Pemulihan Ekonomi Domestik Meningkat di Tahun 2022

REDAKSI
Jumat, 17 Desember 2021 - 16:51
kali dibaca
Ket Foto : Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.

Mediaapakabar.com
Pada tahun 2022 mendatang, Bank Indonesia memprediksi pemulihan ekonomi domestik akan terus berlanjut dan mengalami peningkatan.

"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan membaik pada triwulan IV 2021 sejalan dengan meningkatnya mobilitas pasca langkah-langkah penanganan yang ditempuh pemerintah dalam pengendalian Covid-19 varian Delta," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat membacakan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan untuk Desember 2021 secara live streaming di kanal youtube, Jumat (18/12/2021).


Dia menjelaskan, kinerja konsumsi swasta, investasi, serta konsumsi pemerintah diperkirakan terus meningkat, di tengah tetap terjaganya kinerja ekspor. Bahkan, pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh kinerja Lapangan Usaha utama, antara lain Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Pertambangan yang diperkirakan tetap baik.


Sejumlah indikator hingga Desember 2021 menunjukkan proses pemulihan yang berlanjut, seperti peningkatan mobilitas masyarakat di berbagai daerah, kenaikan penjualan eceran, penguatan keyakinan konsumen, serta ekspansi PMI Manufaktur.


“Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2021 berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia yaitu 3,2-4,0 persen," ujarnya.


Dia menuturkan, pada 2022 perbaikan ekonomi terutama didukung konsumsi swasta yang meningkat dan kinerja ekspor serta belanja fiskal pemerintah yang tetap terjaga. Menurutnya hal tersebut sejalan dengan mobilitas yang terus meningkat, pembukaan ekonomi yang semakin luas, serta stimulus kebijakan yang berlanjut.


Ia meyakini dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi domestik 2022 tumbuh lebih tinggi menjadi 4,7-5,5 persen.


Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 15-16 Desember 2021 itu juga memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.


“Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah perkiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," ujarnya. (IK)

Share:
Komentar

Berita Terkini