Sederet Fakta Terbongkarnya Produksi dan Peredaran Keripik Pisang Narkoba di Bantul

REDAKSI
Senin, 06 November 2023 - 17:41
kali dibaca
Ket Foto: Bareskrim gerebek produsen kripik narkoba dan happy water di Banguntapan, Bantul, Jumat (3/11/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja.

Mediaapakabar.com
Bareskrim Polri membongkar produksi dan peredaran narkoba dengan modus baru di Bantul. Para pengedar ini menggunakan cara yang tergolong baru yakni dengan bentuk keripik pisang. 

Modus baru ini terendus setelah polisi mendapati adanya keripik dengan harga yang tidak biasa dan mencapai jutaan rupiah. Berikut sederet fakta keripik narkoba.


Terbongkar dari Medsos

Terbongkarnya produksi dan peredaran narkoba modus keripik pisang ini berawal dari media sosial. Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada mengatakan terbongkarnya kasus tersebut bermula saat Bareskrim Polri menggelar operasi siber.


Dalam operasi itu polisi mendapati adanya pedagang yang menjual keripik pisang dengan harga yang sangat tinggi.


"Di situ dicantumkan kok keripik pisang kok harganya tinggi kan tidak masuk akal. Sehingga kita curiga dan dilakukan tracing, pemantauan terkait penjualan tersebut," katanya dilansir dari detik, Senin (6/11/2023).


"Ternyata ada penjualan narkoba dalam bentuk happy water dan bentuk keripik pisang. Selanjutnya dilakukan penyelidikan dilakukan oleh teman-teman Direktorat narkoba Bareskrim Polri selama satu bulan, mengikuti dinamikanya," lanjut Wahyu.


Tangkap 8 Orang

Polisi menangkap delapan orang yang terlibat dalam jaringan ini. Tiga orang di antaranya ditangkap di Depok, Jawa Barat. Mereka adalah pemilik akun, pemilik rekening dan juga penjual barang-barang yang sampai di Depok. 


Setelah pengembangan lalu polisi mendatangi tiga TKP lainnya yaitu di Kaliaking, Magelang, Potorono dan Banguntapan, Kabupaten Bantul.


"Selanjutnya kita tangkap dua orang di Kaliangkring, Magelang, keduanya produsen keripik pisang. Kemudian kita tangkap dua orang lagi di Potorono yang memproduksi happy water dan keripik pisang dan satu orang kita tangkap di Banguntapan ini," ujarnya.


Delapan orang itu masing-masing MAP sebagai pengelola akun media sosial, D sebagai pemegang rekening, AS sebagai pengambil hasil produksi dan penjaga gudang pemasaran, BS sebagai pengolah/koki, EH sebagai pengolah/koki dan distributor, MRE sebagai pengolah/koki, AR sebagai pengolah/koki dan R sebagai pengolah pengolah/koki.


Sudah Produksi Sebulan

Wahyu menyampaikan, para pelaku ini sudah mendirikan usaha rumahan pembuatan narkoba sekitar satu bulan. Sedangkan pemasarannya dilakukan melalui medsos.


Hanya saja, meski sudah beroperasi sebulan tetapi tidak serta-merta setiap produksi berhasil dipasarkan. Hal ini karena, proses pembuatan itu masih uji coba sehingga kadang gagal sehingga tidak bisa dipasarkan.


"Tapi tidak satu bulan produksi lalu dijual, ada prosesnya karena dalam uji coba ada yang berhasil dan gagal," ujarnya.


Keripik pisang narkoba dijual dengan harga yang bervariasi. Tapi rata-rata harga yang ditawarkan mencapai jutaan rupiah. Harga tersebut sesuai dengan ukuran kemasan..


"Untuk happy water dijual Rp 1,2 juta. Kripik pisang kemasan 500 gram, 200 gram, 100 gram, 75 gram, 50 gram, dengan harga mulai Rp 1,5 sampai Rp 6 juta," kata Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada saat jumpa pers di lokasi produsen yang digerebek di Baturetno, Kapanewon Banguntapan, Bantul, Jumat (3/11/2023).


Modus Baru Peredaran Narkoba

Terbongkarnya keripik pisang narkoba ini menjadi temuan baru kepolisian. Wahyu menambahkan, produksi dan peredaran narkotika dengan modus keripik pisang dan happy water ini tergolong baru.


"Modus operandi yang sudah berkembang, modusnya sudah tidak konvensional lagi," jelasnya.


"Bahkan warga tidak tahu kalau rumah yang ditempati pelaku digunakan sebagai lokasi produksi keripik pisang narkotika," imbuh Wahyu.


Otak Pelaku Diburu

Meski sudah berhasil menangkap 8 orang yang terlibat dalam produksi dan peredaran narkoba. Tetapi, otak di balik peredaran narkoba jenis baru itu masih diburu. Dan saat ini pelaku utama sudah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).


Wakapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Brigjen R Slamet Santoso mengatakan, tim gabungan tengah memburu empat orang yang saat ini berstatus daftar pencarian orang (DPO). Menurutnya, semua DPO adalah warga negara Indonesia (WNI).


"Empat orang masih DPO, semoga tim gabungan bisa segera mengamankannya mereka WNI semua. Selain itu, dari DPO itu ada beberapa yang statusnya residivis," ucapnya.


Efek Keripik Narkoba

Efek dari makanan dan minuman itu disebut bisa meningkatkan mood hingga membuat fly atau kehilangan kesadaran.


"Wakapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Brigjen R Slamet Santoso menjelaskan, bahan campuran keripik pisang dan happy water itu terdiri dari beberapa jenis narkotika.


"Ini campuran ya, campuran antara amphetamine dan sabu juga ada. Jadi beberapa hal itu dicampur, dikolaborasikan dengan keripik pisang dan happy water," ujarnya.


Mengenai efek dari keripik pisang dan happy water itu, Slamet menyebut menyerupai efek sabu-sabu.


"Itulah yang bisa membuat seseorang menjadi hilang kesadaran atau fly gitu ya. Selain itu efeknya bisa meningkatkan mood, kemudian seperti obat perangsang, menimbulkan euforia yang bahagia. Ya hampir sama seperti yang sudah-sudah seperti sabu dan sebagainya," ungkapnya.


Omzet Miliaran Rupiah

Mengenai omset yang didapatkan para pelaku diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Omzet tersebut jika semua barang laku terjual. Hanya saja, sebelum habis terjual produksi dan peredaran narkoba ini sudah keburu terbongkar polisi.


"Kalau itu terjual sekitar Rp 4 sampai Rp 5 miliar. Untung belum sempat terjual semuanya," kata Slamet.


Pelaku Jarang Bersosialisasi

Warga Pelem Kidul RT.06, Kelurahan Baturetno, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul digegerkan dengan produsen narkotika bermodus keripik pisang narkoba. Pengontrak rumah yang menjadi produsen keripik narkoba itu dikenal jarang bersosialisasi.


Ketua RT 06 Pelem Kidul, Bagus Yatin Mulyono, menjelaskan rumah yang disewa oleh R adalah milik Wahyuni. Bagus menyebut jika R selama ini tinggal sendirian di rumah kontrakan itu.


"Asalnya dari Jakarta, namanya Rohandi umur 42, dia tinggal sendiri di sini dan sudah menyerahkan KK sama KTP saat rapat RT," kata Bagus kepada wartawan di Pelem Kidul, Baturetno, Banguntapan, Bantul, Jumat (3/11/2023).


Bagus juga mengungkapkan R belum lama tinggal di Pelem Kidul. Namun, R mengaku ingin memperpanjang kontraknya jika betah tinggal di Pelem Kidul.


"Ya itu sebulan terus nanti kalau betah lanjut gitu bilangnya saat rapat RT. Pokoknya tiga pekan pas laporan RT," ucapnya.


Dikira Pengangguran

Bagus mengaku tidak mengetahui secara pasti aktivitas Rohandi sehari-hari. Akan tetapi, warga menilai jika Rohandi seorang pengangguran.


"Tidak ada yang mencurigakan, ya belum bekerja gitu tahunya," ucapnya.


Selain itu, Bagus juga mengatakan jika R tidak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar. Dia menyebut hal itu lumrah karena Rohandi merupakan penduduk baru di Pelem Kidul.


"Belum pernah, dia itu keluar cuma cari makan, gitu saja" ujarnya.


Sementara itu, pemilik rumah kontrakan yang ditempati Rohandi yakni Wahyuni mengaku tidak tahu menahu jika selama ini R memproduksi keripik pisang di dalam rumah.


"Saya tidak pernah curiga dengan apa yang dilakukan dia. Karena saya kebanyakan ada di dalam rumah," ujar Wahyuni.


Meski begitu, Wahyuni menilai Rohandi kerap menyapa jika bertemu dengan dirinya. Terlebih saat pria itu mau pergi dari rumah.


"Tapi kalau ketemu itu orangnya suka menyapa, 'permisi, Bu', gitu," katanya. (DTC/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini