Tenaga Kesehatan Berguguran, Apa Tindakan?

armen
Selasa, 01 September 2020 - 17:07
kali dibaca




Umar Zein Pengamat Kesehatan Sumatera Utara 
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara


Mediaapakabar.com-Pada 13 Juli 2020, kelompok hak asasi yang berbasis di Inggris mengatakan Rusia memiliki jumlah tertinggi kematian Tenaga Kesehatan (Nakes) akibat Covid-19 yakni sebanyak 545 orang.Daftar ini diikuti oleh Inggris dengan korban 540 petugas medis, termasuk 262 pekerja perawatan sosial, dan Amerika Serikat 507 petugas medis.

Amnesty International melaporkan bahwa lebih dari 3.000 petugas kesehatan meninggal dunia akibat virus corona. Ketika itu pula, organisasi itu mengangkat kembali keresahan terhadap kondisi kerja yang tidak aman, upah rendah, jam kerja panjang dan kekerasan terhadap pekerja medis di beberapa negara. Jumlah korban secara global kemungkinan besar jauh lebih tinggi, karena belum semua negara melaporkan, dan dengan berjalannya waktu, jumlah kasus dan kematian bertambah terus. Mereka  mendesak pemerintah di tiap negara mulai bertindak mencari tahu penyebab tertularnya tenaga medis, dan mencari solusinya. Mereka juga menyuarakan kekhawatiran atas sikap beberapa negara  menghukum pekerja medis yang menyuarakan keprihatinan mereka tentang kondisi kerja yang dapat mengancam kehidupan mereka di tengah pandemi.Brasil, sebagai negara dengan jumlah kasus virus corona dan kematian tertinggi kedua setelah AS, sejauh ini melaporkan 351 kematian petugas medis, sementara Meksiko, hotspot Amerika Latin lainnya, 248 kasus kematian.

Para dokter dan perawat yang kontak langsung atau tidak langsung di unit layanan kesehatan berisiko tinggi tertular dan telah tewas diserang virus corona mencapai 569.000 orang dan terinfeksi lebih dari 12,9 juta di seluruh dunia.

Tingkat kematian tenaga kesehatan (Nakes) umumnya dokter dan perawat akibat Covid 19 di Indonesia tertinggi di antara negara Asia Tenggara, bahkan di dunia. Di negara-negara lain hanya sekitar 1%. Jumlah kematian nakes ini terus terjadi hingga tulisan ini dibuat, dan angkanya mencapai 7,2%

Laporan Negara Lain Tentang Nakes Terinfeksi

Di AS, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center of Disease Control and Prevention - CDC) dalam laporan mingguannya pada April mengeluarkan studi mengenai karakteristik Nakes yang terkena Covid-19. Dari 12 Februari hingga 9 April diumumkan ada 9.282 (19%) dari 49.370 Nakes terinfeksi. Datanya detail: rata-rata usia meninggal, jenis kelamin, persentase mereka yang kontak dengan pasien di rumah sakit atau di luar rumah sakit, dan gejala umum infeksipada Nakes. Italia, data terbuka memuat pelaporan jumlah Nakes terinfeksi, menunjukkan infeksi di kalangan medis mencapai 10%. Spanyol melaporkan infeksi pada Nakes mencapai 20%. Malaysia, telah melaporkan bahwa  5,8% kasus positip adalah Nakes.Secara global, International Council of Nurses mencatat hingga 5 Mei, lebih 90.000 Nakes di dunia terinfeksi Covid-19, bahkan diprediksi jauh lebih banyak.Risiko mereka tertular virus sangat tinggi karena setiap hari berinteraksi dalam jarak dekat dengan pasien Covid-19 dan orang-orang yang berobat yang mungkin saja membawa virus corona. Apalagi masa inkubasi virus cukup lama, hingga14 hari.

Kondisi di Indonesia


Ketika pandemi terus menyebar, pekerja medis sering kali mendokumentasikan di media sosial pertempuran berat yang mereka hadapi saat bekerja berjam-jam dalam kondisi yang sulit. Pada awal pandemi, pemerintah mendapat kecaman karena gagal menyediakan peralatan pelindung diri yang memadai seperti masker, baju pelindung, sarung tangan dan kacamata, sementara masyarakat seperti tidak acuh dengan himbauan pemerintah, sehingga pernah mencuat tagar “Indonesia terserah.”

Di Indonesia, hingga saat ini belum ada studi khusus untuk mencari tahu faktor apa yang menyebabkan Nakes tertular. Setiap hari Nakes bertemu dengan pasien dan banyak orang di rumah sakit. Tanpa alat pelindung diri yang memadai, mereka sangat berisiko tertular virus dari pasien atau sebaliknya menularkan virus kepada orang yang di rumah sakit. Rumah Sakit adalah epicentrum Covid-19.Situs resmi Covid-19 tidak memberikan info tentang pekerjaan dan profesipasien yang terinfeksi dan pasien dan orang dalam pengawasan. Tanpa data terbuka kita sulit mengukur level risiko yang dialami para petugas kesehatan kita baik yang menangani pasien Covid maupun non-Covid. Apakah Nakes yang terinfeksi dan meninggal disebabkan oleh: 
1. Tertular langsung dari pasien Covid-19 di rumah sakit atau di luar
2. Tertular melalui peralatan medis
3. Tertular melalui peralatan non medis di rumah sakit
4. Tertular melalui udara di ruang rawat atau di rumah sakit
5. Apakah APD sudah memenuhi standar?
6. Apakah prosedur mengenakan APD sudah sesuai standar?
7. Apakah ada faktor tingkat keganasan virus?
8. Apakah faktor keterlambatan pemberian pengobatan yang optimal?
9. Apakah regimen pengobatan yang belum optimal?
10. Apakah ada faktor lain diluar yang diprediksi?

Estimasi kasus infeksi pada Nakes di Indonesiamenggunakan rujukan dari negara lain dalam kasus serupa.Jika menggunakan persentase tenaga kesehatan yang terinfeksi di Malaysia hingga Amerika, yakni antara 5,8 dan 20%, maka diperkirakan di Indonesia hingga kini terdapat 721 hingga 2.488 Nakes telah terinfeksi. Angka ini mungkin bisa lebih tinggi jika pencatatan terekam dengan baik dan metode diagnostik yang lebih akurat dan cepat.

Tingginya angka penularan dan kematian yang menimpa Nakes sangatmengkhawatirkan. Sebab, usaha pemerintah selama ini untuk menambah kapasitas layanan kesehatan dengan menyediakan RS khusus Covid-19, RS rujukan, serta menambah peralatan medis seperti ventilator, pada akhirnya akan sia-sia jika sumber daya Nakes tidak mencukupi.

Persentase Kematian Nakes Tinggi


Di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) Nakes 7,2%, berarti dalam setiap 100 kematian terdapat 6-7 Nakes. Jika keadaan tidak berubah, yakni persentase kematian Nakes dan kasus kematian total tidak menurun, maka diprediksi jumlah Nakes yang meninggal bisa melebihi angka 100 orang! Ini sangat mengkhawatirkan, karena persentase kematian tenaga kesehatan di Indonesia saat ini jauh lebih tinggi dari rata-rata global (0,37%). 

Bahkan angka di Indonesia jauh lebih tinggi dari Amerika Serikat yang memiliki jumlah kematian kumulatif tertinggi di dunia saat ini. Studi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat melaporkan persentase angka kematian Nakes di negara itu hingga 9 April sebesar 0,16% (27 kematian tenaga kesehatan per 16.570 total seluruh kematian akibat Covid-19.Di Inggris, salah satu negara di Eropa yang memiliki angka kematian yang tinggi, hingga 2 Mei persentase kematian tenaga kesehatannya0,5% (165 kematian tenaga kesehatan per 28.131 kematian total).

Dengan semakin banyaknya para tenaga kesehatan yang gugur, maka jumlah tenaga kesehatan di Indonesia ke depan akan semakin berkurang.Rasio dokter umum dan penduduk di Indonesia, menurut WHO pada 2017, hanya 4/10.000 penduduk. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara terburuk kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja dalam hal rasio dokter umum dan penduduk.Sedangkan rasio dokter spesialis lebih rendah lagi: 1,4/10.000 penduduk.Di tengah situasi pandemi saat ini, Italia yang memiliki dokter 10 kali lebih banyak dari Indonesia, masih kewalahan menghadapi lonjakan kasus Covid-19.

Jika diasumsikan usia produktif hingga 65 tahun, maka rata-rata tenaga kesehatan yang gugur telah kehilangan 9 tahun potensi pengabdian yang masih dapat mereka berikan untuk masyarakat atau hampir 500 potensi tahun kehidupan yang lenyap total secara total dari 68 kematian.

Kesimpulan dan Saran

1. Perlu diteliti faktor penyebab tertularnya Nakes untuk ditindak lanjuti dengan sebaik-baiknya.
2. Pemerintah perlu fokus pada sejumlah langkah-langkah konkrit yang telah disampaikan pakar kesehatan.
3. Melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh budaya, selebritis hingga mereka yang telah sembuh dari Covid-19 menjadi penting dalam upaya menggalang dukungan sosial melawan stigma di masyarakat.
4. Penegakan hukum dibarengi dengan upaya terus menerus memerangi berita bohong dan penyebaran berita positif terkait Covid-19 harus ditingkatkan.
5. Pemerintah dan organisasi profesi kesehatan perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penggunaan APD bagi petugas kesehatan untuk melengkapi Buku5. Pedoman Penggunaan APD bagi pekerja kesehatan Kemenkes. Hal ini penting mengingat Covid-19  adalah penyakit baru (New Emerging Disease), dan perkembangan pengetahuan terkait mekanisme penularan masih terus berkembang.
6. Pemerintah harus memastikan bahwa RS memiliki akses ketika membutuhkan APD, obat-obatan, perangkat diagnostik akurat serta alat kesehatandi seluruh wilayah Indonesia.
7. Pemerintah harus menyiapkan pasokan cadangan semua bahan dan alat-alat kesehatan yang dibutuhkan. Ini penting untuk mengantisipasi kebutuhan ke depan yang diprediksi masih akan meningkat serta adanya potensi 7. gelombang kedua atau ketiga pandemi Covid-19.
8. Harus diingat, bahwa perang melawan pandemi ini ibarat perlombaan lari maraton, bukan lomba lari jarak pendek.

Share:
Komentar

Berita Terkini