Ket Foto : Ilustrasi. Gejala COVID-19. (Getty Images/iStockphoto/oonal) |
Mediaapakabar.com - Infeksi COVID-19 menyebabkan berbagai gejala, baik pada sistem pernapasan maupun otak penderitanya. Namun, penelitian baru menunjukkan bahwa virus itu juga bisa menimbulkan gejala neuropati hingga berbulan-bulan.
Dari studi baru yang dilakukan peneliti di Washington, mereka menemukan bahwa orang yang terinfeksi virus Corona kemungkinan bisa mengalami neuropati perifer tiga kali lebih besar. Dikutip dari Harvard Health, neuropati perifer merupakan kerusakan pada saraf perifer di seluruh tubuh.
Gejala yang muncul bisa berupa berkurangnya sensitivitas, kesemutan, kelemahan, hingga muncul nyeri pada tangan dan kaki.
"Kami menemukan bahwa hampir 30 persen pasien yang dites positif COVID-19 juga melaporkan masalah neuropati pada saat diagnosis mereka," beber pemimpin peneliti sekaligus penyelidik senior Washington University Pain Centre, Simon Haroutounian dikutip dari detik.com, Minggu, 27 Maret 2022.
"Untuk enam hingga tujuh persen dari mereka, gejalanya bertahan setidaknya selama dua minggu, dan hingga tiga bulan, menunjukkan bahwa virus ini mungkin memiliki efek yang bertahan lama pada saraf perifer," jelasnya.
Berdasarkan penelitian tersebut, mayoritas pasien yang diteliti melaporkan gejala neuropati yang ringan.
Selain COVID-19, ternyata gejala neuropati juga bisa disebabkan oleh infeksi virus lainnya. Misalnya seperti HIV dan herpes zoster, sebab virus dalam merusak saraf.
"Penting untuk memahami apakah infeksi virus dikaitkan dengan peningkatan risiko neuropati. Dalam kasus HIV, kami tidak menyadari bahwa itu menyebabkan neuropati selama beberapa tahun setelah epidemi AIDS dimulai," kata Haroutounian.
Akibatnya, banyak orang tidak terdiagnosis dengan neuropati dan tidak diobati untuk rasa sakit yang terkait dengan masalah tersebut. (DTC/MC)