Kesawan City Walk, Strategi Cerdas Bobby Nasution Kolaborasikan Potensi Kuliner dan Sejarah

Media Apakabar.com
Kamis, 08 April 2021 - 19:50
kali dibaca

Foto: Kesawan City Walk menjadi salah satu program prioritas Wali Kota Medan Bobby Nasution. Kesawan City Walk yang bernyawakan "The Kitchen of Asia".



Mediaapakabar.comKesawan City Walk menjadi salah satu program prioritas Wali Kota Medan Bobby Nasution. Kesawan City Walk yang bernyawakan "The Kitchen of Asia" itu, jelas Bobby Nasution, memadukan dua potensi yaitu antara kelezatan dan atraktivitas penyajian kuliner dengan nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalam beragam bangunan tua di sana.

"Semua terkenal lezat dan lezat sekali. Selain kelezatan, hal yang dapat menambah nilai adalah mempertontonkan cara memasaknya. Dapur yang dulu di belakang dan tertutup, kini dibuka sehingga orang dapat melihat cara kuliner itu dibuat. Ini akan menjadi entertainment yang dapat menambah nilai kuliner tersebut. Ditambah banyaknya bangunan tua yang memiliki nilai estetika dan sejarah yang tinggi di sepanjang Kesawan. Kita branding program ini sebagai The Kitchen of Asia,” kata Bobby.

Program prioritas utama Wali Kota Medan Bobby Nasution terus mendapat dukungan. Tidak hanya para budayawan, kalangan seniman juga mengapresiasi penuh upaya yang dilakukan orang nomor satu di Pemko Medan tersebut.

Kawasan kota lama Kesawan yang dipenuhi banyak bangunan tua pun akan direvitalisasi untuk dikembalikan ke bentuk awalnya. Sebagai langkah awal, Wali Kota pun telah me-launching Kesawan City Walk. Keindahan bangunan tua dikolaborasikan dengan aneka kuliner Kota Medan yang akan diproyeksikan menjadi The Kitchen of Asia, sehingga menjadi magnet untuk mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara.

Langkah cerdas Wali Kota ini pun langsung mendapat apresiasi dan dukungan dari Teja Purna Lubis, salah satu seniman di Kota Medan. Menurut pria yang sudah berkesenian sejak masih berseragam sekolah itu, kota yang maju dan beradab adalah kota yang menghargai dan merawat peninggalan-peninggalan sejarah.

“Kemajuan zaman semestinya tidak melindas sejarah, namun sebaliknya memberikan ruang, mengaksentuasikan, dan mengeksplorasinya untuk meraih kemajuan di masa kini dan masa depan. Apa yang dilakukan Wali Kota sudah tepat dan sangat cerdas. Untuk itu, penataan kawasan bersejarah Kesawan merupakan sebuah program yang penting dan layak didukung semua pihak,” kata Teja.

Selain itu imbuh  pria yang hingga kini masih menulis puisi, cerpen  dan esai tersebut, penataan dan pembenahan kawasan Kesawan juga akan diikuti dengan mengembalikan arcade-arcade. Dikatakannya, arcade ini bukan hanya sekedar mencerminkan keindahan arsitektur, tetapi juga ada keindahan hati di sana, ada penghargaan dan penghormatan terhadap manusia di sana.

“Bayangkanlah, bagaimana nyamannya dulu pejalan kaki di kawasan Kesawan. Mereka tidak terganggu oleh panas maupun hujan karena berada di bawah naungan arcade,” ungkap pria yang pernah menampilkan sejumlah pagelaran tunggal maupun berkolaborasi dengan sejumlah penyair  dalam pertunjukan 'Membaca Tradisi' dan 'Katarsis' tersebut.

Apalagi, ungkap Teja, pembenahan kawasan Kesawan yang dipadukan branding kuliner Medan sebagai The Kitchen of Asia sebuah pemikiran yang cerdas. “Untuk meraih itu tentu diperlukan usaha gigih dan langkah-langkah sistematis namun progresif. Proses produksi dan penyajian akan menambah nilai jual produk kuliner Medan yang beragam dan dapat mewakili kuliner Asia ini,” paparnya.

Untuk mewujudkan hal itu, bilang Teja, tentunya diperlukan kolaborasi dengan para seniman. Sebab, seni memberikan ruh pada pembangunan. Berbagai pergelaran kesenian, baik modern, tradisi, maupun kolaborasi tradisi dan modern, yang dikelola dengan baik akan menjadi atraksi menambah bobot wisata sejarah di kawasan Kesawan. "Para sastrawan maupun dramawan dirangsang berkarya dengan mengambil inspirasi dari kisah-kisah bersejarah yang ada maupun yang berkaitan dengan kawasan tersebut,” sarannya.

Sebagai penutup, pencipta  puisi  “Akulah Medan” itu menyampaikan penggalan puisinya tentang Kota Medan. “Akulah Medan, cinta yang menjelma kota, saat Guru dan Putri Brayan menyatu jiwa, di pernikahan alir Deli dan Babura. Akulah Medan, cinta yang membasuh ambisi, saat Kolok menyilakan Kecik, menyuburkan harapan di tanah kebaikan. Jangan harap ku buang kenangan yang terus berbinar, di sayap kupu-kupu dan senja itu…” pungkasnya. (Mc/Arf)

Share:
Komentar

Berita Terkini