Ditengah Ketegangan AS-Iran, Dua Kapal Tanker Arab Saudi Diserang di Luar Selat Hormuz

Admin
Selasa, 14 Mei 2019 - 10:24
kali dibaca
Kapal Tanker diserang. Foto: Detik.com
Mediaapakabar.com - Dua kapal tanker minyak milik Arab Saudi termasuk di antara kapal-kapal yang ditarget oleh "serangan sabotase" di lepas pantai Uni Emirat Arab, kata Kerajaan Islam itu. Mereka mengutuknya sebagai upaya untuk merusak keamanan pasokan minyak mentah global.

Tidak disebutkan siapa yang berada di balik operasi itu, yang terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran

Investigasi telah diluncurkan dengan koordinasi bersama otoritas internasional

UAE mengatakan bahwa empat kapal komersil disabotase di dekat emirat Fujairah, salah satu pusat penyimpanan terbesar di dunia yang terletak tepat di luar Selat Hormuz.

Tidak disebutkan siapa yang berada di balik operasi itu, yang terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.

Seperti yang dikutip ABCnews, Kementerian luar negeri Iran menyebut insiden itu "mengkhawatirkan dan mengerikan" dan meminta penyelidikan atas masalah tersebut.

Selat, yang menjadi jalur pelayaran minyak dan gas global yang penting, itu memisahkan negara-negara Teluk dan Iran, yang terlibat dalam perang kata-kata yang meningkat dengan Amerika Serikat mengenai sanksi dan kehadiran militer AS di kawasan itu.

Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa salah satu dari dua kapal Saudi yang diserang sedang dalam perjalanan untuk dimuati dengan minyak mentah Saudi dari pelabuhan Ras Tanura untuk pengiriman ke pelanggan perusahaan milik negara Saudi, Aramco, di Amerika Serikat.

Serangan itu tidak menyebabkan korban atau tumpahan minyak tetapi menyebabkan kerusakan signifikan pada struktur kedua kapal, kata pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita pemerintah SPA itu.

Sumber di sektor perdagangan dan pengapalan mengidentifikasi kapal-kapal Saudi itu sebagai kapal tanker Amjad yang sangat besar (VLCC), dan tanker pengangkut minyak mentah -Al Marzoqah, keduanya milik perusahaan Bahri.

Bahri tidak menanggapi permintaan komentar.

Pada hari Minggu (12/5/2019), Kementerian Luar Negeri UEA mengatakan tidak ada korban dan operasi pelabuhan Fujairah normal.

Investigasi telah diluncurkan dengan koordinasi bersama otoritas internasional, dan meminta negara-negara adidaya untuk mencegah pihak-pihak yang mencoba membahayakan keselamatan dan keamanan maritim.

Menimbulkan bahaya terhadap ekonomi global

Dua sekutu Muslim Sunni, Arab Saudi dan UEA, telah sangat mendukung sanksi AS terhadap sesama produsen OPEC dan musuh di Kawasan yakni Iran yang didominasi Muslim Syiah.

Setelah Amerika Serikat mengakhiri semua keringanan sanksi terhadap minyak mentah Iran, Washington mengatakan Riyadh dan Abu Dhabi akan membantu mengkompensasi kekurangan pasokan minyak.

Al-Falih mengatakan serangan itu bertujuan untuk merusak kebebasan maritim dan keamanan pasokan minyak kepada konsumen di seluruh dunia.

"Komunitas internasional memiliki tanggung jawab bersama untuk melindungi keselamatan navigasi maritim dan keamanan kapal tanker minyak," katanya.

"Untuk mengurangi dampak negatif dari insiden seperti itu di pasar energi dan bahaya yang ditimbulkannya terhadap ekonomi global."

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi -yang sempat dikutip oleh kantor berita semi-resmi ISNA -mengatakan insiden di Fujairah "memiliki dampak negatif terhadap keamanan transportasi laut" dan meminta negara-negara di kawasan untuk "waspada terhadap rencana penurunan stabilitas dari agen asing".

Awal bulan ini, Administrasi Maritim AS mengatakan kapal-kapal komersial termasuk kapal tanker minyak yang berlayar melalui perairan Timur Tengah bisa menjadi sasaran Iran dalam salah satu ancaman terhadap kepentingan AS yang ditimbulkan oleh Teheran.

Washington mengatakan pihaknya mengirim kapal induk AS dan pasukan lainnya ke Timur Tengah atas apa yang disebutnya sebagai ancaman Iran, sementara Teheran menyebut kehadiran militer AS sebagai "target" ketimbang ancaman.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah meningkatkan tekanan terhadap Iran dengan sanksi sejak Washington mundur dari perjanjian nuklir internasional 2015 antara Teheran dengan sejumlah kekuatan dunia, setahun lalu. (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini