Sosiolog Sarankan Tempat Wisata Ditutup Saat Mudik Dilarang

REDAKSI
Minggu, 18 April 2021 - 18:36
kali dibaca
Ket Foto : Sosiolog Universitas Udayana Bali Wahyu Budi Nugroho. (Antara)

Mediaapakabar.com
Kebijakan larangan mudik dan pembukaan wisata masih menyebabkan pro kontra. Hal ini juga ditanggapi oleh Sosiolog Universitas Udayana Bali.

Saat larangan mudik mulai 6-17 Mei 2021, Sosiolog Universitas Udayana Bali, Wahyu Budi Nugroho menyarankan agar tempat wisata ditutup. Hal ini bertujuan agar kebijakan tak terkesan setengah hati.


"Sebaiknya tempat wisata juga ditutup bersamaan dengan tenggang waktu larangan mudik sehingga kebijakan untuk mencegah naiknya kasus COVID-19 tidak terkesan setengah-setengah," kata Wahyu dilansir dari Antara, Minggu 18 April 2021.


Menurutnya, jika dalam kawasan wisata ditutup saat diterapkan larangan mudik, pemerintah bisa memberi bantuan kepada pelaku industri, seperti halnya pemberian insentif pada sektor transportasi yang telah diwacanakan.


"Bisa jadi yang paling menolak kebijakan ini adalah pelaku bisnis pariwisata (jika wisata ditutup) dan sempat ada wacana pemerintah memberikan insentif bagi sektor jasa transportasi. Pemerintah juga bisa memberikan bantuan untuk pelaku industri pariwisata supaya resistennya tidak terlalu keras," katanya.


Dalam kebijakan larangan mudik, moda transportasi juga diminta tidak beroperasi. Bagi Wahyu, situasi ini juga akan memberi yang signifikan bagi jasa transportasi.


"Tetapi kemarin ada wacana yang cukup baik dari pemerintah untuk memberikan insentif bagi sektor jasa ini guna mengurangi kerugian atau berkurangnya pemasukan akibat larangan mudik," kata Wahyu.


Dia juga menuturkan, larangan mudik diperkirakan akan sulit terealisasi karena adanya faktor budaya dan tradisi yang kuat. Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia untuk berkumpul bersama keluarga besar dalam hari besar keagamaan.


"Namun, pada masa pandemi ini, masyarakat harus terus dirasionalkan dan diingatkan bahwa pulang ke kampung halaman apalagi menggunakan kendaraan umum, sangatlah berisiko," kata Wahyu.


Menurutnya, tak wajar jika masa pandemi ini masih ada yang nekat mudik karena kasus COVID-19 masih fluktuatif. Bahkan belum berkurang secara signifikan.


"Jika kita melihat kasus di negara-negara lain yang justru kembali mengalami kenaikan, Jerman misalkan, baru saja kembali melakukan kebijakan lockdown," tandasnya. (Ant/MC)

Share:
Komentar

Berita Terkini