Ist |
Pedagang dan petani di Berastagi mengatakan anjloknya pasaran tomat ditingkat pasar tradisional, dikarenakan musim panen secara bersamaan disejumlah daerah di Sumatera Utara.
“Infonya di daerah lain juga lagi panen tomat sekarang ini. Jadi kebutuhan pasar dan hasil panen yang melimpah menjadi tidak seimbang,"kata salah seorang pedagang saat dilansir dari OrbitDigital, Kamis (19/9/2019).
Pelaku pasar lainnya, Jhon Veter, juga mengatakaan hal yang tidak jauh berbeda.Sejak dua bulan lalu tomat yang masih bertahan di level Rp 5.000/kg terus mengalami penurunan secara maraton, sampai ke harga Rp 2.000/kg untuk kwalitas super.
“Dua bulan lalu harga tomat Rp 5.000/kg. Berselang tiga hari jatuh ke Rp 4.000/kg. Tiga hari berikutnya turun lagi Rp 1.000, menjadi Rp 3.000/kg. Sepekan berikutnya pasaran tomat perkilogramnya hanya Rp 2.000. Harga itu bertahan sampai hari ini, dan itupun hanya berlaku bagi tomat yang berkwalitas super. Rata-rata pembelian hanya pada level Rp1.500-Rp1.800/kg,” papar Jhon.
Sejumlah petani di Pajak Roga Berastagi mengaku sangat sedih dengan kondisi yang terjadi. Para petani berharap adanya perhatian dari pemerintah, khususnya Pemkab Karo. Hal ini sehubungan modal bercocok tanam tomat yang cukup tinggi dibandingkan dengan budidaya tanaman hortikultura lainnya.
“Masalah ini terus berulang setiap tahunnya. Aneh juga Pemerintah Kabupaten Karo ini, tidak pernah memikirkan solusi hasil tani masyarakatnya. Nanti kalau kami berbicara keras disalah artikan pula. Seolah berbau politik jelang Pilkada 2020. Tapi nyatanya memang minim perhatian terhadap pemasaran produk pertanian di kabupaten ini,” ujar Ardi Surbakti.(ni)