Dear Orang Tua, Ini 5 Cara Cegah Kekerasan Pada Anak

REDAKSI
Jumat, 25 Agustus 2023 - 19:40
kali dibaca
Ket Foto: Ilustrasi.

Mediaapakabar.com
Anak tak jarang mendapatkan perlakuan kekerasan baik secara psikis berupa perundungan dan kekerasan fisik di sekolah. Orang tua bisa melakukan pencegahan dengan melakukan hal ini.

Seperti diungkapkan psikolog anak dan remaja Vera Hadiwidjojo ada lima cara yang bisa dilakukan agar orang tua dapat mencegah hal itu terjadi.


Cara Cegah Kekerasan Pada Anak dari Rumah

1. Gunakan 15 Menit per Hari untuk Komunikasi dengan Anak

Vera mengatakan orang tua perlu meluangkan waktu berkomunikasi untuk memastikan anak tidak mengalami kekerasan. Komunikasi rutin ini, menurut dia, bertujuan agar orang tua dan anak mengalami percakapan yang hangat, berisi tawa. Untuk itu, orang tua perlu mengetahui apa yang sedang digandrungi anak.


"Misalnya anak suka bola, orang tua belajar sedikit tentang bola. Anak sekarang punya media sosial, terutama yang remaja. Bapak-ibu bisa lihat, apa yang di-follow sama anak, kita follow juga akun itu. Tujuannya supaya kita update info untuk bahan kita ngobrol di komunikasi rutin dengan anak ini," ujarnya seperti dilansir detikEdu Jumat (25/8/2023).


Percakapan itu harus lebih diluangkan khususnya anak ketika mulai sekolah di tingkat SMP dan SMA. Sebab, anak akan lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah atau luar rumah.


"Kalau anak TK-SD masih banyak waktunya. Yang akan lebih challenging kalau anak sudah mulai SMP, SMA, yang waktu sekolahnya lebih panjang, dan waktu sekolahnya lebih padat. Nah ini usahakan diadakan ya, tanya bagaimana hari ini," tuturnya.


Selain itu, percakapan juga bisa dimulai dengan bercerita alih-alih bertanya. "Misalnya, 'Eh Ayah tadi ikut webinar Kemendikbud, menarik lho. Bahasannya tentang ini-ini.' Anak mendengarkan. Jadi buat anak nyaman dengan komunikasi rutin ini. Apapun yang kita mau tahu, mereka juga mau bilang sendiri nantinya," terangnya.


Ia menggarisbawahi, komunikasi rutin ini jangan melibatkan pertanyaan template seperti tentang PR, nilai, dan ulangan.


"Komunikasi ini jangan diisi dengan ada PR atau tidak, dapat nilai berapa, ulangannya bisa atau tidak. Jadinya besok-besok kalau ditanya, jawaban anak akan pendek-pendek aja: udah, biasa, nggak apa-apa, aman," jelasnya.


2. Mengasah Empati Anak

Asah empati anak menurut Vera dapat bantu anak berempati pada korban saat menjadi saksi kekerasan. Empati juga bantu anak merasa bertanggung jawab mencegah dan melerai di perbuatan kekerasan, serta membantu korban.


Vera menjelaskan, cara mengasah empati anak yaitu dengan memperlakukannya dengan berempati. Langkahnya yakni dengan memahami apa yang dirasakan anak, mau mendengarkan anak, sehingga ia merasa dihargai, perasaannya diterima dan dipahami. Dengan demikian, sang anak juga memahami caranya berempati pada orang lain.


"Caranya bagaimana? Bawa ke panti asuhan boleh saja. Tetapi yang lebih penting adalah perlakukan anak juga secara empatik," tuturnya.


3. Anak Diajarkan Selesaikan Konflik

Vera menambahkan, penting untuk mengajarkan dan mencontohkan anak cara menyelesaikan konflik.


"Bagaimana cara ibu menyelesaikan konflik? Apakah langsung ada piring terbang, apakah bisa dengan bicara, diskusi. Anak juga perlu punya tools ini. Ketika dia misalnya ada konflik di sekolah, tidak suka misalnya dengan cara guru menegur dia, nah kita ajarkan bagaimana caranya bicara secara asertif, jujur tetapi tidak menyinggung orang lain. Itu perlu diajarkan dan dicontohkan di rumah," terangnya.


4. Evaluasi Cara Mengasuh

Vera menjelaskan, cek kembali apakah pengasuhan di rumah selama ini mengandung kekerasan. Contohnya yakni anak diberikan hukuman fisik, menjadi korban kekerasan orang tua.


5. Perhatikan yang Dilihat Anak dan Evaluasi

Apa yang disaksikan anak di rumah dapat berupa pertengkaran orang tua dan kekerasan di rumah, baik dari anggota keluarga, tontonan, dan games. Vera mengatakan, hal-hal yang dilihat anak tersebut berisiko membuatnya menganggap kekerasan merupakan hal yang biasa saja.


"Lalu tontonan, apa yang ditonton anak, video games apa yang dimainkan. Sesuai tidak dengan usia si anak ini. Kalau tidak, akan berdampak negatif," pungkasnya. (DTC/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini