Pandemi Corona, Natal di Betlehem Tanpa Wisatawan

armen
Sabtu, 26 Desember 2020 - 20:32
kali dibaca



Pasukan keamanan Palestina berjaga-jaga di luar Church of the Nativity atau Gereja Kelahiran Yesus di kota Betlehem Tepi Barat. (Foto: AFP)

Mediaapakabar.com
-Perayaan Natal di Betlehem, tempat kelahiran Yesus, tidak semeriah dan penuh warna seperti tahun-tahun sebelumnya akibat pandemi Covid-19.

Natal di Betlehem tidak dibatalkan namun sangat dibatasi. Hanya pohon Natal besar yang menghadap ke Manger Square atau Alun-alun Palungan dan tempat kelahiran yang berkayu muncul sebagai pengingat Natal. Alun-alun di depan Gereja Kelahiran Yesus, tenang padahal biasanya menjadi tempat tersibuk di kota Palestina.

BBC menulis, meski pohon Natal besar dihiasi bintang merah berkilauan dan Manger Square didandani untuk menyambut Natal, musim ini tidak terlalu menyenangkan.

Sedangkan menurut laporan DW, pemandangan yang hilang saat ini adalah banyaknya turis asing dan lokal yang biasanya akan mengunjungi Church of Nativity atau Gereja Kelahiran Yesus, saat Natal.

2020 merupakan tahun yang sulit bagi Betlehem dan penduduknya yang sangat bergantung pada pariwisata. Nadeen Baboun dan Christine Najarian menjalankan wisata kuliner (Farayek) di mana wisatawan dapat mengunjungi penduduk setempat dan menikmati pengalaman Betlehem melalui tradisi makanannya.

Tetapi pada bulan Maret, semua tur harus dibatalkan ketika Betlehem menjadi kota pertama di Tepi Barat yang diisolasi oleh otoritas Palestina karena wabah Covid-19.

“Sejak awal, kami sudah tahu bahwa akan ada lockdown dan turis tidak diizinkan datang lagi. Situasinya menjadi sangat tidak terduga dan tidak pasti,” kata Nadeen Baboun seperti dikutip DW.

Sebelum pandemi atau musim liburan 2019, kota kecil di Tepi Barat ini didatangi puluhan ribu pengunjung dan ini merupakan rekor kunjungan wisatawan. Tak mengherankan ada harapan bahwa 2020 akan menjadi lebih baik, sebelum akhirnya pandemi melanda.

"Tingkat hunian (kala itu) lebih dari 90%. Semua orang berinvestasi di sektor (pariwisata) ini. Pengusaha mulai membangun hotel baru. Saya membangun 22 kamar baru yang mewah di sini. Sekarang, sudah mati. Sangat menyedihkan melihatnya," kata Mariana al-Arja, manajer umum Hotel Angel seperti dikutip BBC.

Hotel Angel menjadi saksi wabah virus corona pertama di Tepi Barat pada bulan Maret, setelah turis Yunani yang terinfeksi tinggal di sana. Mariana dinyatakan positif bersama dengan beberapa stafnya. Mereka harus menjalani 14 hari di karantina.

Dua bulan kemudian, dengan semua pemesanan dibatalkan, Mariana terpaksa memberhentikan 25 karyawannya dan menutup hotel. Kondisi ini, menurutnya, lebih buruk ketimbang berbagai kekerasan yang terjadi dalam konflik Israel-Palestina.

Namun demikian Mariana yakin bisnis pada akhirnya akan pulih. "Di sinilah Yesus dilahirkan. Saya yakin turis akan kembali ke Betlehem tetapi perlu waktu. Kami menunggu seluruh dunia untuk memulai kembali," katanya.

Sumber:BBC, DW
Share:
Komentar

Berita Terkini