Pedagang Pasar Ikan Lama Bertahan di Masa Pandemi

armen
Sabtu, 31 Oktober 2020 - 18:45
kali dibaca




Mediaapakabar.com-
Pasar atau Pajak Ikan Lama. Ya, begitulah masyarakat Kota Medan menyebutnya. Namun, bukan berarti pasar ini menjual ikan. Tapi dikenal sebagai sentra grosir tekstil yang menjual berbagai macam jenis pakaian mulai dari baju, celana, kebaya, batik, jilbab, mukena, dan berbagai macam perlengkapan haji maupun umrah. 

Pasar ini terletak di Jalan Stasiun Kereta Api Medan atau berdekatan dengan jalan Ahmad Yani Medan. Di sana, juga menyediakan berbagau produk dari Arab Saudi, seperti Kurma, air zam-zam dan lainnya. 

Maka itu, tak heran jika pembeli di pasar ini tidak hanya berasal dari Kota Medan, melainkan juga dari luar kota Medan hingga mancanegara yang berkunjung. Bahkan, Pasar Ikan Lama pun sudah sangat terkenal bagi wisatawan lokal. 

Bahkan, wisatawan asing seperti dari Malaysia dan Singapura pun cukup mengenal pasar ini sebagai sentra produk pakaian dengan harga yang sangat kompetitif. 

Namun, sejak wabah Covid-19 turut melanda Kota Medan, pasar ini cenderung sepi pengunjung. Sebagian pedagang pun pada awal masa pandemi di pertengahan bulan Maret hingga Mei 2020 banyak yang tidak beroperasi dan ada juga yang merumahkan sebagian pekerjanya. 

"Sejak pandemi, kami memang mengalami penurunan daya beli sekitar 75 persen. Sedikit sekali pembeli yang datang. Pendapatan pun menurun drastis dari yang sebelum covid, per hari bisa memperoleh sekitar Rp20 juta, namun sekarang mendapatkan keuntungan Rp5 juta saja sangat berat," kata Ainul, pekerja di toko Jilbab Haji Syahrul ini. 

Selama bekerja 6 tahun di toko tersebut, Ainul mengaku, masa pandemi bener-bener memberikan dampak yang luar biasa. Toko ini saja sudah berdiri sejak tahun 1968 dan biasanya memang selalu ramai pembeli. 

Bahkan, pedagang dari luar kota Medan pun banyak mengambil barang dari toko jilbab itu untuk dijual kembali di luar kota. 

"Apalagi, masa PSBB di Jakarta kemarin. Kami mengambil barang dari Jakarta, jadi  ketika diberlakukan PSBB, penjualan mengalami penurunan yang luar biasa. Meski begitu, Alhamdulillah masih ada belasan pembeli yang berkunjung setiap harinya," ungkap Ainul. 

Diakuinya, selama pandemi, pihaknya juga memberlakukan protokol kesehatan dengan menyediakan air dan sabun untuk cuci tangan di depan jalan menuju toko, memakai masker dan handsanitizer. 

Ainul berharap, Corona bisa segera berakhir agar perekonomian Kota Medan berangsur pulih dan pedagang bisa berjualan seperti biasanya. 

Hal yang sama juga diakui Titi Ritonga, pedagang yang menjual baju muslim pria (baju koko) serta perlengkapan Haji dan Umrah. 

Menurutnya, banyak sekali pengaruh sejak wabah Covid-19. Penjualannya saja menurun hingga 80 persen dibandingkan sebelum masa pandemi terjadi. 

"Penjualan cukup banyak ketika menjelang Lebaran Idul Fitri lalu, namun setelah itu sepi kembali," ujarnya. 

Untuk keuntungan saja, sebelumnya per hari bisa mendapatkan sekitar Rp5 sampai Rp10 juta. Tapi kini "buka dasar" aja cenderung sulit. 

"Hal itu kami alami beberapa bulan lalu. Saat ini, penjualan berangsur pulih dan permintaan dari masyarakat pun mulai banyak karena sejumlah siswa pesantren sudah beraktivitas kembali sehingga permintaan baju koko juga mulai banyak," katanya. 

Diakui Titi, untuk perlengkapan Haji dan Umrah belum ada permintaan karena jadwalnya juga ditunda. 

"Kami berharap keadaan bisa normal kembali, walaupun belum seperti hari biasanya," ujarnya. 

Pajak Ikan Lama memang menjadi tempat alternatif banyak orang mencari pakaian. Apalagi banyak grosir sehingga pengunjung bisa membeli dengan harga yang lebih murah. (panca) 



Share:
Komentar

Berita Terkini