Provinsi Sumut Alami Inflasi Sebesar 0,68%

admin
Rabu, 09 April 2025 - 12:57
kali dibaca
Gunawan Benjamim Pengamat Ekonomi. (foto : dok) 

Mediaapakabar.com
- Provinsi Sumatera Utara (Sumut) terdampak inflasi sebesar 0,68%. Hal itu dikatakan Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatra Utara (UISU) Gunawan Benjamin dalam menyoroti adanya indikasi pelemahan daya beli masyarakat dari per bulan Maret 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara.

Dari data BPS yang mencatat Sumut kini mengalami inflasi bulanan sebesar 0,68% (month-to-month/mtm) pada Maret 2025 bertepatan di momen Ramadan dan Idulfitri.

Sedangkan secara tahunan besaran inflasi Maret tak jauh berbeda, yakni 0,69% (year-on-year/yoy).

Pengamat menyebut bahwa hal itu sebagai sebuah anomali lantaran momen libur panjang seperti Ramadan dan Idulfitri biasanya membuat harga kebutuhan pokok melonjak naik lantaran permintaan naik. Yang akan berdampak pada tingginya angka inflasi.

Namun, pergerakan menurun harga sejumlah kebutuhan pokok kali ini disebutnya tak lazim. Sumut bahkan tercatat sebagai provinsi yang menyumbang inflasi paling rendah nomor tiga setelah Papua Pegunungan (0,08% mtm) dan Kepulauan Riau (0,38% mtm).

" Tentu tidak lazim di saat mayoritas masyarakat merayakan Ramadan, justru harga kebutuhan pokok masyarakat bergerak turun. Ini anomali yang tidak bisa dianggap sepele. Daya beli masyarakat tengah mengalami penurunan," katanya pada pers di Medan, Selasa (08/03/2025).

Dia juga sebelumnya telah memprediksi Sumut bakal mencetak angka inflasi yang lebih tinggi pada Maret setelah berakhirnya periode diskon 50% tarif listrik di Februari kemarin. 

Prediksi tersebut berdasarkan banyaknya konsumen yang mengeluhkan kenaikan tarif listrik di bulan ini yang lebih mahal dibanding tagihan normal sebelum periode diskon (Januari-Februari). 

Diketahui, diskon tarif listrik sempat menyumbang angka deflasi pada Januari-Februari di sejumlah provinsi termasuk Sumatra Utara.

Tapi BPS Sumut mencatat berakhirnya diskon tarif listrik hanya menyumbang inflasi sebesar 0,85% (mtm). Tanpa sumbangan itu, Sumut sudah dipastikan akan mengalami deflasi. 

Bahkan kelompok pengeluaran Makanan, Minuman dan Tembakau yang biasanya menyumbang inflasi, pada Maret sudah merealisasikan deflasi sebesar 0,19% (mtm).

" Gambaran inflasi yang cukup rendah saat ini menegaskan bahwa Sumut tengah mengalami perlambatan pertumbuhan yang serius," tuturnya. 

Sebelumnya, BPS Sumut mencatat di wilayah ini telah mengalami inflasi bulanan sebesar 0,68% (mtm) pada Maret 2025. Sedangkan inflasi tahunan Sumut pada Maret sebesar 0,69% (yoy).

Statistisi Ahli Utama BPS Sumut Misfarudin menyampaikan bahwa kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga penyumbang inflasi tertinggi di Sumut pada Maret hingga mencapai 0,87% dengan tingkat inflasi 6,16% (mtm).

Sementara secara tahunan, perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi kelompok pengeluaran dengan tingkat inflasi tertinggi mencapai 8,75% (yoy). Walau andil kelompok tersebut sebesar 0,50% terhadap tingkat inflasi tahunan Sumut tak sebesar andil kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau yang mencapai 0,55%. 

Berdasarkan Data BPS, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat mengalami inflasi 1,54% (yoy) pada Maret 2025. Sedangkan deflasi terdalam periode itu dicatatkan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, -5,33% (yoy). Kelompok ini juga tercatat sebagai penyumbang deflasi terbesar Sumut secara tahunan dengan andil deflasi 0,84%. (MC/DAN)

Share:
Komentar

Berita Terkini