Thailand Mulai Keluhkan Dampak Krisis Kudeta Myanmar

REDAKSI
Kamis, 01 April 2021 - 19:54
kali dibaca
Ket Foto : Ilustrasi ketapel raksasa yang dibuat pendemo Myanmar untuk menghadapi aparat keamanan. (AFP/STR)

Mediaapakabar.comPemerintah Thailand menyatakan mulai risih dengan korban jiwa yang terus berjatuhan akibat krisis politik selepas kudeta di Myanmar.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Tanee Sangrat, juga meminta supaya junta militer Myanmar menghentikan kekerasan.


Dilansir Reuters, Kamis (1/4/2021), Sangrat meminta junta militer Myanmar menahan diri supaya korban jiwa maupun luka dalam krisis politik di Myanmar terus bertambah. Dia mengatakan pemerintah Negeri Gajah Putih juga meminta supaya seluruh tahanan politik di Myanmar segera dibebaskan.


Thailand juga terkena dampak akibat konflik politik di Myanmar. Pada akhir pekan lalu terjadi gelombang pengungsi akibat serangan Angkatan Udara Myanmar ke wilayah yang dikuasai milisi etnis Karen.


Menurut catatan, ada sekitar 3.000 penduduk di kawasan pedesaan mengungsi ke perbatasan Thailand.


Hal itu membuat Thailand repot, sebab sampai saat ini mereka juga masih menampung pengungsi yang lari dari perang saudara antara militer Myanmar dan pemberontak Karen pada sekitar dua dasawarsa lalu.


Situasi di Myanmar saat ini sangat rentan kembali memicu perang saudara. Sebab, kelompok oposisi yang digulingkan militer melalui kudeta meminta perlindungan kepada sejumlah kelompok milisi.


Beberapa kelompok milisi juga menyatakan memprotes kudeta dan meminta supaya militer Myanmar segera menghentikan kekerasan terhadap penduduk sipil.


Mereka juga menyatakan tidak segan jika harus kembali angkat senjata melawan para serdadu Myanmar.


Di sisi lain, Singapura merasa tidak yakin gejolak politik di Myanmar akibat kudeta bakal bisa diatasi secepatnya.


Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan, mengatakan situasi yang terjadi di Myanmar sebagai sebuah tragedi dan butuh waktu lama bagi masyarakat untuk bisa memulihkan keadaan itu. Selain itu, dia mengatakan ini adalah saat yang paling menentukan bagi negara-negara di Asia Tenggara untuk menentukan sikap terkait hal itu.


"Hal itu (krisis Myanmar) akan memakan waktu lama untuk dipecahkan. Saya akui kepada Anda bahwa saya pesimis," kata Balakrishnan dalam jumpa pers seperti dilansir Reuters kemarin. (Reuters/CNNI)

Share:
Komentar

Berita Terkini