Ket Foto : AS dan negara Barat lain menyebut terlalu cepat menilai Presiden Vladimir Putin sudah menyerah untuk menguasai Kyiv meski Rusia mengurangi serangan. (AP/Alexander Zemlianichenko) |
Mediaapakabar.com - Amerika Serikat dan negara Barat lain menilai terlalu cepat untuk menganggap Presiden Vladimir Putin menyerah menguasai Kyiv, meski Rusia memang mengurangi serangan di sekitar ibu kota Ukraina itu.
Negara-negara tersebut mengakui Rusia memang menarik sebagian besar pasukannya dari kawasan pusat Ukraina dan sedang berkonsentrasi di wilayah timur, seperti Mariupol.
Namun, Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, menduga Rusia hanya sedang mengatur ulang strategi perangnya di Ukraina.
"Mereka akan dipersenjatai kembali karena mereka telah menggunakan banyak amunisi, dan mereka akan disuplai dengan bahan bakar dan semua hal yang mereka butuhkan, makanan dan sebagainya, untuk melancarkan serangan besar baru," ujar Stoltenberg, dikutip dari CNNIndonesia.com, Kamis, 07 April 2022.
Menurut salah satu pejabat negara Barat, AS dan sekutunya tengah mempersiapkan kemungkinan Putin mencoba menginvasi kembali wilayah Kyiv usai menyelesaikan tujuannya di Donetsk dan Luhansk.
Seperti dilansir CNN, asumsi itu muncul lantaran pasukan Rusia masih punya cukup tenaga dan peralatan yang tersisa untuk kembali menggempur ibu kota Ukraina itu.
"Untuk melindungi wilayah yang direbutnya di timur, kami menduga Rusia berpotensi memperluas proyeksi kekuatan dan kehadirannya ke Ukraina di luar Luhansk dan Donetsk. Itulah niat dan rencana mereka," kata penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan.
AS memprediksi Rusia akan terus meluncurkan serangan udara dan rudal di seluruh Ukraina, termasuk di Kota Kyiv, Odesa, Kharkiv, dan Lviv.
"Moskow sekarang mungkin tertarik menggunakan tekanan militer untuk menemukan penyelesaian politik jika serangan di timur ini terbukti memiliki daya tarik, Rusia bisa menumbuhkan kembali pasukan untuk tujuan tambahan, termasuk mencoba menguasai lebih banyak wilayah di Ukraina," ucap Sullivan.
Ia kemudian menegaskan, "Tujuan Rusia, pada akhirnya, adalah untuk melemahkan Ukraina sebanyak mungkin."
Penilaian intelijen AS memang menunjukkan serangan Rusia di kawasan lain Ukraina kemungkinan sangat terbatas karena kerugian besar selama enam pekan terakhir.
Namun, tentara Rusia diduga memasok logistik mereka bergerak ke timur. Kondisi ini menjadi bahan pertimbangan Barat mengenai jenis jaminan keamanan yang bisa mereka berikan kepada Ukraina untuk mencegah serangan Moskow.
Para pejabat negara Barat meyakini jalan paling jelas untuk mengakhiri perang adalah Ukraina mengalahkan pasukan Rusia. Ini menjadi alasan anggota NATO dan Eropa terus mengirim peralatan militer ke negara itu.
"Hanya ada satu jalan keluar dari perang, dan itu adalah Ukraina menang," kata salah satu pejabat Eropa.
Ukraina sendiri sudah berulang kali menyerukan agar perang segera diakhiri. Namun, Rusia masih terus menyerang kota-kota di negara itu.
Kedua negara ini juga sudah berkali-kali menggelar negosiasi, tapi tak ada hasil yang signifikan.
Pejabat AS, Eropa, serta Ukraina tak percaya Rusia punya itikad baik dalam negosiasi. Menurut mereka, pembicaraan itu tak lebih dari omong kosong.
Para pejabat juga mengaku tak percaya Putin telah menguburkan niatnya untuk melengserkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. (CNNI/MC)