Dalam Setahun, Suhu Global Diprediksi Naik 1,5 Derajat Celcius Akibatnya Bumi Makin Panas!

REDAKSI
Sabtu, 29 Mei 2021 - 21:10
kali dibaca
Ket Foto : Ilustrasi. (Okezone.com)

Mediaapakabar.com
Semakin besar kemungkinan temperatur global mendekati ambang batas yang telah disepakati untuk tahun tertentu dalam lima tahun mendatang.

Sebuah penelitian memperkirakan pada 2025 mendatang terdapat 40% kemungkinan temperatur 1,5 derajat Celcius (1,5C) lebih panas setidaknya dalam setahun dibandingkan masa pra industri (atau pada 1850an).


Itu tidak sesuai dengan dua batas temperatur yang telah disepakati dalam Perjanjian Paris dalam rangka mengendalikan perubahan iklim.


Kesimpulan ini didapat dari laporan yang dipublikasikan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).


Penelitian ini berdasarkan permodelan oleh Kantor Meteorologi Inggris (UK Met Office) dan para peneliti iklim dari 10 negara termasuk AS dan China.


Dalam riset sebelumnya, diperkirakan peluang satu tahun mencapai ambang batas kenaikan 1,5C hanya 20%. Sedangkan penelitian terbaru menempatkan risiko tersebut mencapai 40%.


Peneliti senior dari Met Office, Leon Hermanson mengatakan kepada BBC News bahwa proyeksi perbandingan temperatur periode 1890-1900 menunjukkan peningkatan yang jelas.


"Artinya kita mendekati kenaikan suhu 1,5C - kita belum sampai, tapi sudah dekat," katanya dilansir dari okezone.com, Sabtu 29 Mei 2021.


"Waktu terus bergulir, tindakan nyata yang kita butuhkan sekarang."


Para peneliti menunjukkan bahwa meskipun satu dari lima tahun ke depan suhu udara 1,5 derajat C lebih tinggi dari level era pra industri, tapi ini akan terjadi sementara waktu.


Temperature curve


Variabilitas alami, berarti dalam beberapa tahun suhu udara akan menjadi lebih dingin, dan mungkin perlu satu atau dua dekade lagi sebelum melampau batas 1,5C secara permanen.


Perjanjian Paris menetapkan tujuan untuk tetap menjaga suhu udara global yang meningkat tak lebih dari 2 derajat Celcius dan juga berusaha agar tak melewati 1,5C - dan bila kenaikan suhu terjadi hal itu diharapkan terjadi dalam rentang waktu yang panjang ketimbang dalam kurun setahun.


Menurut Dr Joeri Rogelj, direktur riset di Institute Grantham, Imperial College London, "pengumuman dari Met Offce mengenai 1,5C semestinya tak bisa disamakan dengan batas 1,5C dalam Perjanjian Paris".


"Tujuan Perjanjian Paris mengacu pada pemanasan global - bahwa, peningkatan temperatur bumi setelah kita menghitung variasi dari tahun per tahun (YoY)," jelasnya.


"Satu tahun mencapai 1,5C oleh karena itu bukan berarti Perjanjian Paris dilanggar, tapi itu tetaplah berita buruk.


"Hal ini mengatakan kepada kita, sekali lagi, bahwa tindakan kita mengendalikan perubahan iklim hingga saat ini sama sekali tidak cukup, dan emisi perlu segera dikurangi dengan cepat menuju nol untuk menghentikan pemanasan global".


Laporan penting dari panel perubahan iklim PBB pada 2018 menyoroti bagaimana dampak perubahan iklim bisa lebih parah ketika terjadi peningkatan suhu udara lebih besar dari 1,5C.


Saat ini, perkiraan bahkan dengan perjanjian-perjanjian baru mengenai pengurangan emisi gas rumah kaca, tak akan membendung kenaikan suhu udara bumi hingga 3C.


Sekretaris Jenderal WMO, Prof Petteri Taalas, mengatakan hasil penelitian terbaru itu "lebih dari sekadar statistik".


"Penelitian ini menunjukkan - dengan keterampilan ilmiah tertinggi - bahwa kita semakin secara terukur dan tak terelakan telah mendekati target terendah dari Perjanjian Paris mengenai Perubahan Iklim," jelasnya.


"Ini adalah panggilan untuk bertindak bahwa dunia perlu mempercepat komitmen untuk memangkas emisi gas rumah kaca dan mencapai karbon pada titik netral."


Praf Ed Hawkins, peneliti iklim di University of Reading, mengatakan kepada saya, jika prediksi terbaru itu terbukti benar, "maka ini bukan berarti kita telah melampaui batas Perjanjian Paris."


"Saat iklim memanas, kita telah mendapatkan bulan-bulan dengan kenaikan suhu di atas 1,5C, kemudian mengurutkannya, kemudian selama satu tahun penuh berada di atas 1,5C dan kemudian dua atau tiga tahun, dan kemudian hampir tiap tahun," kata Prof Hawkins.


Dia juga menggarisbawahi bahwa 1,5C bukanlah "angka ajaib yang harus kita hindari".


"Ini bukan bukanlah ujung dari sebuah jurang, ini lebih seperti lembah yang telah kita lalui, dan saat iklim memanas, efeknya semakin buruk.


"Kita seperti menetapkan garis di atas pasir untuk berusaha membatasi kenaikan suhu udara, tapi kita jelas-jelas perlu mengakui bahwa kita sedang melihat dampak nyata perubahan iklim di Inggris dan seluruh dunia, dampaknya akan terus berlanjut terus menjadi lebih buruk."


Laporan ini dikeluarkan jelang pertemuan perubahan iklim COP26, yang akan dihelat di Galsgow pada November mendatang. Pertemuan ini bertujuan untuk mendorong cita-cita para pemimpin negara untuk mengatasi krisis iklim. (OC/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini