Ada Perang! Warga RI Siap-Siap, Harga Baju Bakal Makin Mahal

REDAKSI
Sabtu, 05 Maret 2022 - 00:27
kali dibaca
Ket Foto: Pengunjung memilih pakaian yang dijual saat diskon akhir tahun di Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Jumat (31/12/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Mediaapakabar.com
Harga pakaian jadi seperti baju, celana hingga celana dalam terancam melejit imbas dari kenaikan harga kapas hingga minyak dunia. Kedua komoditas itu sudah mengalami kenaikan harga akibat perang Rusia di Ukraina. 

Perang di Timur Eropa itu bakal berdampak juga terhadap harga pakaian di negara lain, termasuk Indonesia.


Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengungkapkan bahwa bahan baku PTA (purified terephthalic acid) serta MEG (mono ethylene glycol) yang merupakan bahan baku serat dan benang filament sebelum jadi kain tekstil, sangat bergantung pada harga minyak dunia dan gas.


"Karena akibat perang harga minyak naik, PTA-MEG juga naik. Terus gas juga jadi naik karena itu adalah bahan baku utama PTA dan MEG. PTA dari minyak bumi, MEG dari gas, jadi ada kenaikan di situ. Gara-gara PTA naik, poliester jadi naik, kan bahan baku poliester itu PTA dan MEG, jadi karena bahan baku poliester naik, harga poliester jadi naik," katanya dilansir dari CNBC Indonesia, Jumat, 04 Maret 2022.


Hal sama juga terjadi di kapas, ada potensi terus mengalami kenaikan harga. Indonesia juga mengimpor kapas dari Ukraina dengan nilai mencapai $6.720. Meski tidak begitu besar, namun tetap bakal berdampak. Apalagi, kenaikan harga kapas bahkan sudah terjadi sejak akhir tahun lalu.


"Kemarin harga kapas naik, sekarang ada kemungkinan bisa naik lagi. Jadi plus poliester naik, kapas naik, jadi bahan baku pasti naik semuanya. Misalnya chemical H2SO4 atau asam sulfat dari minyak bumi juga sama turunannya, naik juga. Jadi semua naik bahan baku tekstil semuanya kapas poliester rayon pasti naik," ujar Redma.


Dampak terbesar kepada konsumen adalah kenaikan harga produk jadi seperti pakaian hingga tekstil. Ketika harga gas dan minyak sudah naik hingga hampir dua kali lipat, maka itu juga berdampak bahan baku dan harga pakaian jadi,


"Berpengaruh tapi naiknya tidak seperti naiknya harga minyak dan gas, jadi kalau harga minyak normal US$60/barel, sekarang US$100/barel, banyak naiknya. Ada faktor manufacturing cost, jadi nggak langsung sama-sama naik 30-40%. PTA paling naik 10-5%. MEG ibarat naik 3-5% jadi nggak terlalu. Kalau nanti ke garmen paling naik 2-3%, jadi nggak terlalu langsung, tapi pasti ada kenaikan," sebut Redma. (CNBC/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini