Maimun Faundation Fokus Lakukan Pembinaan di Masa Pandemi

armen
Kamis, 29 Oktober 2020 - 10:59
kali dibaca

Mediaapakabar.com-
Di masa Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung selama delapan bulan ini tak membuat Handerman V Gea, salah satu penggagas Yayasan Masyarakat Indonesia Membangun (Maimun Foundation) gentar dan terus melakukan pembinaan di LPKA Kelas 1 Medan.

Sejak dua tahun lalu Maimun Foundation hadir untuk menyentuh hati anak-anak didik di tempat tersebut dan merasakan masih banyak masyarakat dari luar tembok yang masih peduli serta mau berbagi dengan mereka di tempat ini meski mereka harus bertahan melalui hari-hari yang cukup lama tanpa kedua orang tua yang selalu ada disisi mereka.

"Adanya yayasan ini dengan kepedulian yang kami lakukan membuat mereka merasakan arti kasih sayang dari orang-orang disekitar," kata Handerman yang juga selaku Ketua Maimun Foundation.

Handerman mengaku, adapun yang perlu digaris bawahi di dalam lapas adalah dengan mengubah stigma. Dulu, disebut narapidana, namun sekarang warga binaan pemasyarakatan (WBP). Hal itu berarti jika sudah WBP, maka ada pembinaan yang dilakukan.

Fungsi berjalannya pemasyarakat ada tiga pilar, yakni petugas itu sendiri, keluarga dan masyarakat. "Yang kami pegang adalah pilar ketiga yakni masyarakat. Apa yang dilakukan elemen masyarakat, adalah bisa dalam bentuk organisasi, partisipasi, teman-teman media juga bisa mendukung program pembinaan. Hal yang dilakukan yaitu, pembinaan serta pelatihan keterampilan kerja bagi narapidana, pembinaan religi, pembinaan olahraga," ujarnya.

Selain itu hadirnya Maimun Foundation, cakupannya pegawai juga memberikan pembinaan. Ada pembinaan keagamaan, kegiatan hidroponik di rutan perempuan serta pembinaan kesehatan.

"Yang paling membuat saya tergerak ada banyak narapidana ketika masuk lapas justru tidak memiliki keluarga, bahkan ada juga yang tidak diakui keluarga, ada statusnya anak hilang, anak terlantar dan lainnya. Bahkan, ketika mereka mau menjemput haknya ketika mau bebas harus ada PB, sedangkan PB itu tak bisa diambil haknya jika tak ada penjamin. Disinilah kami hadir bagi mereka," ungkapnya.

Handerman beserta penggagas lainnya, Budi Argap Situngkir, Suheditan dan Yudha Prawira berharap hadirnya Maimun Foundation bisa memberikan jaminan bagi mereka, sebagai pendamping atau pun menggantikan orang tua mereka.

Orientasi dalam pergerakan pihaknya adalah menanamkan nilai moral, bahwa di dalam lapas mereka dianggap seperti keluarga meski statusnya adalah narapidana. Yang menjadi pembeda adalah, mereka ketika di dalam terikat dengan masalah dan diluar menjalani kehidupan sehari-hari.

Hal yang perlu diingat, kehidupan mereka di dalam lapas, juga sama dengan kehidupan kita di luar. "Saat ini, ada sekitar 160 orang yang sedang menjalani program asimilasi di dalam lapas, namun belum bisa dibawa keluar karena pandemi Covid-19," katanya.

Handerman mengungkapkan, begitu banyak tantangan bagi pihaknya dalam melakukan pendampingan. Apalagi, banyak instansi belum memberikan dukungan baik materi maupun moril dan pandangan instansi juga belum terbuka bahwa di dalam lapas itu ada masyarakat. Bahkan, ketika mereka bebas, justru mereka putus harapan

"Disinilah kami hadir sekedar membaktikan diri, tenaga pikiran serta apa yang kami punya. Meski sangat terbatas, sering muncul pertanyaan dari narapidana, saya mau bebas tapi setelah itu saya mau kemana. Sementara dibalik nama mereka ada stigma mantan napi, dan kami berharap stigma ini jangan berkelanjutan," ungkapnya.

Selama dua tahun berdiri, satu tahun adalah tahap pengembangan. Dan, ketika pihaknya akan berkembang, di awal bulan Desember sudah merasakan dampak dan program juga terhadap karena Covid-19.

"Selama beberapa bulan masa pandemi ini, kami tetap melakukan pembinaan secara virtual, atau jika kegiatan tatap muka, dengan menjaga jarak dan mengikuti protokol kesehatan. Selain itu, kami juga melakukan pendampingan hukum dan memang belum efektif juga karena sidang juga dilakukan secara virtual. Kami pun berharap, setelah pandemi Covid-19 ini, kami bisa mendirikan rumah singgah yang nantinya dapat digunakan mereka untuk latihan pangkas, belajar belajar berbengkel, dan jika mereka tidak memiliki tempat tinggal bisa bernaung di rumah singgah tersebut," jelasnya.

Handerman juga memiliki harapan kepada pemerintah agar bisa berkunjung ke lapas. Banyak narapidana yang hidupnya berkekurangan, baik untuk kebutuhan sehari-hari, dukungan identitas dan lainnya.

"Kami pun ingin pemerintah bisa memberikan peluang bagi mereka agar dapat membantu nantinya ketika mereka bebas," katanya.(dn)

Share:
Komentar

Berita Terkini