Pulang dari AS, Luhut Ungkap 3 Ancaman Ngeri Hantui Ekonomi RI

REDAKSI
Rabu, 28 September 2022 - 10:44
kali dibaca
Ket Foto : Menko Luhut Binsar Pandjaitan bertemu Menkeu AS Janet Yellen. (Getty Images/Drew Angerer)

Mediaapakabar.com
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan beberapa waktu lalu baru saja melakukan kunjungan ke New York, Amerika Serikat. Pulang dari negeri Paman Sam, Luhut membawa kabar buruk soal ekonomi global.

Dia bercerita banyak pemangku kepentingan di bidang ekonomi bicara soal ancaman-ancaman krisis ekonomi global akan terjadi dalam waktu dekat.


"Dunia diramalkan, saya kemarin di New York, mereka katakan dunia akan masuk ke dalam global crisis atau perfect storm akan terjadi dalam waktu beberapa lama ke depan ini. Maka harus kita tata negeri ini dengan baik," ungkap Luhut saat memberikan pidatonya di acara puncak Hari Maritim Nasional 2022, yang disiarkan virtual, Selasa (27/9/2022).


Apa saja ancaman ekonomi yang akan terjadi?


1. Krisis Energi dan Pangan


Luhut bilang sampai saat ini Indonesia menjadi negara yang cukup kuat ekonominya di dunia. Namun, hal itu tak lantas membuat Indonesia berpuas diri. Semua tetap harus waspada pada krisis yang akan terjadi dalam waktu dekat.


Apalagi saat ini kondisi geopolitik dunia masih sangat panas. Luhut menyebutkan perang masih belum diprediksi kapan berakhirnya antara Rusia dan Ukraina. Di sisi lain, hubungan China dan Taiwan di kawasan Asia Timur juga mulai memanas. Bisa jadi dampak ekonomi karena panasnya kondisi geopolitik akan dirasakan oleh Indonesia.


"Saya sampaikan bahwa Indonesia telah menjadi ekonomi yang kuat saat ini di dunia, tapi kita tak bisa hindari, bahwa situasi di Ukraina, ketegangan yang belum tentu kapan selesainya bisa berdampak pada pangan dan energi. Begitu juga keadaan di kawasan ini, di mana ketegangan China dan Taiwan berdampak banyak pada ekonomi dunia," papar Luhut.


"Suka tidak suka hal-hal ini akan juga berdampak ke Indonesia," sebutnya.


2. Kenaikan Suku Bunga AS


Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) baru saja menaikkan suku bunga. Tercatat sudah tiga kali The Fed menaikkan suku bunga, kini suku bunga The Fed sudah mencapai 3-3,25%.


Luhut memprediksi The Fed masih terus menaikkan suku bunga acuannya. Dia memprediksi sampai akhir tahun mungkin suku bunga The Fed bisa mencapai 4,75%.


Maka dari itu menurutnya ekonomi Indonesia sudah seharusnya mulai mewaspadai dampak kenaikan suku bunga ini. Dia bilang suka tidak suka, dampak kenaikan suku bunga The Fed pasti akan berdampak ke ekonomi Indonesia.


"The Fed akan menaikkan suku bunganya sampai 4,75% sampai akhir tahun. Suka tidak suka itu akan berdampak ke ekonomi Indonesia juga," kata Luhut.


Sebelum Luhut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah pernah menjelaskan dampak dari kenaikan suku bunga AS. Langkah pengetatan moneter itu diakui Sri Mulyani menjadi ancaman baru ekonomi dunia. Dia menyebutkan ekonomi global bisa berisiko resesi pada 2023 karena kebijakan tersebut.


Sikap The Fed yang mengerek suku bunga acuan 75 basis poin (bps) dari 2,25-2,5% menjadi 3-3,25% pada September 2022 turut memantik gejolak berbagai bank sentral dunia. Menurut catatannya, The Fed yang sudah menaikkan bunga acuan 300 bps sejak awal tahun untuk merespons inflasi yang mencapai 8,3%.


"Bank Dunia sudah menyampaikan kalau bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrim dan bersama-sama, maka dunia pasti mengalami resesi di 2023. Inilah yang sekarang sedang terjadi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa secara virtual, Senin (27/9/2022) kemarin.


3. Inflasi Pangan


Luhut juga sempat bicara soal tingkat inflasi di Indonesia. Dia menyampaikan inflasi berada di tingkat 4,9% secara tahunan per Juli 2022.


Menurutnya, tingkat inflasi itu sempat meningkat karena kenaikan harga pangan. Dia mengatakan pemerintah pun tak henti-hentinya menekan harga pangan sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).


"Inflasi kita masih 4,9%, core inflasi kita 2,8%. Tapi banyak di pangan masalah inflasinya cukup tinggi, dan sekarang kita kerjakan bersama-sama sesuai dengan instruksi presiden pada kita semua," kata Luhut.


Per bulan Agustus sendiri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi alias penurunan harga. Artinya, tingkat inflasi turun daripada bulan Juli yang sempat dipaparkan Luhut.


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi Agustus 0,21%. Hal itu diungkapkan Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers Kamis (1/9) lalu.


"Secara month to month Agustus deflasi 0,21% ini merupakan yang terdalam sejak September 2019 dimana September 2019 deflasi 0,27%," ujar Margo.


Sementara itu secara tahunan dan tahun berjalan, BPS mencatat masih ada inflasi. Inflasi tahun kalender tercatat 3,63%, sementara inflasi tahunan tahun 2021 ke tahun 2022 itu 4,69%.


Margo mengatakan, berdasarkan pantauan BPS pada 90 kota di Indonesia, pada bulan Agustus 2022 mengalami deflasi 0,21%. Terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 111,8 pada Juli menjadi 111,57 pada Agustus. (DTC/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini