IPOSS dan FEB USU Gelar Diskusi Bedah Buku: ''Sawit adalah Anugerah yang Perlu Diperjuangkan''

REDAKSI
Selasa, 05 November 2024 - 21:11
kali dibaca

Mediaapakabar.com
- Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) bersama Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sumatera Utara (USU) menggelar diskusi dan bedah buku bertajuk “Sawit adalah Anugerah yang Perlu Diperjuangkan”.

Acara ini berlangsung di Aula Prof. Dr. Suhadji Hadibroto, FEB USU, pada Senin (4/11/2024), dengan mengundang para akademisi, mahasiswa, dan pakar di bidang terkait.

Diskusi tersebut menghadirkan sejumlah narasumber ternama, antara lain Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA, Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB; Dr. Sadino, S.H., M.H., pakar hukum kehutanan; dan Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P., Guru Besar Fakultas Kehutanan USU. 

Acara ini juga dihadiri oleh mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (2015-2019), Dr. Darmin Nasution, S.E., DEA, yang menutup diskusi dengan pandangan strategisnya.

Kelapa Sawit: Pilar Ekonomi yang Perlu Dukungan

Prof. Yanto Santosa menekankan bahwa kelapa sawit memiliki peran vital dalam perekonomian Indonesia. Meskipun sawit sering dipandang sebagai penyebab kerusakan lingkungan dan deforestasi, ia menegaskan pentingnya membedakan antara degradasi hutan dan deforestasi. 

“Kebun sawit tidak mengubah fungsi lahan sepenuhnya. Banyak persepsi yang salah tentang dampak sawit terhadap lingkungan,” jelasnya.

Dr. Sadino menggarisbawahi bahwa meski kontribusi sawit sangat besar terhadap penerimaan devisa dan pajak negara, regulasi yang melindungi industri ini masih minim. 

“Tanpa sawit, Indonesia akan kehilangan sumber ekonomi yang signifikan. Namun, regulasi yang mengatur industri sawit masih sangat lemah,” tuturnya.

Kontribusi Ekonomi dan Solusi Keberlanjutan

Buku ini mengungkapkan bahwa kelapa sawit telah menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung (Siregar, 2022), dan berperan penting dalam ekspor serta penerimaan devisa negara. 

Sawit bahkan telah diakui sebagai sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan dibanding energi fosil. Prof. Abdul Rauf menambahkan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa lahan bekas tanaman sawit memiliki kualitas tanah yang lebih baik daripada lahan bekas tanaman karet. 

“Sawit mampu tumbuh di lahan yang sebelumnya tidak produktif, dan bisa dipadukan dengan tanaman lain seperti kakao dan pinang,” jelasnya.

Harapan dan Tindak Lanjut

Dr. Darmin Nasution menutup acara dengan harapan agar buku “Sawit adalah Anugerah yang Perlu Diperjuangkan” mampu membangun kesadaran publik tentang pentingnya industri sawit bagi perekonomian nasional dan perlunya dukungan kebijakan yang berkelanjutan.

Prof. Dr. dr. Muhammad Fidel Ganis Siregar, Sekretaris USU, berharap diskusi ini bisa mendorong munculnya solusi inovatif yang mengedepankan keseimbangan antara aspek ekonomi, ekologi, dan hukum demi keberlanjutan jangka panjang industri sawit Indonesia.

Dengan diskusi ini, IPOSS dan FEB USU berharap masyarakat dapat memahami lebih baik bahwa kelapa sawit memiliki kontribusi besar yang berkelanjutan bagi perekonomian nasional, meskipun masih memerlukan advokasi dan kebijakan yang lebih berpihak. (MC/RED)
Share:
Komentar

Berita Terkini