Ombudsman Beberkan Inkonsistensi Pemerintah dalam Penerapan PPKM

REDAKSI
Kamis, 15 Juli 2021 - 10:47
kali dibaca
Ket Foto : Ombudsman Republik Indonesia. (VIVA)

Mediaapakabar.com
Ombudsman Republik Indonesia menemukan sejumlah inkonsistensi Pemerintah dalam pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat yang diberlakukan 3-20 Juli 2021 di wilayah Jawa dan Bali.

Atas temuan itu, Ombudsman akan melakukan kajian sistemik atau systematic review.


"Untuk memberikan saran kepada Pemerintah agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam menekan penyebaran COVID-19," kata Anggota Ombudsman RI, Robert Na Endi Jaweng dilansir dari VIVA, pada Kamis, 15 Juli 2021.


Ia menerangkan, salah satu inkonsistensi yang ditemukan Ombudsman adalah masih dibukanya pintu masuk internasional pada masa PPKM Darurat. Meski hal ini diatur pada Surat Edaran (SE) nomor 47 Tahun 2021 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Internasional dengan Transportasi Udara Dalam masa Pandemi COVID-19, Robert mengingatkan kondisi di Indonesia saat ini berbeda dengan negara lain.


"Indonesia saat ini berada dalam situasi yang sangat serius dalam menghadapi penyebaran COVID-19. Kita melihat bahwa kapasitas Pemerintah masih belum memadai jika dibandingkan negara lain yang membuka pintu internasionalnya,” kata Robert.


Untuk itu, Robert menyebut Pemerintah harus dapat menakar kapasitas dalam penanganan COVID-19 di dalam negeri sebelum memutuskan untuk terus membuka pintu kedatangan internasional.


Pemerintah, kata dia, perlu menutup sementara pintu kedatangan internasional selama PPKM darurat agar lebih maksimal dalam menekan penyebaran COVID-19.


"Ketegasan Pemerintah dalam implementasi kebijakan di masa PPKM Darurat ini sangat diperlukan," ujarnya. 


Menurut Robert, konsistensi kebijakan sangat penting agar aparat pelaksana di lapangan tidak kebingungan dalam mengimplementasikan kebijakan Pemerintah Pusat.


“Jadi penting sekali untuk memastikan konsistensi kebijakan dalam kerangka situasi darurat itu ditegakkan,” ujarnya. 


Selain itu, Ombudsman RI berpandangan bahwa penanganan COVID-19 tidak hanya terkait pembatasan kegiatan masyarakat namun juga diikuti oleh akselerasi vaksinasi untuk membangun herd immunity, meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana kesehatan serta pemberian bantuan sosial yang tepat sasaran. 


“Ombudsman akan melakukan kajian sistemik untuk memantau pelaksanaan penanganan COVID-19 di lapangan. Selain itu kami juga membuka posko-posko pengaduan terkait dengan warga yang mengalami kendala atau hambatan dalam mengakses pelayanan publik, khususnya layanan kesehatan,” ujarnya.


Nantinya, hasil dari Kajian Sistemik ini akan disampaikan kepada Pemerintah yang memuat temuan-temuan di lapangan serta saran perbaikan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penanganan COVID-19.


Robert berharap, saran Ombudsman RI ini dapat berkontribusi bagi perbaikan sistem dan pembenahan jangka panjang terkait dengan upaya penguatan sistem kesehatan nasional. (VC/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini