Harga CPO Naik, KPPU Waspadai Pelaku Usaha

REDAKSI
Senin, 29 November 2021 - 19:59
kali dibaca
Ket Foto : Kepala Kanwil I Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam temu awak media di Medan, Senin, 29 Nomor 2021.

Mediaapakabar.com
Kenaikan harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah di pasar global memberikan keuntungan bagi Indonesia. Bahkan, Indonesia menjadi salah satu negara eksportir CPO terbesar di dunia.

Hal itu dikatakan oleh Kepala Kanwil I Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Ridho Pamungkas dalam kegiatan temu media di Medan, Senin, 29 November 2021.


Ridho menjelaskan, peluang besar tersebut harus diwaspadai dengan adanya aksi kenakalan oknum dari para pelaku usaha lainnya, seperti pengolahan pupuk yang menjadi pendukung produksi perkebunan, misalnya kelapa sawit. Bahkan, dengan naiknya harga CPO di dunia, sejumlah pelaku usaha akan menaikkan Price Cost Margin (PCM) produksi.


"Adanya kenaikan harga pupuk menyebabkan meningkatnya biaya produksi. Hal yang perlu diwaspadai adalah beberapa pelaku usaha ini apakah memanfaatkan naiknya harga sawit dengan menaikkan margin yang sangat tinggi," jelas Ridho.


Pihaknya juga memastikan, saat ini harga CPO di dunia memang masih tinggi seiring menurunnya produksi CPO dari Malaysia yang menjadi negara produsen terbesar di dunia. Keadaan ini pun disebabkan banyaknya tenaga kerja yang dipulangkan akibat dampak pandemi Covid-19.


“Harga dasar CPO minyak goreng masih tinggi. Malaysia juga ada penurunan produksi CPO karena kondisi pandemi banyak tenaga kerja TKI yang dipulangkan, sehingga produksi pengolahan mereka turun 8 persen,” ujarnya.


Diakui Ridho, tak hanya minyak goreng kemasan yang harganya meroket, sejumlah produk berbahan baku CPO juga mengalami kenaikan cukup tinggi, seperti kosmetik, sabun, dan bahan bakar minyak. 


Kebutuhan CPO semuanya tidak hanya untuk minyak goreng, tapi produk – produk kosmetik, sabun juga ke bio solar. Jadi, memang kami melihat masih mengikuti kenaikan CPO dunia,” ujar Ridho.


Lebih lanjut, di satu sisi sebagai negara penghasil CPO, Indonesia sudah mulai mencoba memproduksi minyak goreng kemasan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan income lebih besar bagi negara.


“Harga CPO ini kan harga internasional yang ditentukan oleh Malaysia. Seharusnya kita sebagai produsen CPO bisa menikmati keuntungan dengan naiknya harga CPO. Namun, dari sisi kesejahteraan tidak juga. Memang kita tidak membangun hilirisasi di sektor ini. Kita lebih banyak menjual dalam bentuk CPO disana baru diolah,” ungkapnya.


Hal itulah yang kadang membuat masyarakat kalangan menengah ke bawah menjerit saat harga minyak goreng kemasan kembali naik. Meski adanya pasar murah yang ditawarkan pemerintah, namun hal itu hanya menjadi solusi jangka pendek.


“Harga minyak yang bisa dikontrol oleh pemerintah adalah minyak kemasan. Apalagi, kementerian perdagangan minta kepada produsen minyak untuk menjual  ke pengecer dalam bentuk kemasan. Ini sebenarnya solusi jangka pendek,” tambahnya. (IK)

Share:
Komentar

Berita Terkini