Waspada Inflasi AS, Kilau Emas Bisa Pudar

REDAKSI
Kamis, 18 November 2021 - 22:17
kali dibaca
Ket Foto : Ilustrasi.

Mediaapakabar.com
 Hingga kini, harga emas selalu dibuktikan dengan pergerakan mata uang US Dolar. Meskipun kerap berseberangan pergerakannya, dimana ketika US Dolar menguat, harga emas dunia turun atau sebaliknya. 

"Sejauh ini memang harga emas masih dalam kondisi baik, meskipun sempat tertekan dengan kebijakan tapering oleh Bank Sentral AS sebelumnya," kata Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin di Medan, Kamis (18/11/21). 


Gunawan mengungkapkan, sejauh ini harga emas bertengger di level $1.852 per ons troy dari posisi terendahnya di kisaran level $1.750-an selama November 2021. Belakangan emas naik dikarenakan memang dampak dari kebijakan tapering sepertinya tidak begitu menekan kinerja harga komoditas khususnya logam mulia. 


"Mata uang US Dolar yang sempat menguat juga perlahan mengurangi penguatannya sehingga emas bergerak menguat," ungkapnya. 


Diakuinya, harga emas sejauh ini bergerak dan seakan menuju level psikologis $ 2.000 per ons troy. Gelombang lanjutan Covid-19 yang terjadi di banyak negara turut memicu kenaikan harga emas belakangan ini. Tetapi belum dapat dipastikan dengan kinerja harga emas di tahun 2022 mendatang. 


Tak hanya itu, emas berpeluang tertekan seandainya saja tapering diperlebar atau ada kenaikan bunga acuan yang terjadi di AS atau terjadi pemulihan ekonomi dunia sehingga membuat investor cenderung membeli aset-aset beresiko. Hal ini tentunya bisa memicu tekanan pada harga emas nantinya.


"Peluang harga emas membaik tercipta saat gelombang Covid-19 terus terjadi di tahun 2022. Jadi semuanya bisa saja terjadi, tahun 2022 bisa menjadi tahun pergolakan bagi emas. Ada banyak sentiment yang bisa membuat emas bergerak di dua jalur. Kita tinggal menunggu mana yang paling dominan nantinya mempengaruhi," ujarnya. 


Gunawan pun  menyarankan agar investor lebih bersikap arif sebelum membeli emas. Perhatikan data inflasi di AS, jika trennya naik, tapi suku bunga acuannya tetap. Bukan berarti lantas kita berkesimpulan memborong emas di titik tersebut. Sebab, sejatinya kenaikan suku bunga itu hanya masalah waktu. "Masa iya suku bunga dibiarkan rendah terus sementara inflasinya sudah naik tinggi," tuturnya. 


 Lebih lanjut, Gunawan menambahkan, kedepannya fokuskan pada data-data ekonomi di AS. Jika berandai-andai bahwa emas akan diuntungkan dengan adanya gelombang Covid-19 lanjutan. Hal tersebut kurang logis, karena semua negara di dunia ini tengah memerangi Covid, dan tidak lazim mengharapkan sebuah wabah menyebar, karena yang dirugikan kita sendiri.


"Dalam jangka pendek ini, saya menilai emas akan mendekati dan menguji level $ 2.000 per ons troy jika tren jangka pendek kenaikan emas berlanjut. Tetapi jika berharap emas naik diatas $ 2.000 per ons troy. Saya pikir kita perlu melihat kinerja emas dalam jangka panjang. Saya melihat peluang emas di level 2.000-an baru bisa dilihat di tahun 2022 mendatang. Tentunya dengan beberapa skenario yang mungkin terjadi dan mendukung kenaikan harga emas itu sendiri," tambahnya. (IK

Share:
Komentar

Berita Terkini