3 Kasus Penyanderaan Fenomenal di Dunia, Atlet Israel Jadi Korban

REDAKSI
Sabtu, 08 April 2023 - 05:01
kali dibaca
Ket Foto: Ilustrasi.

Mediaapakabar.com
Beberapa peristiwa penyanderaan fenomenal pernah terjadi di berbagai negara dan menyita perhatian dunia. Kejadian cukup baru adalah ketika para turis Hong Kong disandera seorang mantan polisi di Manila, Filipina, yang menyebabkan 2 orang turis tewas ditembak.

Berikut adalah 3 peristiwa penyanderaan fenomenal di dunia, sebagaimana dihimpun pada Sabtu (8/4/2023) :


1. Olimpiade Munich 1972


Olimpiade musim panas yang berlangsung di Munich, Jerman pada tahun 1972 merupakan perhelatan olimpiade terburuk sepanjang sejarah. Sebab, terjadi penyanderaan dan pembunuhan kepada 11 atlet Israel yang bertanding dalam olimpiade.


Melansir laman Sindonews, peristiwa itu terjadi pada 5 September 1972 sekitar pukul 04.30. Sekitar 8 milisi Palestina dan Black September yang merupakan bagian dari kelompok Fatah memanjat pagar tempat menginap para atlet. Para pelaku menyamar sebagai atlet dan bisa masuk dengan menggunakan kunci curian.


Saat tiba di apartemen 1 yang dihuni atlet Israel, pelaku ditahan oleh wasit gulat Yosse Gutfreund dan seorang pelatih gulat bernama Moshe Weinberg. Usai berkelahi, Weinberg terkena tembakan dan memaksanya harus memimpin teroris melewati apartemen 2 yang juga diisi oleh atlet Israel dan mengumpulkan para sandera.


Ketika tiba di apartemen 3, sandera yang dikumpulkan lebih banyak lagi. Saat perlawanan kembali dilakukan, Weinberg tewas tertembak. Peristiwa kelam itu juga menewaskan atlet angkat besi, Yossef Romano, yang mencoba mengambil senjata dari pelaku. Sudah ada 2 orang yang tewas, pelaku lantas menyandera 9 orang di apartemen itu.


Diketahui, serangan dilakukan karena pelaku menuntut pembebasan lebih dari 200 warga Palestina yang menjadi tahanan di penjara Israel. Mereka juga menuntut disediakannya pesawat untuk mengantarkan ke tempat yang aman di wilayah Timur Tengah.


Setelah melakukan negosiasi panjang, para sandera dibawa ke dalam bus yang kemudian akan menuju ke sebuah helikopter. Dengan keadaan mata tertutup dan tangan terikat, sandera berjalan beriringan. Sayangnya, rencana penyelamatan oleh polisi Jerman kurang berlangsung mulus. Sehingga, baku tembak antara polisi dan teroris tak dapat dihindari.


2. Patty Hearst


Penyanderaan menimpa Patricia Hearst, cucu seorang pengusaha dan penerbit surat kabar terkenal, William Radolph Hearst, pada 4 Februari 1974.


Gadis yang akrab disapa Patty itu masih berusia 19 tahun saat menjadi korban penculikan. History menyebut, Patty diculik di apartemennya yang terletak di Berkeley, California, oleh 3 orang bersenjata. Pelaku juga mengikat dan memukuli tunangan Patty, Stephen Weed.


Dengan mata tertutup, Patty dimasukkan ke dalam bagasi mobil dan dibawa pergi. Tidak ada orang yang berani membantu Patty, sebab pelaku melepaskan tembakan.


Beberapa hari setelahnya, kelompok kecil sayap kiri di Amerika Serikat, SLA (Symbionese Liberation Army), mengumumkan bahwa Patty adalah tawanan perang. Demi menebus Patty, keluarga Hearst harus menyerahkan sejumlah uang dan bahan makanan untuk semua orang yang tinggal di sepanjang wilayah Santa Rosa hingga Los Angeles.


Peristiwa kontras dan di luar dugaan justru terjadi. Pada April, kamera pengintai mendapati gambar Patty yang turut merampok bank San Francisco bersama kelompok perampok bersenjata. Dalam pernyataan yang dikirim ke pihak kepolisian, Patty mengaku sudah bergabung dengan SLA atas keinginannya sendiri.


Patty Hearst, yang kemudian menyebut dirinya dengan nama Tania, ditangkap pada 18 September 1975 usai buron selama kurang lebih setahun. Ia dinyatakan bersalah pada 20 Maret 1976 dan divonis hukuman 7 tahun penjara.


Saat hukumannya berjalan 21 bulan, Patty mendapat keringanan dari Presiden Jimmy Carter. Patty berhasil kembali ke kehidupan normal dan menikahi pengawalnya. Di tahun 2001, Presiden Bill Clinton menyatakan bahwa Patty sudah terbebas dari segala hukuman dan mendapat pengampunan.


3. Penyanderaan di Manila


Kasus penyanderaan terjadi di Manila, Filipina pada 23 Agustus 2010. Peristiwa mengerikan itu dikenal pula dengan nama ‘the Rizal Park hostage-taking accident’. Seorang penculik membajak bus yang ditumpangi oleh wisatawan Hong Kong dan menyandera 25 penumpangnya. Pelaku yang merupakan mantan inspektur polisi bernama Rolando Mendoza itu membawa senapan otomatis laras panjang saat melakukan aksinya.


Mendoza dipecat karena terlibat kasus, 7 bulan sebelumnya. Namun, ia merasa tidak bersalah dan layak untuk kembali bertugas. Penyanderaan yang dilakukannya itu sebagai bentuk protes dan dorongan agar pihak kepolisian kembali menyelidiki kasusnya.


Pada negosiasi awal, Mendoza berhasil sedikit melunak dengan membebaskan 9 orang sandera, termasuk 3 anak-anak. Namun, polisi enggan mengabulkan permintaan Mendoza yang berujung pada kekacauan. Mendoza nekat menembak mati 2 orang sandera, sebelum akhirnya polisi menyerbu bus.


Aksi penyelamatan berlangsung selama 11 jam. Berbagai upaya menyelamatkan sandera, seperti penembakan dengan gas air mata tak berhasil membuat Mendoza takut. Bahkan, kontak tembak sempat terjadi antara polisi dan Mendoza. Akhirnya, Mendoza tewas usai ditembak polisi. (OC/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini