Ket Foto : Sopir truk mengaku masih kesulitan membeli solar di beberapa daerah, termasuk di Sumut hingga Jatim karena solar subsidi mendadak langka. (ANTARA) |
Mediaapakabar.com - Setelah ibu-ibu mengantri minyak goreng beberapa waktu belakangan, kini giliran bapak-bapak harus mengantri solar subsidi di SPBU. Solar subsidi mendadak langka dan membuat antrean truk mengular di sejumlah SPBU di daerah, mulai dari Sumatera Utara, Palembang, hingga Jawa Timur.
Ketua Kesatuan Sopir Pemilik Kendaraan (Kesper) Sumut Israel Situmeang mengatakan kelangkaan solar sudah terjadi sejak sebulan terakhir. Sopir Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) masih kesulitan mendapatkan solar.
"Saat ini sulit mendapatkan solar. Bahkan antrean bus dan truk di SPBU panjang sekali. Kelangkaan terjadi di sepanjang Jalinsum sampai Labuhanbatu. Antriannya luar biasa itu. Itu keluhan mereka tukang supir, harusnya sampai tiga mereka sampai, tapi hari jadi lima hari," kata Israel, seperti dilansir dari CNNIndonesia.com, Jumat, 08 April 2022.
Menurut Israel, pengusaha angkutan berharap mendapatkan pemasukan tinggi saat Ramadan. Jika masalah kelangkaan solar tak teratasi, maka pendapatan mereka akan jeblok.
"Padahal saat Ramadan ini harusnya kami panen. Jangan sampai kelangkaan BBM terjadi sampai lebaran nanti. Kalau ini terus terjadi, kami akan aksi ke Pertamina karena itu kami harap ada keseriusan menangani masalah kelangkaan solar ini," jelas Israel.
Polda Sumut sebelumnya membentuk tim pengawasan distribusi solar. Hal ini menyusul kelangkaan solar yang terjadi beberapa hari terakhir.
"Saya telah membentuk tim untuk melakukan pengawasan di lapangan dan akan melakukan tindakan bagi setiap orang yang melakukan penyimpangan dengan membeli bahan bakar tidak sesuai aturannya," kata Kapolda Sumut Irjen Pol Panca Putra Simanjuntak.
Panca mengatakan pelaku industri tak boleh membeli solar dengan harga subsidi. Dengan demikian, mereka harus membeli solar non subsidi yang khusus untuk industri.
"Pertamina akan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap solar dan kami minta juga di lapangan pembelian solar ini khususnya BBM yang disubsidi oleh negara itu tidak boleh disalahgunakan," ujar Panca.
Menurut Panca, mobilitas masyarakat cukup meningkat selama Ramadan. Oleh karena itu, ia meminta Pertamina mengantisipasi agar tidak terjadi kelangkaan BBM jenis solar.
"Saya minta ini ke teman-teman Hiswana Migas untuk diingatkan ke operator di lapangan supaya tertib dan memenuhi kebutuhan tersebut," terang Panca.
Sementara, Pjs Area Manager Communication Relation & CSR Sumbagut Pertamina Patra Niaga Agustiawan membantah terjadi kelangkaan Solar di Sumut. Pasalnya, provinsi itu mendapatkan jatah kurang lebih 1,07 juta kiloliter pada 2022.
"Jadi kuota harian untuk Sumut itu 2.900 kiloliter. Kami menambah kuota harian 5-10 persen atau menjadi 3.200 kiloliter. Jadi sampai lebaran mencukupi. Tapi dengan kondisi seperti ini dipertahankan, saya nggak tahu apakah kuota ini masih mencukupi sampai Desember. Itu kuotanya bukan diambil dari tambahan pemerintah. Tapi diambil dari kuota hari berikutnya," papar Agustiawan.
Menurut dia, penggunaan Solar subsidi dibatasi sesuai Surat Edaran (SE) nomor 541/ 3268 tentang Pengendalian Pendistribusian BBM Tertentu Jenis Solar Bersubsidi di Sumut.
Kelangkaan Solar juga terjadi di sejumlah SPBU Surabaya hingga Banyuwangi, Jatim. Kondisi ini berdampak pada distribusi logistik.
Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jatim Sundoro mengatakan banyak sopir truk yang tertahan di SPBU sejak Senin (4/4) lalu.
"Dari semalam Solar langka dan para sopir truk masih menunggu di pom bensin dari semalam," ucap Sundoro. (CNNI/MC)