Nasib Ganjar Pranowo Ditinggal Jokowi? Denny Siregar: Kasihan Ganjar, Lawannya yang Pernah Dia Bela

REDAKSI
Selasa, 17 Oktober 2023 - 14:19
kali dibaca
Ket Foto: Momen Ganjar Pranowo menangis saat pamitan di hadapan ribuan Jawa Tengah yang berkumpul halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah, Kota Semarang Selasa sore.

Mediaapakabar.com
- Ganjar Pranowo terancam ditinggal Jokowi? Nasib Ganjar Pranowo menjadi pembahasan elit politik. 

Capres PDI Perjuangan itu tidak mendapatkan dukungan dari relawan Pro Jokowi. Apalagi Jokowi hadir dalam deklarasi dukungan Projo untuk Prabowo Subianto.  


Prabowo Subianto juga disebut-sebut bakal mengajak Gibran sebagai Cawapresnya di Pilpres 2024. 


Meski, terganjal usia, sejumlah pihak telah mengajukan gugatan di Mahkamah Konstitusi. 


Ketua MK Anwar Usman yang merupakan Paman Gibran disebut bakal memuluskan langkah Gibran dan mengabulkan gugatan itu. Sehingga, MK bakal merevisi aturan tersebut. 


Terkait ini, pegiat media sosial yang merupakan pendukung Ganjar Pranowo yakni Denny Siregar memberikan bocoran soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) atas uji materiil batas usia minimal capres-cawapres 40 tahun.


Menurut Denny Siregar, dari informasi yang sudah terkonfirmasi, putusan MK akan memberi jalan secara konstitusi bagi Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi untuk maju di Pilpres sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto.


Hal itu dikatakan Denny Siregar lewat cuitan di akun X (Twitter) nya @Dennysiregar7 serta pernyataan di video yang diunggah di akun YouTube Merah Putih TV, Minggu (15/10/2023).


"Udah confirm si anak akan lolos.. Silahkan kecewa. Silahkan marah. Tapi terimalah kenyataan bahwa manusia bisa berubah. Yang gua sayangkan cuman satu, kalo A ya sejak awal bilang A. Jangan bermuka dua. Itu munafik namanya. Laki2 itu dinilai dari kata2nya..," kata Denny Siregar di akun X (Twitter) nya @Dennysiregar7.


Denny yang dulunya adalah pendukung setia Jokowi, kini mengaku kecewa dengan apa yang dilakukan Jokowi tersebut.


"Gue gak peduli siapapun itu. Tapi selama konstitusi dilanggar untuk kepentingan kekuasaan, gua akan ada di barisan terdepan. Ini bukan tentang siapa yang akan menjadi Presiden kelak. Tapi apa yang yang akan kita wariskan ke anak cucu kita kelak.. Gua cinta Jokowi. Tapi gua lebih cinta pada NKRI," kata Denny.


Menurutnya saat ini Ganjar Pranowo akan melawan orang yang dulu pernah ia bela.

"Kasian pak Ganjar. Lawannya bukan saja orba, tapi juga orang yang dulu pernah dia bela," kata Denny.


Kritikan keras Denny Siregar juga diungkapkannya dalam video di akun YouTube Merah Putih TV berjudul 'Denny Siregar: KAMI MUAK, PAK JOKOWI | TIMELINE #1 #jokowi #mahkamahkonstitusi #kamimuak'.


"Berhari-hari, saya selalu bersuara terhadap apa yang sedang terjadi di Mahkamah Konstitusi. Lembaga yang seharusnya kita hormati tiba-tiba membuat pernyataan akan mengumumkan keputusannya tentang gugatan batas usia minimal capres dan cawapres di tanggal 16 Oktober. Padahal 3 hari lagi tanggal 19 Oktober adalah masa pendaftaran capres dan cawapres," kata Denny.


Menurut Denny, apa yang dilakukan MK dimana Ketuanya adalah adik ipar Jokowi, adalah hal yang janggal.


"Apakah bau ini nggak amis? Kenapa lembaga tinggi yang seharusnya kita hormati, tidak mengundurkan saja keputusannya sesudah Pilpres 2024 misalnya, untuk menghindari segala keributan?," tanya Denny, sembari mengenakan ikat kepala hitam bertuliskan #KamiMuak.


"Kenapa harus dipaksakan keputusannya mendekati pendaftaran? Apakah ini memang settingan untuk meloloskan anak Jokowi supaya dia punya hak secara konstitusi untuk menjadi calon wakil presidennya Prabowo?," beber Denny.


Menurut Denny semua kasak kusuk di masyarakat in,  seakan tidak ada yang mau dengar.


"Mereka tuli dan buta bahwa konstitusi kita mau dipaksakan hanya untuk kepentingan sesaat saja. Padahal sudah banyak pakar hukum, akademisi, budayawan, jurnalis yang bersuara," ujarnya.


Bahanya kata Denny, ketika konstitusi ditabrakkan hanya untuk persoalan jabatan maka akan merusak demokrasi.


"Rusak demokrasi kita, rusak semua perjuangan reformasi kita, ketika hukum yang seharusnya menjadi Panglima ini malah jadi alat penguasa di mana yang namanya Trias Politika, ketika eksekutif, legislatif, dan yudikatif, yang seharusnya saling mengawasi sekarang mau digunakan untuk melanggengkan kekuasaan," ujar Denny berapi-api.


"Apa yang harus kita ceritakan pada anak cucu kita nanti. Nak negara kita ini dikuasai oleh satu keluarga. Kamu diam saja ya, Jangan berteriak apa-apa. Bisa hilang nanti kamunya. Begitu maunya?" tanya Denny.


Denny juga mempertanyakan apakah harus kembali ke zaman orde baru.


"Mau seperti zaman orba yang berkuasa 32 tahun itu. Yang saya heran nih pak Jokowi, maaf ya, juga seakan-akan tuli dan buta," tegas Denny.


"Ketika saya teriak untuk selamatkan konstitusi, untuk selamatkan nama baik, saya dituduh menyerang. Saya ini pendukung Jokowi selama dua kali Pilpres. Tapi saya bukan penjilat yang mengiyakan apa saja, apalagi kalau itu sebuah kesalahan besar," kata Denny.


Denny mengaku sebenarnya tidak terlalu peduli dengan narasi politik dinasti atau apapun juga.


"Saya hanya peduli terhadap nasib bangsa ini. Ketika hukum bisa dimainkan oleh penguasa. Itu pengkhianatan terhadap reformasi namanya," ujanya.


Seharusnya, kata Denny, Jokowi gelisah ketika namanya ditarik-tarik dalam melegalkan permasalahan di Mahkamah Konstitusi ini.


"Kenapa Pak Jokowi gak melarang saja anaknya, yang belum cukup umur sesuai konstitusi, supaya tidak ikut Pilpres 2024 ini?. Apalagi Pak Jokowi kan tahu, kalau ipar bapak yang menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi ini," kata Denny.


"Atau apakah bapak juga menikmatinya dengan dalih demokrasi, dengan dalih biarkan rakyat yang memilih. Tapi konstitusi yang bilang bahwa anak Bapak belum cukup umur itu ditabrak juga," ujarnya.


"Itu kan munafik namanya. Itu kan namanya bermuka dua. Tak ada satupun langkah yang membuat banyak orang nyaman, bahwa keluarga Bapak tidak terlibat ini semua. Malah semuanya terlihat di setting untuk memuluskan itu semua," kata Denny. 


Menurut Denny, baliho-baliho, deklarasi palsu dan karpet merah, semuanya seperti disiapkan untuk menyambut keputusan Mahkama Konstitusi ini.


"Apakah kami bodoh dan gak tahu semua ini? Apakah kami juga tidak berhak curiga? Apakah saya salah kalau ingin pertandingan ini berjalan dengan fair," katanya.


Sebab menurut Denny seharusnya MK, polisi dan semua alat negara menjadi wasit saja dan bukan pemain juga.


"Apakah saya salah ketika saya ingin demokrasi berjalan dengan hukum yang menjadi terjaga? Bukan mengawal orang yang ingin berkuasa. Apakah saya salah, kalau di awal saja sudah berpihak, maka ketika nanti di garis finish pertandingan ada perselisihan, apakah juga bisa netral atau sudah disetting untuk memenangkan seseorang?," kata Denny.


Karenanya Denny mengaku sudah muak dengan apa yang dilakukan Jokowi.


"Maaf saya sudah muak. Mungkin bukan saya saja. Kami semua sudah muak. Muak melihat kotornya cara-cara untuk memenangkan pertandingan. Muat melihat orang-orang yang haus kekuasaan dan menghalalkan segala cara," katanya.


"Muat melihat reformasi yang dulu diperjuangkan dengan korban nyawa mahasiswa harus dihancurkan sekarang," kata Denny.


Denny kemudian mengatakan ia mengenakan ikat kepala hitam bertuliskan #KamiMuak untuk menunjukkan sikap pribadinya.


"Saya pakai ikat kepala ini untuk menunjukkan sikap pribadi saya. Enggak terkait dengan dukungan saya kepada siapun. Saya muak mungkin sudah sampai level pengen muntah," kata Denny.


Dalam pertandingan, kata Denny, siapapun lawannya ia mengaku tidak pernah takut.


"Saya hanya marah ketika ada potensi rusaknya aturan aturan negara, hanya karena nafsu berkuasa. Kalau aturan itu dilanggar maka rusaklah semua pondasi bernegara," ujar Denny.


Ia berharap mimpi buruk yang menghantui kepalanya itu tidak terjadi.


"Semoga Mahkamah Konstitusi bisa dengan bijak memperkirakan dampak buruk yang akan terjadi. Ingat Pak Hakim, Jabatan itu sementara. Kalian adalah para wakil Tuhan di dunia. Pertanggungjawaban jauh lebih berat daripada kami orang biasa dan jangan jual itu dengan harga murah," kata Denny.


"Dan jangan sampai rasa muak ini akhirnya menjadi muntah," pungkasnya. (TRB/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini