WhatsApp Indentifikasi Penyebar Hoaks, Akun Pelaku Bisa Ditendang

Admin
Rabu, 23 Januari 2019 - 09:30
kali dibaca
Ilustrasi WhatsApp
Mediaapakabar.com -  WhatsApp mulai berbenah jelang pemilihan presiden 2019. Sadar platform-nya dipakai oleh banyak orang Indonesia untuk menyebarkan berbagai informasi, WhatsApp gencar membaca perilaku pengguna.

Tujuannya adalah mengidentifikasi saat ada pengguna yang suka menyebar hoaks ataupun ujaran kebencian yang berpotensi memecah belah persatuan.

Upaya yang dilakukan WhatsApp adalah dengan mengidentifikasi perilaku pengguna.

Aplikasi pesan milik Facebook ini menggunakan teknologi machine learning untuk bisa membaca perilaku abnormal pengguna ketika mengirim pesan di WhatsApp.

Melansir Liputan6, dijelaskan oleh VP Public Policy and Communication WhatsApp, Victoria Grand, WhatsApp memilih mengidentifikasi perilaku lantaran mereka tidak bisa membaca isi pesan pengguna.

Pasalnya, WhatsApp telah menerapkan end-to-end encription, sebuah fitur untuk membuat komunikasi antar pengguna jadi aman, tak bisa diakses pihak lain, termasuk oleh WhatsApp sendiri.

"WhatsApp tidak bisa mendeteksi isi pesan karena adanya fitur end-to-end encription. Yang kami bisa lihat adalah nomor pengguna. Kami bisa melihat aktivitas pengguna tersebut, apakah perilaku mengirimkan pesannya normal atau abnormal," tutur Victoria di Jakarta, Senin (21/1/2019).

Perilaku abnormal yang dimaksud, misalnya saat pengguna senang meneruskan dan menyebarkan pesan berantai ke berbagai nomor.

Dia menyebut, ratusan engineer di WhatsApp bertugas mengidentifikasi perilaku pengguna WhatsApp di seluruh dunia. Dari situ, WhatsApp akan mendeteksi apakah ada robot yang menjalankan chat.

Dia mencontohkan, di Brasil WhatsApp menghapus 400 ribu akun karena terdeteksi mengirimkan broadcast message berupa spam.

"Ini diidentifikasi oleh tim WhatsApp," tutur Victoria.

Sayangnya, Victoria tidak menyebut, berapa banyak akun WhatsApp orang Indonesia yang sudah dihapus oleh pihaknya.

"Kami belum bisa publikasikan karena masih terlalu awal. Namun di Brasil kami menghapus 400 ribu akun dalam waktu 90 hari sebelum pemilu dilakukan," katanya. (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini