Pompeo: Bukti Sangat Besar COVID-19 dari Laboratorium China

armen
Senin, 04 Mei 2020 - 08:55
kali dibaca



Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Richard Pompeo. Foto/REUTERS
Mediaapakabar.com-Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Michael Richard Pompeo, mengklaim ada bukti yang sangat besar wabah virus corona baru (COVID-19) berasal dari laboratorium China. Namun, dia tidak membeberkan bukti atas klaimnya itu.

Klaim Pompeo—yang dibuat dalam wawancara dengan ABC This Week—mewakili peningkatan retorika perseteruan Washington terhadap Beijing. Dia sebelumnya mengatakan AS sedang mencari kemungkinan virus itu berasal dari laboratorium di Wuhan, China.

"Ada bukti sangat besar bahwa di situlah ini dimulai," katanya. "Saya dapat memberi tahu Anda bahwa ada sejumlah besar bukti bahwa ini berasal dari laboratorium di Wuhan," katanya lagi, yang dilansir Senin (4/5/2020).

Pada satu titik, Menlu Amerika ini terlihat bingung apakah dia mengklaim virus Sars-CoV-2 (yang menyebabkan penyakit COVID-19) sengaja direkayasa atau melarikan diri akibat kecelakaan laboratorium.

"Dengar, para ahli terbaik sejauh ini berpikir itu buatan manusia. Saya tidak punya alasan untuk tidak mempercayai hal itu pada saat ini," ujar bekas direktur CIA ini.

Tetapi ketika dia diingatkan bahwa intelijen AS telah mengeluarkan pernyataan resmi yang mencatat sebaliknya—bahwa konsensus ilmiah adalah virus itu tidak dibuat oleh manusia atau dimodifikasi secara genetik—Pompeo menjawab; "Itu benar. Saya setuju dengan itu."

Pada hari yang sama, Pompeo mengatakan kepada pewawancara radio; “Kami tidak tahu apakah itu berasal dari Institut Virologi Wuhan. Kami tidak tahu apakah itu berasal dari pasar basah atau tempat lain. Kami tidak tahu jawaban itu.

Hingga Minggu sore, menurut para peneliti di Universitas Johns Hopkins, AS telah mengonfirmasi 1.134.507 kasus virus corona baru dan lebih dari 66.000 kematian. Di seluruh dunia, ada hampir 3,5 juta kasus dikonfirmasi dan lebih dari 245.000 orang telah meninggal.

Diserang oleh kritik terhadap tanggapannya atas wabah dan manajemen krisis kesehatan masyarakat yang terjadi, administrasi Trump berusaha untuk memfokuskan kesalahan pada China.

Sebagian besar ahli epidemiologi mengatakan bahwa walaupun dimungkinkan wabah dimulai di Institut Virologi Wuhan, di mana coronavirus telah dipelajari secara intensif, itu adalah skenario yang jauh lebih kecil daripada teori yang ditularkan secara alami dari kelelawar melalui hewan perantara, bermutasi sepanjang cara untuk menjadi berbahaya bagi manusia.

Pada hari Selasa, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley, mengatakan "bobot bukti" menunjuk pada transmisi alami tetapi tidak konklusif.

Beijing telah menolak anggapan bahwa virus itu bisa lolos dari laboratorium. Namun pihak berwenang China belum mengizinkan para pakar asing, termasuk para penyelidik dari Organisasi Kesehatan Dunia, untuk ikut serta dalam penyelidikan asal-usul virus tersebut. Mereka juga tidak berbagi sampel yang diambil dari hewan liar di pasar ternak Wuhan di mana mereka mengklaim wabah dimulai.

Pada tahun 2018, para diplomat dan ilmuwan AS mengemukakan kekhawatiran dalam kabel-kabel diplomatik Departemen Luar Negeri tentang standar keselamatan dan Institut Virologi Wuhan.

Analisis dari 41 pasien pertama COVID-19 dalam jurnal medis Lancet menemukan bahwa 27 memiliki paparan langsung ke pasar Wuhan. (Sindonews.com)
Share:
Komentar

Berita Terkini