung rintangan Mawla menggantikan Baghdadi, salah satunya berkaitan dengan etnisnya. Mawla dilaporkan berasal dari Turkmenistan, sementara kepemimpinan ISIS selalu didominasi oleh orang Arab, kebanyakan dari mereka adalah orang Irak.

Ada rintangan lain yang akan dihadapi Mawla, diyakini secara luas di kalangan para para ekstremis bahwa seorang "khalifah" harus memiliki atribut dan kredensial tertentu.

Salah satu syaratnya adalah berasal dari suku Quraish. Syarat lainnya adalah memiliki pengetahuan signifikan tentang yurisprudensi Islam.

Rekam jejaknya sebagai pemuka agama dalam kelompok teroris tersebut mungkin memudahkannya untuk membujuk anggota lainnya tentang kepercayaan teologisnya, tetapi dia tidak secara terbuka mengklaim garis keturunan Quraish.

Mungkin ada kandidat lain, tetapi kerahasiaan lengkap ISIS dan fakta bahwa sejumlah tokoh seniornya yang tidak dikenal telah terbunuh mempersulit penilaian apa pun. Bahkan tidak jelas bahwa Dewan Syariah kelompok itu, yang tugasnya termasuk memilih "khalifah" atau pemimpin, masih berfungsi.

Pasukan Kurdi Suriah mengklaim beberapa jam setelah tewasnya Baghdadi bahwa figur lainnya dalam organisasi ISIS adalah Abu Al Hasan Al Muhajir yang juga ikut terbunuh. Pejabat senior Kementerian Luar Negeri mengonfirmasi pada Senin, mengatakan Muhajir adalah orang penting kedua bagi Baghdadi.

Muhajir menjadi figur penting dalam jaringan media kelompok tersebut. Muhajir juga mantan anggota Al Qaeda di Irak. Muhajir yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan di parlemen Iran pada 2017.

(ar)

Share:
Komentar

Berita Terkini