![]() |
Ket Foto : Badut Jalanan di Bandung Sambil Gendong Anak. (detik.com) |
Mediaapakabar.com - Langit gelap tak mematahkan langkahnya mengais rupiah. Dari balik kostum badut dengan karakter Winnie the Pooh berwarna kuning, ia terus menghibur satu per satu pengendara di Jalan Djundjunan (Pasteur), Kota Bandung, Jawa Barat.
Namanya adalah Susi. Setiap hari, Susi sudah terbiasa panas-panasan di jalan atau bahkan terkena guyuran hujan seperti yang terjadi pada sore ini, Minggu (3/4/2022) di Kota Bandung.
Yang ia pikirkan, bagaimana caranya hari itu ia bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan anaknya yang masih berusia 1,5 tahun.
Namun siapa sangka, dibalik kostum badut nan menggemaskan itu, ada kisah getir yang dialami Susi. Bagaimana tidak, ia harus turut membawa anaknya yang masih balita ketika menjalankan profesi sebagai cosplayer badut di jalan.
Dilansir dari detikcom, Susi yang tadinya masih sungkan untuk sekedar berbincang mengenai profesinya. Maklum, Susi tak terbiasa bertemu orang baru dan mengobrol banyak hal.
"Kalau jadi badut udah lama, sambil bantu-bantu suami," kata Susi mengawali perbincangannya.
Susi tak bisa mengingat kapan persisnya ia mulai melakoni pekerjaan sebagai cosplayer itu. Jangankan mengingat hal itu, di umurnya yang sudah menginjak kepala empat pun ia sudah lupa kapan hari ulang tahunnya.
Mengenai anaknya, Susi mengaku harus membawa jagoannya tersebut ke jalanan. Bukan tanpa alasan, ia terpaksa melakukan hal hal itu karena tak mau menitipkan anaknya kepada orang lain ataupun saudaranya di Bandung.
"Kalau dititipin takut, takut kenapa-kenapa si dedenya. Jadi mending dibawa aja," ucapnya.
Toh selama mengamen, Susi mengaku anak lelakinya itu tak pernah rewel. Ditambah, ia memang ingin memiliki waktu mengasuh anaknya hingga beranjak dewasa.
"Alhamdulillah enggak pernah rewel. Panas juga enggak pernah nangis, ya paling rewel juga kalau lapar doang mau mimi," tuturnya.
Bahkan, kata Susi, sang jagoan sudah ia bawa mengamen sejak berusia 4 bulan. Setiap hari Susi harus berjibaku menggunakan kostum badut yang serba tebal sekaligus menggendong anaknya menggunakan kain sarung yang ia lilitkan ke bahu.
"Kalau panas, pasti dibawa panas-panasan. Tapi alhamdulillah enggak pernah rewel a anaknya mah," tutur Susi.
Susi memang bukan warga ber-KTP Kota Bandung. Ia merupakan warga Tasikmalaya yang pergi merantau bersama suaminya ke wilayah Ibu Kota Jawa Barat tersebut.
Beberapa tahun ke belakang, suami Susi mendapat rumah warisan dari orang tuanya di wilayah Sukajadi. Otomatis, ia tak perlu repot memikirkan uang sewa kontrakan bulanan karena sudah memiliki tempat tinggal di sana.
Kembali ke sosok Susi, ia kini sudah mulai terbiasa meladeni pertanyaan. Sesekali, raut gembira terpancar dari mukanya saat Susi mengingat suka-duka menjadi badut di kawasan Jl Djunjunan, Kota Bandung itu.
"Kalau ngebadut di sini aja, enggak pernah ke mana-mana a," ungkapnya.
Dalam sehari, Susi mengaku bisa mendapat uang Rp 100 ribu sekali mengamen. Itu pun jika posisinya ramai dan banyak dermawan yang memberinya uang.
Beda cerita saat sepi. Dalam sehari, Susi paling banyak mengumpulkan uang Rp 20-30 ribu. Uang itu pun harus ia sisihkan untuk membayar kostum badut yang ia pakai.
"Tapi yang punya kostum suka ngerti. Nih kalau saya seharian ngebadut cuma dapetnya Rp 30 ribu, dia nggak suka maksa. Paling minta Rp 20 ribu aja supaya saya juga bisa dapat uang buat di rumah," katanya.
Susi menjalani profesi badut bersama suaminya. Tapi sesekali, sang suami kerap mendapat orderan sebagai penjaja jasa hiburan naik kuda di kawasan Lembang atau di Garut, Jawa Barat.
Jika suaminya menerima orderan itu, Susi terpaksa ditinggal selama satu hingga dua pekan lamanya. Kalau sudah begitu, ia pun tak punya pilihan selain membawa anaknya yang masih berusia 1,5 tahun mengamen di jalan.
"Suami punya kakak sebenarnya, tapi dia nggak mau kalau anak saya dititip ke sana. Jadinya dibawa aja sambil ngebadut," ucapnya.
"Saya mah enggak apa-apa a kalau misalkan dikatain tega sama orang lain bawa anak kecil ngebadut gini, udah risikonya. Daripada dititipin ke orang lain, sayanya yang takut. Terus kalau nggak ngebadut, saya makan hari ini dari mana. Enggak bisa ngandelin suami doang," tuturnya menambahkan.
Namun sayang, obrolan dengan Susi harus berakhir. Sang suami tiba menjemput Susi dan anaknya karena memang langit Kota Bandung sudah gelap dan khawatir mereka berdua harus basah kuyup diguyur hujan.
Sebelum melangkah pergi, Susi tak lupa menitipkan doa. Ia pun berharap orang lain tak memandang sebelah mata profesinya itu meskipun harus membawa sang jagoan ke jalanan.
"Semoga sehat terus ya a, sukses buat kariernya. Nanti ngobrolnya dilanjut lagi, ibu harus pulang udah dijemput soalnya sama si bapak," ucap Susi mengakhiri perbincangan. (DTC/MC)