![]() |
Ket Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani. |
Mediaapakabar.com - Hampir semua negara di dunia mengalami risiko kemunduran ekonomi yang dipicu inflasi yang naik tinggi akibat disrupsi rantai pasok, pengetatan kebijakan moneter, hingga perang di Ukraina.
Hal tersebut dikemukakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan sambutan dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR, seperti dikutip CNBC Indonesia, Jumat (20/10/2022).
"Bahkan sekarang kata-kata resesi bukannya tidak mungkin di Amerika Serikat," kata Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu (19/10/2022).
Sri Mulyani menyebut, kondisi mengenaskan juga dialami Eropa akibat inflasi tinggi yang memaksa bank sentral menaikkan suku bunga secara agresif.
"Pada 2022 dan 2023, Eropa juga kemungkinan terjadi resesi," paparnya.
Kemudian, menurut Sri Mulyani, China juga telah mengalami perlambatan yang disebabkan lockdown dan kondisi dunia, serta sektor properti.
"Angka kuartal III (PDB China) belum keluar, tetapi akan tajam melemah."
Selain itu, Inggris juga akan mengalami guncangan akibat pengelolaan APBN-nya yang tidak kredibel. Tak terlepas pula, negara berkembang diyakini akan tertekan ke depannya.
"Meskipun seperti sekarang ini, emerging countries, seperti India, Indonesia dan Brazil, Meksiko relatif dalam situasi cukup baik. Namun, bukan berarti mereka tidak terpengaruh oleh kondisi eksternal," ungkap mantan Kepala Bappenas tersebut.
Hal ini, lanjut Sri Mulyani, perlu diwaspadai meskipun Indonesia masih diprediksi tumbuh di atas 5% pada 2022 dan 2023. "Bagaimanapun, kondisi eksternal faktor mempengaruhi ekonomi kita," tegasnya. (CNBC/MC)