Mediaapakabar.com-Dunia pendidikan kembali tercoreng, Kali ini terjadi di Pondok Pesantren Al Barokah yang ada di Nagori Silinduk Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun dimana santrinya AP (13) siswa kelas VIII mengalami kekerasan fisik yang dilakukan seniornya berinisial IH (17) kelas XII dipesantren tersebut.
Berdalih hukuman fisik akibat melanggar peraturan yang berlaku di Pesantren Tersebut AP harus menanggung sakit akibat cubitan kakak seniornya di areal puting susunya, dan hal ini dilakukan bukan hanya sekali tapi berkali kali sehingga banyak meninggalkan luka beram diareal tersebut.
Tak tahan menahan perlakuan tersebut akhirnya AP nekat kabur dan pulang kerumah salah satu rekannya, yang sama - sama kabur dan mengalami hal yang serupa.
Hal ini disampaikan NS. Br. Lubis (40) warga jl. Sriwijaya Kelurahan Baru Kecamatan Siantar Utara Kodya Pematangsiantar orang tua AP kepada awak media Kamis (3/12/2020) disalah satu rumah makan seputaran lapangan merdeka Pematangsiantar sekira pukul 12.00 WIB
"hal seperti ini sudah sering terjadi mas, tapi yang terakhir ini saya tidak terima dan saya pegang semua bukti bahkan setiap percakapan dengan mereka saya rekam,"jelas br. Lubis
Bahkan lebih lanjut br lubis merasa tidak terima dengan sistem pengajaran dipondok pesantren tersebut yang melakukan pembiaran kekerasan fisik senior terhadap juniornya
"ini pesantren yang lebih banyak mengajarkan agama agar kedepan menjadikan santrinya menjadi rahmatan lilalamin bukan kekerasan seperti ini, mau jadi apa mereka nanti,"ujar br lubis lagi
Tak terima melihat kondisi anaknya yang diperlakukan demikian S. br Lubis langsung melaporkan ke PPA Polres Simalungun dan diterima dengan laporan nomor STPL/169/X/2020/SU/Simalungun.
Kapolres Simalungun AKBP. Budi Waluyo SIK melalui Kabag Humasnya AKP. Lukman Hakim Sembiring, SH saat dikonfirmasi awak media terkait peristiwa tersebut akan menindak lanjuti secepatnya
Sementara salah seorang pengajar di Pondok Pesantren tersebut mengaku bernama ustadz somad saat dikonfirmasi awak media melalui sambungan seluler membenarkan kalau IH dan AP merupakan santri di Ponpes tersebut.
Dan saat ditanya lebih lanjut mengapa hal tersebut bisa terjadi, dengan arogan dan nada keberatan mengarah kasar ustadz somad mengatakan dan mengakui bahwa kalau hal itu terjadi karena mereka tidak bisa mengawasi para santri satu persatu.
"Kalau hal itu terjadi kitakan tidak bisa mengawasi satu persatu, dan kitakan ada aturan kalau ada oknum yang salah ya kita hukum,"pungkas somad (Bambang)