Siap-siap! Angka Kemiskinan Melonjak Imbas Harga BBM Naik

REDAKSI
Selasa, 06 September 2022 - 20:53
kali dibaca
Ket Foto : Pengendara kendaraan bermotor antre membeli bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite di SPBU Pondok Petir, Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Rabu malam, 31 Agustus 2022. Sejumlah SPBU diserbu pembeli terkait kenaikan harga BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar.

Mediaapakabar.com
Anggota Komisi VII DPR fraksi PKS Nurhasan Zaidi menyebutkan kenaikan harga BBM subsidi dapat memicu tingginya inflasi dan angka kemiskinan di Indonesia.

Kebijakan tersebut merupakan hal ironis, di saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang kali mengatakan akan menjaga agar harga BBM tidak akan naik.

“Kita punya catatan bahwa paling tidak tujuh kali BBM naik di masa pemerintah saat ini. Pahitnya, kenaikan ini saat masyarakat baru akan bangkit dari pandemi. Bahkan ancaman inflasi tanpa kenaikan BBM pun sedang menghantui,” ujar Nurhasan dilansir dari beritasatu.com, Selasa (6/8/2022).


Nurhasan mengaku Komisi VII berulang kali memberikan pemahaman kepada pemerintah, baik di ruang sidang maupun diskusi terbatas, terkait kenaikan harga BBM. Namun pemerintah seperti kehilangan arah prioritas pembangunan dan keberpihakannya kepada rakyat.


“Ini catatan kelam kabinet di akhir masa jabatannya,” ujar politisi PKS tersebut.


Nurhasan memahami bahwa saat ini beban subsidi dan kompensasi energi terlampau besar. Namun pemerintah masih memiliki alternatif untuk menjawab hal tersebut.


"Sebab, kenaikan harga BBM hingga 30% ini akan jadi penyebab utama naiknya harga komoditas lainnya. Kenaikan ini akan membuat masyarakat merana. Untuk itu jelas sikap kita, tolak kenaikan harga BBM, terutama yang bersubsidi,” tegasnya.


Senada dengan itu, anggota Komisi VIII DPR Fraksi Partai Gerindra Abdul Wachid menilai kenaikan harga BBM subsidi yakni Pertalite dan Solar akan menambah daftar masyarakat miskin baru. Apalagi dampak Covid-19 belum sepenuhnya pulih. 


“Kenaikan harga BBM akan memunculkan tambahan orang miskin. Jadi dengan kenaikan BBM ini akan menambah kemiskinan,” kata Wachid.


Dia mengaku ragu bantuan sosial (bansos) yang dipersiapkan pemerintah guna mengalihkan dampak kenaikan harga BBM subsidi akan efektif. Meskipun pemerintah telah mempersiapkan anggaran sebesar Rp 24,17 triliun guna mengatasi dampak kenaikan harga BBM subsidi.


“Belum sebanding dengan dampak kenaikan angkutan dan barang, terutama angkutan bahan pokok dan biaya produksi pertanian akan naik, upah tenaga kerja angkutan jasa juga pasti minta naik,” pungkas Wachid.


Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menaikkan harga BBM mulai berlaku Sabtu (3/9/2022), pukul 14.30 WIB. Penyesuaian harga BBM subsidi antara lain, Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, kemudian Solar dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter, Pertamax nonsubsidi dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. (BS/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini