Kecam Kudeta, Utusan Myanmar untuk PBB Dipecat Junta Militer

REDAKSI
Minggu, 28 Februari 2021 - 12:54
kali dibaca
Ket Foto : Junta Militer pecat Dubes Myanmar untuk PBB. (REUTERS/STRINGER)


Mediaapakabar.comPada Sabtu (27/2) junta militer pecat duta besar Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tan, karena ikut mengecam kudeta penggulingan Aung San Suu Kyi. Gelombang demonstrasi di Myanmar terjadi sejak kudeta penggulingan Suu Kyi sejak 1 Februari lalu.

Bersamaan dengan kudeta, militer membenarkan diri dengan menuduh kecurangan saat Pemilu pada November 2020 lalu. Suu Kyi menang telak tetapi junta militer menjanjikan pemilihan baru dalam satu tahun.


Demonstrasi makin menjadi sehingga pihak berwenang pun meningkatkan kekuatan lewat penggunaan gas air mata, meriam air dan peluru karet. Namun pada Jumat (26/2), duta besar Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tan membuat seruan emosional pada komunitas internasional untuk "[mengambil)] tindakan sekuat mungkin...untuk memulihkan demokrasi."


"Revolusi ini harus menang," ujar Kyaw sambil memberi hormat tiga jari, simbol perlawanan terhadap junta, seperti dikutip dari AFP.


Kemudian pada Sabtu (27/2) malam pemerintah mengumumkan bahwa Kyaw bukan lagi duta besar Myanmar untuk PBB. 


Menurut siaran MRTV, Kyaw dianggap membangkang dan mengkhianati negara sehingga ia dipecat.


Sementara itu kekacauan terjadi di seluruh pusat komersial Yangon. Pengunjuk rasa menyebar ke jalan-jalan perumahan dan membangun barikade darurat dari tumpukan meja dan tong sampah. Mereka mengenakan topi pelindung dan masker gas.


"Kami ingin berjuang sampai kami menang," kata Moe Moe (bukan nama sebenarnya), salah satu pengunjuk rasa.


Protes lain di dekat pusat perbelanjaan di dekat Tamwe Township dibubarkan polisi. Aye Myint Kyi, seorang ibu, tampak putus asa. Dia berkata sempat menghubungi sang putri yang akan dibawa.


"Saya tidak tahu kemana dia dibawa. Dia ditangkap secara tidak adil," ujarnya sambil menangis.


Sejak kudeta, sebanyak 5 orang terbunuh. Sementara itu Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) menyebut lebih dari 770 orang sudah ditangkap dan dijatuhi hukuman. 


Tidak hanya pengunjuk rasa, aktivis, penangkapan pun dilakukan terhadap pekerja media. Pekerja media yang ditahan di antaranya dari Associated Press, Myanmar Now, Myanmar Pressphoto Agency, Monywa Gazette dan Hakha Times.


Pada Sabtu (27/2), Bo Gyi dari AAPP memperkirakan angka ini bertambah. "Lebih dari 400 orang ditangkap (hari ini)," ujarnya. Angka ini hanya sebagian kecil yang masuk daftar terbaru harian karena mereka belum bisa mengkonfirmasi nama semua orang. (AFP/CNNI)



Share:
Komentar

Berita Terkini