Waduh! Jokowi Sudah Gelontorkan Dana Desa, Kok Warga Desa Belum Makmur?

armen
Sabtu, 21 Desember 2019 - 21:15
kali dibaca

Foto: Infografis dana desa (Sudrajat-detikcom)

Mediaapakabar.com-Program dana desa menjadi salah satu program kebanggaan Presiden Joko Widodo, namun di mata ekonom justru program ini belum berhasil. Bahkan disebut salah sasaran.

Dalam Catatan Akhir Tahun 2019 yang disusun tiga Ekonom Perempuan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani, Eisha Maghfiruha Rachbini dan Esther Sri Astuti, menilai hingga kini dana desa belum optimal. Bahkan penurunan pertumbuhan jumlah masyarakat miskin cuma mencapai 2,7% per tahun dengan adanya program ini.

"Sejak digelontorkannya Dana Desa (DD), belum terlihat perbaikan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk pengurangan tingkat kemiskinan dan ketimpangan di desa. Hal ini dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk miskin di perdesaan selama empat tahun terakhir yang menurun rata-rata sebesar 2,7% per tahun," ungkap Indef dalam catatan akhir tahunnya, dikutip Sabtu (21/12/2019).

Dari data Indef perbandingan penurunan pertumbuhan masyarakat desa lebih banyak jumlahnya saat dana desa belum bergulir.

"Dibandingkan dengan sebelum adanya DD, pemerintah mampu menurunkan jumlah penduduk miskin di perdesaan rata-rata sebesar 3,1% per tahun," papar Indef.

Begitu pula dalam hal ketimpangan masyarakat desa, sebelum ada program dana desa ketimpangan yang dihitung dengan rasio gini besarnya 0,23. Sedangkan setelah ada dana desa hanya 0,22.

"Selain kemiskinan, ketimpangan yang diukur dengan rasio Gini di perdesaan sebelum adanya DD rata-rata sebesar 0,23 sementara setelah adanya DD rata-rata rasio Gini sebesar 0,22 selama empat tahun. Hal ini menunjukkan bahwa DD belum mampu memperbaiki tingkat ketimpangan di perdesaan," ungkap Indef.

Indef pun menyebut dana desa tidak bisa mensejahterakan buruh tani. Terbukti dari rendahnya upah buruh tani.

"Upah buruh petani riil pada September 2019 sebesar Rp 38.278 per hari. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan pada 2013 sebesar Rp 39.618 per hari. Data ini menggambarkan bahwa DD belum mampu meningkatkan kesejahteraan buruh tani," sebut Indef.

Indef menyebutkan dana desa belum optimal dikarenakan salah sasaran. Selama ini dana desa lebih banyak digunakan untuk membangun infrastruktur desa. Pasalnya, membangun infrastruktur lebih mudah dipertanggungjawabkan.

"Faktanya, selama ini DD banyak digunakan untuk membangun infrastruktur dibandingkan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Alasannya karena pertanggungjawaban pembangunan infrastruktur lebih mudah untuk dilengkapi dibandingkan jika melakukan aktivitas atau usaha pemberdayaan masyarakat," papar Indef.
Padahal Indef menilai seharusnya dana desa diarahkan untuk membuat adanya aktivitas ekonomi di pedesaan. Lebih bagus lagi kalau dengan adanya dana desa wirausahawan lebih banyak muncul dari pedesaan.

"Hal yang seharusnya dilakukan dengan DD adalah membuat aktivitas yang mampu melahirkan entrepreneurs baru di desa sehingga dapat mengembangkan bisnis - bisnis baru yang lahir dari desa dengan keunikan karakteristik kawasan perdesaan," sebut Indef.


Sumber : Detik.com
Share:
Komentar

Berita Terkini