Akibat Adanya Pemangkasan Produksi, Harga Minyak Naik ke US$ 97

REDAKSI
Sabtu, 08 Oktober 2022 - 10:04
kali dibaca
Ket Foto : Ilustrasi.

Mediaapakabar.com
Harga minyak naik sekitar 3% ke level tertinggi 5 minggu pada Jumat (7/10/2022), imbas keputusan OPEC+ termasuk Rusia minggu ini melakukan pemotongan produksi terbesar sejak 2020 meskipun ada kekhawatiran kemungkinan resesi ekonomi global dan kenaikan suku bunga.

Keputusan pemangkasan produksi dilakukan menjelang embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia. Pengurangan produksi juga akan menekan pasokan di pasar yang sudah ketat.


Sementara harga minyak mentah Brent naik US$ 3,48, atau 3,7%, menjadi US$ 97,90 per barel. Sedangkan minyak mentah AS West Texas Intermediate, atau WTI, naik US$ 4,18, atau 4,7%, menjadi US$ 92,63.


Harga minyak terus menguat bahkan ketika dolar bergerak tinggi setelah data menunjukkan ekonomi AS menciptakan lapangan kerja dengan kecepatan kuat memberi Federal Reserve (The Fed) alasan melanjutkan kenaikan suku bunga.


Sementara penguatan dolar dapat menekan permintaan, membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.


Kedua acuan minyak menguat capai level tertinggi sejak 30 Agustus, kenaikan harian kelima berturut-turut dan kenaikan mingguan kedua berturut-turut, di wilayah overbought secara teknis.


Untuk minggu ini, Brent naik sekitar 10% dan WTI menguat sekitar 15%. Keduanya akan menjadi persentase kenaikan mingguan terbesar sejak Maret.


OPEC+ minggu ini sepakat menurunkan target produksi sebesar 2 juta barel per hari. "Di antara konsekuensi utama pemotongan terbaru OPEC adalah kembalinya harga minyak ke US$ 100," kata pialang minyak PVM, Stephen Brennock.


UBS Global Wealth Management juga memproyeksikan Brent akan bergerak di atas angka US$ 100 pada kuartal mendatang.


Sekretaris Jenderal OPEC Haitham al-Ghais mengatakan penurunan target produksi akan membuat OPEC+ memiliki lebih banyak pasokan untuk dimanfaatkan jika terjadi krisis.


Presiden AS Joe Biden pada Kamis (6/10/2022) menyatakan kekecewaannya atas rencana OPEC+. Dia dan pejabat AS mengatakan Washington sedang mencari semua alternatif yang mungkin untuk menjaga harga agar tidak naik.


"Dengan Brent sekarang dengan kuat kembali ke kisaran US$ 90-100, OPEC+ kemungkinan akan senang dengan hasilnya meskipun ketidakpastian prospek ekonomi tetap ada," kata analis broker OANDA, Craig Erlam.


Di Eropa, perpecahan antara para pemimpin Uni Eropa mengenai pembatasan harga gas dan paket penyelamatan nasional muncul kembali. Polandia menuduh Jerman egois dalam menanggapi krisis energi musim dingin yang disebabkan perang Rusia di Ukraina.


Sementara SPBU di Paris dan seluruh Prancis mengalami masalah pasokan bahan bakar karena pemogokan di tempat kilang Total Energies SE berlanjut pada hari ke-10. (BBC/BC)



Share:
Komentar

Berita Terkini