Soal Sekolah Tatap Muka, Ini Hasil Survei FSGI

armen
Jumat, 01 Januari 2021 - 19:14
kali dibaca




Mayoritas guru setuju sekolah kembali digelar tatap muka, namun banyak juga yang masih khawatir akan penularan corona. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Mediaapakabar.com
-Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menggelar survei kepada para guru terkait rencana pemerintah membuka sekolah tatap muka pada Januari 2021.

Survei ini diikuti 6.513 responden guru di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Bengkulu, Jambi, NTB, NTT, Papua, dan Papua Barat.

Survei yang digelar pada 19 Desember-22 Desember 2020 ini dilakukan secara daring menggunakan formulir google.

Hasilnya 49,36 persen responden guru menyatakan setuju sekolah tatap muka kembali digelar. Sementara 45,27 persen responden guru atau 2.948 orang menyatakan tidak setuju sekolah tatap muka kembali digelar. Sementara 5,37 persen guru orang sisanya menyatakan ragu-ragu.

"Para guru merasakan bahwa peserta didiknya pasti mengalami kesulitan untuk mengerjakan materi pelajaran dengan tingkat kesulitan tinggi, karena materi seperti itu tidak optimal diberikan secara daring, tetapi harus melalui pembelajaran tatap muka, minimal seminggu sekali," kata Wakil Sekjen FSGI, Mansur, dalam keterangan tertulis, Jumat (1/1).

Berdasarkan survei tersebut, ada lima poin alasan yang membuat para guru memilih melangsungkan sekolah tatap muka.

Pertama, jenuh mengajar dalam pembelajaran jarak jauh(22 persen), materi sulit/sangat sulit dan praktikum tidak bisa diberikan secara daring (54 persen), sebagian siswa yang diajar tidak memiliki peralatan seperti ponsel (9,3 persen), sinyal tidak stabil (5,8 persen), dan lainnya (8,9 persen).

"Yang memilih lainnya menyebutkan bahwa wilayah responden mengajar merupakan wilayah kepulauan yang masuk dalam zona kuning/hijau Covid-19," kata keterangan tersebut.

Adapun alasan responden tidak setuju sekolah tatap muka digelar, diantaranya karena kasus Covid-19 tinggi (40,7 persen), khawatir tertular Covid-19 (27,74 persen), sudah berusia di atas 50 tahun dan memiliki penyakit komorbid (10,44 persen), infrastruktur penunjang protokol kesehatan belum memadai (14,31 persen), dan lainnya (6,8 persen).

Responden guru yang memilih lainnya menyebutkan belum ada sosialisasi protokol kesehatan dari pihak sekolah dan tidak memiliki kendaraan pribadi sehingga harus naik kendaraan umum yang berisiko besar terjadinya penularan.

Meski lebih banyak responden memilih melangsungkan sekolah tatap muka, FSGI menyarankan agar pemerintah daerah berhati-hati dalam memutuskan kebijakan.

"FSGI mendorong pemda hati-hati dalam memutuskan membuka sekolah pada Januari 2021 karena kasus Covid-19 masih tinggi dan belum bisa dikendalikan," kata Mansur.

FSGI juga mendorong seluruh peserta didik dan pendidik untuk melakukan rapid test antigen sebelum melakukan pembelajaran tatap muka.

"Mendorong tes antigen untuk seluruh peserta didik dan pendidik yang akan melakukan pembelajaran tatap muka," pungkasnya.


Sumber :cnnindonesia.com

Share:
Komentar

Berita Terkini