Siap-siap, Pakar Matematika UNS Prediksi Puncak Corona Pada Pertengahan Mei

armen
Rabu, 25 Maret 2020 - 14:52
kali dibaca




Pakar matematika Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sutanto. Foto/Dok. Humas UNS
Mediaapakabar.com-Pakar matematika Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo memprediksi puncak infeksi virus corona jenis baru, covid-19 di Indonesia diprediksi berlangsung hingga pertengahan Mei 2020 mendatang. Prediksi diambil berdasarkan data covid-19 di Indonesia pada 2-22 maret 2020.

Dosen Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alamat (FMIPA) UNS Solo, Sutanto mengemukakan, semenjak pandemik ditetapkan WHO mengenai Covid-19, terjadi perdebatan dua kubu ilmu, yakni pengetahuan ekonomi dan pengetahuan kedokteran. Karena itu, pemerintah Indonesia belum melakukan kebijakan lockdown seperti beberapa negara lain dengan berbagai pertimbangan.

Pertimbangan yang paling besar adalah faktor ekonomi, di mana ketika lockdown dilakukan, stabilitas perekonomian akan terganggu, pertumbuhan ekonomi akan melambat bahkan berhenti. Berbeda dengan harapan dari tim medis yang menghawatirkan ketika kebijakan penguncian total atau karantina tidak diambil, maka jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 akan terus membesar. Ditambah lagi dengan kapasitas rumah sakit dan pelayanan medis sangat terbatas. Maka dikhawatirkan tidak bisa melayani pasien dengan baik.

"Saat ini tingkat kematian pasien yang terinfeksi Covid-19 sudah cukup tinggi yaitu sekitar 8,4% bahkan sempat menyentuh angka 9%. Artinya orang yang sehat, hidup damai tiba-tiba terinfeksi tetapi yang bersangkutan tidak mengetahui kalau dirinya terjangkit Covid-19," kata Sutanto dalam rilis yang diterima, Rabu (25/3/2020).

Ketika yang bersangkutan menyadari, kondisinya terlambat karena gejala atau sakit yang dirasakan sudah parah sehingga meninggal. Sementara, ketika ia terinfeksi dan belum diketahui, maka penularan akan menyebar ke orang-orang yang sehat, dan ini yang cukup berbahaya. "Artinya hubungan antara tingkat kematian pasien yang tinggi dengan tingkat penyebaran menjadi berkorelasi sangat kuat," katanya.

Sutanto juga menjelaskan kondisi secara matematis dinamika populasi Covid-19 dengan model SIQR. Penjelasan model ini adalah Susceptible (S) digambarkan sebagai orang yang sehat yang rentan terinfeksi, Infected (I) sebagai individu yang terinfeksi, Quarantine (Q) sebagai proses karantina dan Recovery (R) adalah individu/kelompok yang telah sembuh dari covid-19.

Susceptible ini sangat dipengaruhi oleh laju kontak yang digambarkan dengan notasi Beta. Ketika Beta besar seiring dengan aktivitas bertemu, berkerumun dan even bersama, maka potensi orang menjadi Infected.

Ketika Infected (I) dilakukan Quarantine (Q) secara penuh, yang besarnya tergantung dari kemampuan negara masing-masing (Alpha), orang yang dikarantina tersebut juga mempunyai dua kemungkinan yaitu sembuh atau meninggal. Bagi yang sembuh (Recovery) yang dinotasikan sebagai "R" kemungkinan juga masih rentan atau tidak terhadap penyebaran virus kembali, tergantung tingkat imunitas masing-masing individu. Ketika individu tersebut mempunyai imunitas yang bagus maka potensi tertular kembali (Theta) bisa saja bernilai nol.

Dari hasil Model SIQR (Susceptible-Infected-Quarantie-Recovery) berupa sistem persamaan diferensial yang diselesaikan dengan Metode Numerik Runge-Kutta Order 4 dapat ditarik kesimpulan jika tidak ada perubahan dalam penanganan, diperkirakan puncak infeksi terjadi puncak pada pertengahan Mei 2020. Prediksi diambil berdasarkan data covid-19 di Indonesia mulai 2-22 maret 2020. Prediksi dilakukan selama 100 Hari (2 Maret–10 Juni 2020).

"Jika diterus-teruskan seperti ini maka jumlah yang terinfeksi puncaknya pada pertengahan bulan Mei ini dengan jumlah 2,5% dari seluruh populasi di masing-masing wilayah (penduduk Indonesia) terinfeksi. Selama prediksi 100 hari penyebaran virus akan menurun pada Juni tetapi tidak serta merta hilang," katanya.

Covid-19 bisa musnah dari Indonesia tapi tergantung pada 2 parameter yaitu Alpha dan Beta. Angka terinfeksi Covid-19 ini bisa saja turun drastis bahkan sampai hilang jika laju karantina (Alpha) semakin besar daripada laju kontak penderita ke Susceptible (Beta).

Ada 3 skenario yang bisa dilakukan, pertama adalah strategi kuadran I yaitu dengan menaikkan laju karantina dan mempertahankan laju kontak di bawah angka 0,9, maka virus akan hilang sebelum 10 juni 2020. Yang kedua, kalau Alpha dan Beta berada pada garis miring maka virus hilang pada 20 Juni 2020.

Namun jika laju kontak lebih besar daripada laju karantina, maka virus masih menginfeksi Indonesia.

Pemerintah harus segera melakukan rapid test untuk mengetahui individu yang terinfeksi dan yang sehat. Kemudian kelompok yang terinfeksi tersebut dipisahkan ke rumah sakit rujukan atau Wisma Atlet Kemayoran untuk kemudian diisolasi. Dan yang sehat dibatasi pergerakkannya, sehingga bisa memperbesar laju Alpha.

Kemudian langkah selanjutnya yaitu menekan orang yang masih sehat untuk tetap di rumah sehingga bisa menekan laju Beta. "Jika Beta sebesar 0,5, dalam simulasi ini, maka virus akan hilang sebelum 10 Juni 2020, jika tidak kita akan berada di kuadran II dan ini kondisi yang sangat berbahaya. Tidak perlu berdebat, kita harus bekerja dan segera pilih Kuadran I ini lebih cepat, ekonomi juga akan tetap baik, dunia medis juga tidak akan capek," katanya.

Sumber : Sindonews.com

Share:
Komentar

Berita Terkini