Ekonom Sumut: Belajar Online Tidak Efektif

Media Apakabar.com
Senin, 06 April 2020 - 18:15
kali dibaca
Ekonom Sumatra Utara,Gunawan Benjamin
Mediaapakabar.com-Sejak covid 19 menyerang, model belajar lansung berubah, dari yang sebelumnya dilakukan dengan tatap muka saat ini dilakukan dalam jaringan menggunakan sejumlah aplikasi yang mendukung terciptanya pembelajaran antara guru dengan murid atau dosen dengan mahasiswa. Model belajar seperti ini tentunya “canggung” buat mahasiswa dan dosen, meksipun ini adalah model pembelajaran baru akibat wabah corona, ungkap Ekonom Sumatra Utara, Gunawan Benjamin di Medan, Senin (6/4/2020).

Gunawan menambahkan, dari hasil pantauan saya, banyak mahasiswa yang menilai bahwa belajar online ini memiliki sisi positif. Semua mahasiswa sepakat bahwa belajar online membuat interaksi mereka dengan orang lain menjadi berkurang. Rasa was- was keluarga mahasiswa berkurang seiring dengan merebaknya covid 19 sejauh ini. Keuntungan lainnya, mahasiswa dapat melakukan belajar setiap waktu, kapanpun dimanapun dengan catatan selama terdapat jaringan telekomunikasi, katanya.

Nah, belajar online pada dasarnya juga menghemat pengeluaran mahasiswa. Dari sisi pengeluaran biaya hidup seperti kos, makan/minum (konsumsi), hingga transportasi dan fleksibilitas waktu. Begitulah beberapa keuntungan yang dinilai bagi mahasiswa selama belajar online. Meskipun tetap ada sisi negatif yang menjadi masalah bagi mahasiswa. Mulai dari banyaknya tugas, infrastruktur jaringan yang terbatas hingga masalah kehadiran yang diskriminatif.

"Mahasiswa menilai, program belajar online ini cenderung lebih banyak memberikan tugas dibandingkan pembelajaran. Mahasiswa menilai bahwa belajar online ini lebih mirip menjadi “tugas online”. Karena dosen cenderung memberikan banyak tugas dibandingkan dengan penjelasan materi yang diajarkan. Selain itu, mahasiswa yang tinggal di wilayah luar dengan jaringan telekomunikasi seadanya atau bahkan buruk membuat mereka kesulitan untuk mengikuti belajar dengan cara online," ujarnya.

Gunawan menyebutkan, salah satu mahasiswi saya, di kabupaten labuhan batu utara menyatakan bahwa untuk bisa mengikuti belajar online, dia harus menuju tempat yang dapat sinyal telepon dengan kualitas jaringan 4G. Dia harus menempuh waktu 30 menit untuk bergerak ke tempat yang banyak sinyal teleponnya. Dan tidak jarang dia harus stay (menetap) disalah satu tempat seperti WARNET (warung internet) seharian, jelasnya.

Katanya, hal ini dilakukan mengingat dosen bisa saja memberikan materi atau tugas secara dadakan. Dan ini membuat mahasiswa memilih untuk menunggu (standby) sampai benar-benar pelajaran usai. Ketersediaan infrastruktur ini juga dialamai mahasiswa yang lain dikarenakan pemadaman listrik yang sering terjadi di wilayahnya.

Setiap pemadaman listrik, maka jaringan telepon akan hilang. Sekitar 15 menit setelah listrik hidup, jaringan telepon baru bisa didapatkan. Nah dimasa jeda tersebut, belajar online tengah dilakukan. Dan alhasil bukan karena tidak mau ikut kuliah online, namun karena terkendala infrastruktur yang tidak merata di setiap wilayah di Sumatera Utara, mahasiswa dinilai tidak menghadiri perkuliahan.

Bagi mahasiswa yang juga bekerja, belajar dengan cara online juga membuat pekerjaan mereka terganggu. Tidak sedikit yang mengeluhkan jam belajar online itu bertabrakan dengan jam waktu kerja. Selanjutnya yang membuat mahasiswa mengeluh adalah, perkuliahan di lakukan secara video conference.

Selain membutuhkan sinyal telepon yang kuat. Video conference juga tidak bisa dilakukan dengan kualitas jaringan yang seadanya. Banyak mahasiswa yang menilai kebijakan ini membuat mereka sering dinilai tidak mengikuti perkuliahan. Pertimbangan lainnya adalah, video conference ini membuat beberapa privasi mahasiswa terganggu. Misal mahasiswa yang bekerja, merasa risih kalau harus melakukan tatap muka dengan video. Karena akan memperlihatkan aktifitas mahasiswa saat itu.

Tidak sedikit yang mengeluhkan bahwa belajar online membuat mahasiswa harus mengeluarkan biaya paket data yang tidak sedikit. Dan tidak jarang pula harus meminta kepada orang tuanya untuk membelikan HP baru yang bisa mendukung kegiatan belajar online tersebut.

Secara keseluruhan, semua mahasiswa berpendapat bahwa belajar online ini tidak efektif. Selain, materi yang disampaikan belum tentu bisa diterima dengan baik oleh mahasiswa. Pelimpahan tugas yang banyak, keterbatasan infrastruktur jaringan, hingga masalah biaya menjadi salah satu keluhan yang diutarakan sejauh ini, pungkas Gunawan.(abi)
Share:
Komentar

Berita Terkini