Ucapan duka cita dokter meninggal (Foto: istimewa) |
Menurut Humas IDI, Halik Malik, seluruh dokter tersebut meninggal dunia ketika bertugas menangani pasien selama pandemi yang tengah berjalan di bulan ke lima.
Halik mengatakan, ada berbagai sebab yang melatarbelakangi tingginya kematian dokter yang berhubungan dengan Covid-19 di Indonesia. Di antaranya adalah minimnya alat perlindungan diri (APD), tidak ada screening pasien, dan alur layanan untuk Covid-19 di rumah sakit (RS) yang tidak dibedakan. Kemudian, sistem kesehatan seperti deteksi, isolasi, dan terapi di Indonesia juga tidak memadai.
“Selain itu, ada pula faktor risiko kerentanan lain seperti seperti usia dan penyakit komorbid lainnya,” terangnya kepada Suara Pembaruan, Minggu (2/8/2020).
PB IDI, lanjutnya, sudah membentuk tim audit untuk mendalami dan menelusuri lebih jauh terkait kematian dokter sepanjang pandemi Covid-19. PB IDI juga turut mengadvokasi adanya jaminan keselamatan dan perlindungan kepada dokter yang bertugas di masa pandemi ini.
“Adanya jaminan keselamatan bagi petugas misalnya pengaturan shift atau jam kerja yang tidak berlebihan, APD yang standar, insentif tambahan, dukungan akomodasi dan transportasi, dan screening berkala,” terangnya.
Menurut Halik, screening ketat di setiap fasilitas kesehatan dan penetapan RS khusus Covid-19 juga diyakini mampu menekan angka kejadian infeksi silang antara petugas dan pasien di RS.
“Pemerintah perlu membuka akses RT PCR atau swab test ke semua RS untuk kepentingan screening petugas secara berkala,” tuturnya.
Sumber: BeritaSatu.com