Foto: Social Distancing (AP/Aaron Favila) |
Permintaan jaga jarak ini bukan main-main, dengan terpisah
1,5 meter kamu bisa menyelamatkan nyawa kamu bahkan nyawa orang-orang yang ada
di sekitar kamu. Mengingat virus corona covid-19 tersebar lewat droplets atau
cairan yang bisa menjangkau sampai 1,5 meter.Kalau tak percaya bahwa social
distancing itu penting, tengoklah sejarah pandemi yang pernah melanda bumi ini.
Melansir BBC, social distancing memang senjata ampuh untuk
melawan covid-19 saat ini.Bukan pertama kalinya dunai diserang pandemi seperti
ini. Dulu, saat perang dunia pertama akan berakhir, dunia pernah dilanda flu
spanyol yang disebarkan oleh virus. Flu ini menjadi salah satu pandemi
mematikan di dunia sepanjang sejarah dengan angka kematian diperkirakan
mencapai 100 juta orang atau seperempat jumlah penduduk di dunia.
Ada alasan bagus mengapa jarak sosial menjadi strategi yang
sangat penting dalam mengendalikan pandemi Covid-19.Contoh kasusnya terjadi
pada 1918 ketika pandemi berlangsung, dan masyarakat masih abai. Seperti yang
terjadi di kota-kota besar Amerika Serikat yang justru melangsungkan parade di
jalan-jalan untuk mempromosikan obligasi mereka. Saat itu diketahu 600 tentara
sudah terinfeksi flu, namun pawai tetap diadakan.
Tapi, tidak dengan kota Saint Louis di Missouri. Saat itu
mereka memilih membatalkan gelaran pawai, dan mulai membatasi pertemuan publik.Alhasil
sebulan kemudian, 10.000 orang meninggal di Philadelpia terkena flu Spanyol.
Sementara jumlah kematian di Saint Louis akibat wabah tersebut tak sampai 700
jiwa.
Di sini tampak bahwa menjaga jarak dan membatasi pertemuan
publik di kala pandemi sangatlah penting. Data menunjukkan, kota kota yang
melarang adanya pertemuan publik, pementasan, bahkan menutup sekolah dan gereja
memiliki tingkat kematian yang rendah akibat pandemi.
“Jaga jarak social mengacu pada cara menciptakan penghalang
jarak fisik antara dua atau lebih orang sehingga penularan virus dapat dicegah
atau dihentikan,” kata Arindam Basu, profesor epidemiologi dan kesehatan
lingkungan di Universitas Canterbury, di Selandia Baru.
Kini hampir 100 tahun kemudian dunia kembali hadapi pandemi
yang mematikan, dengan hadirnya covid-19. Sebagai pengingat, saat ini populasi
penduduk dunia sudah mencapai 6 miliar lebih. Jauh lebih tinggi ketimbang 1918.
Saat ini, belum ditemukan vaksi atau obat yang efektif untuk
menyembuhkan pasien terinfeksi virus corona.“Dengan tidak adanya ini, taruhan
terbaik kami didasarkan pada pencegahan,” kata Basu.
Banyak negara di seluruh dunia sekarang mengalami
langkah-langkah berbeda dalam menegakkan jarak sosial untuk memperlambat
penyebaran Covid-19.
Diantaranya,
mengakhiri pertemuan massal, menutup ruang publik seperti pusat rekreasi, klub
hingga menutup sekolah dan di beberapa tempat ada penguncian total dengan
orang-orang yang dipaksa tinggal di dalam rumah.
Sementara isolasi diri adalah bentuk untuk menjaga jarak
sosial. Serta karantina bertujuan untuk mencegah orang yang terinfeksi atau
diketahui telah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi menularkan virus.
Setiap orang yang terinfeksi dengan virus corona
diperkirakan menularkannya pada rata-rata 2-3 orang lainnya pada tahap awal
wabah. Penularan ini diukur oleh ahli
epidemiologi menggunakan sesuatu yang dikenal sebagai angka reproduksi.
Sebagai perbandingan, influenza memiliki angka reproduksi
1,06-3,4 tergantung pada jenisnya. Flu Spanyol ditemukan memiliki jumlah
reproduksi sekitar 1,8 oleh satu penelitian.
Rhinovirus, yang merupakan salah satu penyebab flu biasa,
memiliki angka reproduksi 1,2-1,83.
Sebagian besar perkiraan untuk Covid-19 telah menempatkan angka
reproduksinya di antara 1,4-3,9.
Dalam satu bulan satu kasus dapat menyebabkan 244 kasus
lainnya dengan cara ini dan dalam dua bulan, ini meningkat menjadi 59.604.
Masa inkubasi
Waktu antara infeksi dan gejala muncul telah ditemukan sekitar
lima hari untuk Covid-19, meskipun dapat memakan waktu hingga 14 hari untuk
munculnya gejala, menurut penelitian di Cina.
Jika Anda terinfeksi, dan terus bersosialisasi seperti
biasa, kemungkinan Anda akan menularkan virus ke antara dua dan tiga teman atau
anggota keluarga, yang masing-masing kemudian dapat menginfeksi 2-3 orang lebih
lanjut.
Bahayanya, virus juga dianggap dapat menyebar dari orang
yang telah terinfeksi tetapi belum menunjukkan gejala apa pun. Satu studi oleh Lauren Ancel Meyers di
University of Texas di Austin memperkirakan bahwa transmisi diam-diam ini dapat
terjadi pada 10% kasus. Diperkirakan
1-3% orang yang terserang penyakit akan tampak tanpa gejala.
Sudah ada beberapa bukti bahwa tinggal di rumah, dan menjaga
jarak yang aman dari yang lain, dapat memperlambat penyebaran dan menghentikan
efek domino ini. Penelitian yang
mengamati infeksi di Wuhan menunjukkan bahwa pengenalan tindakan kontrol skala
besar membuat jumlah reproduksi di kota turun dari 2,35 menjadi hampir satu.
Salah satu tujuan utama dari social distancing adalah untuk
meratakan kurva yang berarti menunda penyebaran virus sehingga menjangkau orang
lebih lambat terkena virus.
Usia populasi, serta cara orang hidup dalam masyarakat,
memiliki dampak besar pada bagaimana Covid-19 menyebar, menurut para peneliti
di Oxford University dan Nuffield College.
Jennifer Dowd dan rekan-rekannya melihat demografi dan
penyebaran penyakit di berbagai belahan dunia.
Di Italia, yang memiliki populasi yang lebih tua dan keluarga antar
generasi cenderung hidup lebih dekat bersama, virus Covid-19 telah merenggut
lebih banyak nyawa.
Itu karena tingkat kematian pada orang di atas 80
diperkirakan pada 14,8%, dibandingkan dengan 0,4% untuk mereka yang berusia
antara 40 dan 49, menurut penelitian mereka tentang kasus dan kematian hingga
13 Maret.
Kendati demikian, jarak sosial tidak selalu berarti
menghentikan semua kontak. Tidak seperti
pada tahun 1918, saat ini ada banyak cara bagi orang untuk tetap berhubungan
dengan orang yang dicintai. Teknologi
telah membawa kita media sosial, aplikasi pesan, dan panggilan video online.
Sumber : CNBCIndonesia