Pasien Covid Meninggal Kehabisan Oksigen, PM Yordania Didemo

REDAKSI
Senin, 15 Maret 2021 - 10:18
kali dibaca
Ket Foto : Ilustrasi pasien Covid-19 yang menggunakan tabung oksigen. (AFP/XAVIER GALIANA)


Mediaapakabar.comDemonstrasi dilaporkan berlangsung pada sejumlah kota di Yordania menuntut pemerintahan Perdana Menteri Yordania, Bisher al-Khasawneh, untuk mundur pada Minggu (14/3/2021).

Unjuk rasa tersebut terjadi sehari setelah setidaknya enam pasien pengidap virus corona (Covid-19) meninggal dunia di rumah sakit umum akibat kehabisan oksigen.


Ratusan orang dilaporkan turun ke jalanan dan melanggar protokol kesehatan dan jam malam di utara kota Irbid dan beberapa kota lainnya termasuk di Amman dan Salt hingga kota pelabuhan Aqaba.


"Pemerintah turun. Kami tidak takut virus corona," teriak para demonstran di Irbid seperti dikutip Reuters.


Setidaknya enam pasien corona dikabarkan meninggal di sebuah rumah sakit negara karena kelalaian petugas medis yang tidak segera bertindak setelah oksigen habis selama dua jam.


PM Al-Khasawneh pun segera memecat menteri kesehatan Yordania akibat kematian enam pasien corona tersebut. Ia menegaskan bahwa dirinya memikul tanggung jawab penuh atas kematian enam pasien tersebut yang semakin menguak sistem kesehatan negara yang bobrok.


Aparat keamanan Yordania juga telah menahan kepala rumah sakit dan para asistennya terkait kematian pasien-pasien tersebut.


Sementara itu, Raja Abdullah mengunjungi rumah sakit di Salt, sebuah kota di sebelah barat Amman demi meredam gejolak para demonstran yang mengeluh soal fasilitas kesehatan negara.


Selain akibat insiden itu, para demonstran juga geram dengan kebijakan baru soal pengetatan pembatasan pergerakan terkait virus corona dan salah urus pemerintah dalam menangani pandemi.


"Saya berada di sini karena bencana itu. Kami ingin mengadili mereka yang bertanggung jawab atas insiden ini dan kemudian menjatuhkan pemerintah," kata seorang pedemo, Ahmad Hiyari, dalam unjuk rasa di dekat rumah sakit Salt.


Perekonomian Yordania juga sangat terpukul akibat kebijakan pembatasan pergerakan hingga jam malam yang diterapkan pemerintah demi membendung penularan corona.


Sejak pandemi terjadi, pengangguran di negara Timur Tengah itu melonjak hingga 24 persen dan membuat perekonomian negara mengalami kontraksi terburuk sejak beberapa dekade terakhir.  (Reuters/CNNI)

Share:
Komentar

Berita Terkini