Geger! Mahasiswi UNRI Mengaku Diciumi Dosen saat Bimbingan Skripsi

REDAKSI
Sabtu, 06 November 2021 - 17:59
kali dibaca
Ket Foto : Ilustrasi. (INT)

Mediaapakabar.com
Dugaan mahasiswa Universitas Riau (Unri) dicium dosen saat bimbingan skripsi membuat geger. Dugaan pelecehan seksual itu viral dan beredar di WhatsApp Group (WAG).

Dalam video itu tampak seorang mahasiswi duduk sendiri di depan kamera. Wanita itu mengaku sebagai mahasiswi jurusan hubungan internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).


Wanita dengan wajah yang disamarkan itu mengaku mahasiswi angkatan 2018 yang sedang bimbingan skripsi. Dia mengaku mengalami pelecehan pada akhir Oktober lalu di lingkungan kampus.


"Kronologinya terjadi pada 27 Oktober lalu, hari Rabu sekitar pukul 12.30 WIB," cerita mahasiswi itu, Jumat (5/11/2021).


Mahasiswi itu menyebut peristiwa itu terjadi ketika dirinya akan melakukan bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing. Dosen tersebut punya jabatan penting di kampus tempatnya kuliah.


Ia mengaku bimbingan skripsi di ruangan sang dosen seorang diri. Tidak ada orang lain saat mulai bimbingan hingga selesai.


"Di ruangan hanya ada kami berdua, tidak ada orang selain kami," katanya.


Saat bimbingan dimulai, dosen bertanya soal latar belakang mahasiswinya. Salah satunya soal pekerjaan, kehidupan, dan beberapa pertanyaan lain.


"Mengawali bimbingan dan menanyakan pertanyaan tentang pekerjaan, kehidupan, dan beberapa kali mengatakan kata-kata yang membuat saya tidak nyaman. Seperti 'i love you' dan membuat saya terkejut," kata mahasiswi tersebut.


Usai bimbingannya berjalan lancar, mahasiswi itu pamit dan menyalami tangan dosen. Tangan mahasiswi itu tiba-tiba digenggam keras dan dirayu.


Kening dan Pipi Dicium Dosen

Mahasiswi itu mengaku setelah tangannya dipegang erat oleh dosen, tak lama, tubuhnya didekatkan. Kemudian kepala dipegang dan dikecup kening dan pipinya.


"Ketika saya ingin salim untuk berpamitan. Langsung beliau genggam bahu saya, mendekatkan badan ke diri saya dan menggenggam kepala saya dengan kedua tangannya dan mencium pipi sebelah kiri dan kening," katanya.


Karena takut, mahasiswi itu kemudian menunduk. Akan tetapi kepalanya kembali diangkat ke atas dalam kondisi ketakutan.


"Saya sangat ketakutan, saya langsung nundukkan kepala saya. Namun kepala saya langsung didongakkan dan berkata 'mana bibir, mana bibir' yang membuat saya sangat terhina dan terkejut," katanya.


Karena menolak, mahasiswi itu kemudian diizinkan meninggalkan ruangan. Tanpa buang waktu, ia langsung keluar dari ruangan sang dosen dengan kondisi ketakutan.


"Saya langsung meninggalkan ruang dekan dan kampus dengan gemetar," katanya.


Dugaan pelecehan tersebut dibenarkan Wakil Ketua BEM Unri, Razali. Razali, yang baru dilantik hari ini, mengaku telah menerima laporan tersebut.


"Iya (ada dugaan pelecehan), itu sudah ada disampaikan, masih dikomunikasikan karena ini yang mengangkat HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan). Sudah sampai informasinya, sudah ada video klarifikasinya," kata Razali.


Mahasiswi Lapor Polisi

Usai peristiwa itu, mahasiswi kemudian membuat laporan polisi. Dia datang ke Mapolresta Pekanbaru untuk melaporkan si dosen.


Pantauan detikcom, Jumat (5/11), korban mendatangi Mapolresta sekitar pukul 15.20 WIB. Dia didampingi rekan dan keluarganya untuk melapor di SPKT Polresta Pekanbaru.


Mahasiswi itu hanya diam saat tiba di Mapolresta. Sebelum masuk ruang SPKT, mahasiswi itu lebih dahulu mengisi data yang diberikan polisi.


Ibu korban terlihat menyusul ke Polresta sekitar 30 menit kemudian. Tidak banyak bicara, ibu korban hanya meminta doa atas kasus yang menimpa putrinya di kampus.


"Mohon doanya," ucap ibu korban sembari masuk ke ruang SPKT sementara Polresta di Aula Zapin.


BEM Siap Dampingi Mahasiswi

BEM Unri mengaku bakal memberi pendampingan terhadap korban. BEM Unri menyebut korban saat ini mengalami trauma.


"Siang ini kami konsolidasi untuk langkah selanjutnya. Yang jelas, korban ini trauma dan butuh bimbingan untuk psikologinya," kata Wakil Ketua BEM Unri, Razali, kepada wartawan, Jumat (5/11).


BEM juga akan menyiapkan tim untuk pendampingan agar korban mendapat keadilan. Razali mengatakan himpunan mahasiswa jurusan korban juga akan memberi pendampingan.


"Kami dampingi untuk mendapat keadilan. Tergantung nanti seperti apa korban mau, karena dari himpunan mahasiswa jurusan juga mendampingi," katanya.


Dia mengatakan korban bakal berkonsultasi dengan lembaga perlindungan perempuan. Korban juga bakal menjalani asesmen dan pemulihan psikologi akibat kejadian tersebut.


Rektor Unri Bentuk TPF

Rektor Unri Prof Aras Mulyadi pun menanggapi dugaan pelecehan seksual ini. Aras mengatakan Unri telah membentuk tim pencari fakta (TPF).


"Kami sudah membentuk tim pencari fakta yang akan menindaklanjuti peristiwa sesuai dengan ketentuan UU yang berlaku, dengan tetap mengedepankan asas presumption of innocence (praduga tak bersalah)," kata Aras kepada wartawan, Jumat (5/11).


TPF itu akan mencari kebenaran terkait testimoni dugaan pelecehan yang disampaikan mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional Unri itu. Aras juga menjamin pihaknya memberi perlindungan terhadap korban.


"Dalam kaitan dengan korban, Rektor akan memberikan perlindungan sebagaimana diatur dalam Permen Ristekdikti Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi," kata Aras.


Pelaku Diduga Dekan Fisip Unri

Mahasiswi itu kemudian mengungkap dosen yang diduga melakukan pelecehan itu. Dia menyebut pelaku tak lain adalah Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Unri berinisial SH.


"Saya ingin menemui Bapak SH untuk bimbingan skripsi. Saya bimbingan skripsi di ruang dekan Fisip Unri," kata mahasiswa itu.


Dekan Fisip Unri Membantah

Dekan FISIP Unri, Syafri Harto (SH) membantah melakukan pelecehan seksual. Akan tetapi Syafri Harto membenarkan sebagai dosen pembimbing sang mahasiswi. Dia pun menjelaskan awal mula bimbingan.


"19 Oktober LM ini chatting saya. Chatting bilang mau bimbingan dan dia perkenalan," kata Syafri, Jumat (5/11).


Syafri mengakui menanyakan latarbelakang mahasiswi itu saat perkenalan awal. Syafri mengatakan bahwa sang mahasiswi mengaku berasal daerah yang sama, yakni dari Kota Taluk Kuantan.


Mahasiswi tersebut mengaku kepada Syafri bahwa dia kuliah sambil bekerja di salah satu kafe di Pekanbaru. Selanjutnya, Syafri pun menyepakati jadwal bimbingan pada 22 dan 26 Oktober, namun batal.


"27 dia chat lagi, bilang sudah di kampus. Bertanya lagi soal kemungkinan bimbingan saya bilang bisa hari itu," katanya.


Proses bimbingan pun kemudian berjalan. Syafri menawarkan ACC proposal skripsi mahasiswi tersebut. Setelah selesai, Syafri megnatakan mahasiswi itu bercerita terkait alasan bekerja yang disebut orang tuanya sakit di kampung.


Tak lama kemudian, Syafri mengatakan mahasiswi menangis di ruangannya. Syafri pun mengaku saat itu memberikan semangat untuk tetap menyelesaikan kuliah walau kondisi ekonomi sulit.


"Saya tanya tempat tinggal, latar belakang, dan pekerjaan karena dia bilang kuliah sambil kerja. Saya bilang, kalau mau bimbingan, bisa proposal PDF dikirim. Biasa seperti yang lain juga begitu," katanya.


"Saat saya tanya latar belakang orang tua, sakit-sakitan, adiknya berhenti sekolah karena dibuli. Saat itu dia nangis, saat mau keluar dia salaman ya apa salahnya. Kan sama-sama orang Taluk," katanya.


Syafri menyebut saat itu dia menenangkan mahasiswi itu. Syafri pun membantah bahwa dia mencium mahasiswi itu.


"Saya bilang jangan nangis nak, jangan nangis. Saya pegang pundaknya jangan nangis, lalu apakah itu pelecehan seksual. Saya tegaskan lagi, secara hukum saya mau bertanggung jawab. Sumpah saya tidak ada cium pipi kiri dan kanan karena saya pakai masker," katanya.


Syafri mengaku turut mengantar mahasiswinya keluar ruangan. Disaksikan staf, ia memberikan semangat kembali pada mahasiswi tersebut.


"Sambil keluar pintu dia nangis, saya bilang 'jangan lemah' itu untuk menguatkan dia," katanya.


Dekan Ancam Tuntut Mahasiswi Rp 10 M

Syafri Harto juga bersumpah tidak melakukan pelecehan seksual kepada mahasiswi itu. Dia mengatakan akan menuntut balik.


"Saya bersumpah tak ada melakukan apa yang diutarakan oleh LM. Seperti apa yang diviralkan oleh akun @komahi_ur," ujar Syafri didampingi istrinya di Pekanbaru, Jumat (5/112021).


Syafri akan menuntut balik para pihak yang telah mencemarkan nama baik dirinya. Dia mengancam akan menuntut hingga Rp 10 miliar.


"Saya merasa dirugikan, saya tidak berbuat seperti apa yang dituduhkan. Pertama, saya akan tuntut balik admin IG itu. Kedua, saya tuntut mahasiswi ini. Ketiga, saya akan cari aktor intelektualnya dan saya juga akan tuntut masing-masing Rp 10 M," katanya.


Tuntutan itu akan dilakukan setelah Syafri melaporkan ke polisi. Dalam waktu dekat, Syafri mengaku akan melaporkan soal pencemaran nama baik.


"Secepatnya saya laporkan ini ke polisi. Ini nama baik saya, keluarga saya tentu tidak terima,"pungkasnya. (detik/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini