Gawat! F-35 Kehabisan Onderdil Buatan Turki

armen
Jumat, 15 Mei 2020 - 10:16
kali dibaca



Mediaapakabar.com-Ankara dikeluarkan dari program pesawat tempur F-35 pada Juli 2019 setelah menolak menyerah pada sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia. Pentagon mengklaim S-400 tidak kompatibel dengan standar pertahanan udara NATO dan mengatakan itu merupakan potensi ancaman yang tidak ditentukan untuk F-35.

Tindakan tersebut akhirnya berdampak pada program pembangunan F-35 Lightning II yang dibangun Lockheed Martin. Breaking Defense melaporkan, mengutip laporan baru oleh Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) menyebutkan sebanyak 15 komponen kunci untuk F-35 yang diproduksi di Turki saat ini tidak diproduksi pada tingkat produksi yang dibutuhkan.
Pada saat yang sama, GAO melaporkan bahwa Lockheed harus berjuang untuk menemukan pemasok baru dari 1.005 komponen berbeda yang sebelumnya dibuat oleh kontraktor pertahanan Turki.
Keputusan Turki untuk membeli S-400 buatan Rusia membuat Washington menghentikan pengiriman F-35 ke negara itu, dan mengancam negara sekutu itu dengan sanksi. Para pejabat Amerika juga mengindikasikan bahwa Turki tidak akan mendapatkan akses ke sistem rudal Patriot selama S-400 dikerahkan di negara itu.
Minggu ini, perwakilan khusus Amerika untuk keterlibatan Suriah James Jeffrey mengatakan masalah S-400 adalah hambatan terbesar bagi hubungan normalisasi antara Washington dan Ankara.
Hambatan produksi yang disebabkan oleh penghentian pengiriman suku cadang Turki semakin diperparah oleh kenyataan bahwa kontraktor telah mengembangkan kebiasaan terlambat dengan pengiriman suku cadang, kata GAO.
Menurut Badan Manajemen Kontrak Pertahanan, agen Pentagon yang bertanggung jawab untuk mengelola kontrak, antara Agustus 2017 dan Juli 2019, jumlah suku cadang yang dikirim terlambat meningkat dari di bawah 2.000 menjadi lebih dari 10.000  dengan sekitar 60 persen kekurangan suku cadang  disebabkan 20 pemasok.
Masalah lain, GAO mencatat, adalah bahwa hanya sekitar 30 persen dari praktik kerja manufaktur yang digariskan oleh pengawas memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan, dengan 500 lebih  pesawat sudah dikirim ke angkatan bersenjata gagal memenuhi standar keandalan dan perawatan.
“Meskipun kontraktor mengubah proses pembuatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan efisiensi, masih banyak yang harus dilakukan. Kecuali kantor program mengevaluasi risiko tidak memenuhi praktik-praktik ini, militer dan mitra internasional berisiko tidak menerima pesawat berkualitas yang mereka beli, ”GAO menyimpulkan.
Dengan perkiraan biaya seumur hidup US$ 1,6 triliun, program F-35 dengan merupakan proyek senjata paling mahal dalam sejarah manusia, dan sangat kontroversial.(Jejaktapak)
Share:
Komentar

Berita Terkini