Dalam pertemuan tersebut, Wagub
membuka pertanyaan seputar kehidupan pebecak motor bernama Subandi (70), warga Jalan
Starban, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan. Dirinya
mengaku tergugah setelah diperlihatkan rekaman video yang diunggah di sosial
media, dimana yang bersangkutan mengisi waktu luang menunggu penumpang dengan
mengaji (membaca Yasin dan Takhtim) di kawasan persimpangan Jalan Mongonsidi.
“Awalnya saya ditunjukkan video
beliau sedang mengaji. Makanya saya undang Bapak untuk datang kemari. Ingin
tahu bagaimana cerita keseharian bapak,” ujar Wagub didampingi Kabag Umum Biro
Umum dan Perlengkapan Setrdaprov Sumut Dedi Harahap.
Dari cerita Subandi yang memiliki
lima anak dan 14 cucu itu, Wagub mengetahui bahwa Subandi tidak mengetahui
kenapa dijemput dan diajak bertemu di rumah dinas. Bahkan dirinya tidak
memberitahukan sebelumnya maksud dan tujuan tersebut atau merahasiakan dari si
Bapak.
Selain itu, Wagub juga mengetahui
bahwa pebecak itu juga rajin mengikuti pengajian rutin bersama rekan yang lain
di beberapa masjid di Kota Medan. Mengetahui itu, dirinya langsung merespons
dengan menyampaikan niat untuk berkunjung ke rumah ibadah dimaksud untuk
melihat kegiatan di sana.
“Nanti saya akan berkunjung ke sana,
saya mau lihat. Semoga semua sehat dan diberi rezeki oleh Allah SWT,” kata Musa
Rajekshah yang akrab disapa Ijeck.
Ijeck yang juga didampingi anak
sulungnya Musa Arjianshah (Arji), mengaku tergugah dengan kisah Subandi yang
kesehariannya menarik becak dengan penghasilan rata-rata Rp50.000/hari. Baginya
usia tua dan kondisi ekonomi yang pas-pasan, menjadi satu refleksi diri, dimana
seorang hamba Allah tetap menyempatkan diri beribadah mengaji di sela aktivitas
mencari nafkah.
“Ini menjadi pelajaran untuk kita,
karena beliau (Subandi) dan yang lainnya yang hidupnya mungkin tidak
seberuntung kita, masih menunjukkan ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Bagaimana dengan kita yang hidup berkecukupan, harusnya lebih banyak bersyukur
dan beribadah. Agama apapun itu, jangan lupa mensyukuri nikmat yang diberikan
Tuhan kepada kita,” sebut Wagub.
Usai bercengkrama, Wagub pun
mengantarkan kepulangan Subandi hingga ke halaman rumah dinas. Baginya, menjadi
insan yang takwa, tidak harus menunggu waktu. Tetapi setiap saat, seorang hamba
harus menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. “Nanti saya datang
ke sana ya pak, kita atur waktunya,” ujar Wagub yang kemudian memberikan
bantuan kepada Subandi.
Diterima dengan baik oleh Wagub di
rumah dinas, Subandi pun terharu dan tidak menyangka pimpinan pemerintahan di
Sumut langsung mengundangnya untuk hadir. Ia yang tinggal berdua bersama istri,
bahkan tidak pernah membayangkan dan bermimpi bisa bertemu Wagub Musa
Rajekshah. Termasuk pada Pilgub 2018 lalu, ia lupa nama pasangan Eramas yang
tertera di tenda becaknya. “Ya ini lah (yang saya pilih), Bapak ini,” kata
Subandi yang lupa menyebutkan nama Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah.
Subandi pun mengaku kesehariannya,
terkadang ia melakukan kerja sampingan dengan menjaga parkir. Selama 10 tahun
menarik becak ia lakukan, empat tahun pertama masih becak dayung. Karena sudah
dilarang, maka ia beranikan menyicil betor agar tetap bisa mencari nafkah.
Sedangkan untuk pengajian, dirinya mengaku sudah 6 tahun mengikutinya dengan
rutin dari beberapa masjid di antaranya Masjid Takwa Starban dan Masjid
Al-Jihad Jalan Abdullah Lubis.
“Saya senang sekali bisa bertemu
Bapak ini (Wagub). Mimpi pun saya tidak. Karena kemarin itu becak saya sempat
jim (rusak). Jadi ada orang yang datang terus dibawa ke bengkel, saya tidak
tahu siapa. Ini sekarang sudah bagus, sudah bisa narik. Terima kasih kepada
Bapak (Wagub), semoga sehat dan murah rezeki,” ucapnya, sambil berpamitan
kepada Wagub.(dn)