Rupiah jangan diintervensi terus menerus

Media Apakabar.com
Senin, 23 Maret 2020 - 12:14
kali dibaca

Mediaapakabar.com-Kinerja IHSG pada perdagangan sampai saat ini sempat dihentikan sementara pada pukul 14.52 WIB karena terpuruk 5%. Setelah dibuka kembali, IHSG memang mampu sedikit menguat dan ditutup melemah di level 3.987,51 atau melemah sekitar 4.94%. Pelemahan IHSG di sesi kedua ini berbeda dengan pergerakan dow futures yang justru mampu mengurangi kerugian. Disesi pagi Dow Futures yang sempat minus 5% membaik di sore hari dengan membukukan penurunan dikisaran 3%-an.

" Saat IHSG menjelang sesi penutupan, bursa di Eropa justru dibuka. Dan sayangnya kinerja indeks bursa di eropa dibuka kompak melemah yang berpotensi memicu terjadinya pelemahan lanjutan. Baik bursa di London, Perancis dan Jerman dibuka melemah dalam rentang penurunan 4.5% hingga 4.9%. Hal inilah yang membuat investor kuatir dan sangat berpeluang memicu terjadinya tekanan pada bursa di seluruh dunia termasuk HSG nantinya," jelas Ekonom Sumatra Utara, Gunawan Benjamin di Medan, Senin (23/3/2020) siang.

Katanya, Hal yang sama juga tejadi pada mata uang Rupiah. Rupiah yang selama sesi perdagangan sempat melemah hingga mencapai 17 ribu lebih per US Dolarnya. Di sesi perdagangan sore, Rupiah berbalik menguat dengan ditutup dikisaran 16.575 per US Dolar. Rentang harga Bid (pembelian) dan offer (penjualan) terpantau sangat lebar untuk mata uang Rupiah terhadap US Dolar pada perdagangan hari ini, ujar Gunawan.

Sejauh ini, sebut Gunawan, kinerja Rupiah tidak terlepas dari intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Yang mengakibatkan Rupiah di sore hari mampu bergerak dalam rentang 15.900 hingga 16.600. Namun saya melihat intervensi terhadap Rupiah ini tidak bisa dilakukan secara terus menerus. Kita membutuhkan cadangan devisa untuk memasok kebutuhan pangan masyarakat.

"Memang dengan intervensi Rupiah, mata uang garuda mampu melawan tekanan US Dolar. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan saat ini adalah fundamental ekonomi kita itu di gerogoti oleh penyebaran covid 19 yang sangat signifikan merusak fundamentalnya," paparnya.

Jadi disaat pemerintah mengumumkan jumlah kasus tambahan infeksi baru. Maka saat itu baik Rupiah dan IHSG akan berpeluang terkoreksi. Apalagi jika terjadi lompatan yang besar dari jumlah penderita corona tersebut. Semakin besar penambahan angka pasien positif corona, semakin besar tekanannya bagi pasar keuangan kita.

" Dan solusi tekanan Rupiah dan IHSG itu ada dibidang kesehatan, bukan di ekonomi. Tetapi ekonomi kita juga perlu dijaga dalam rentang angka yang ideal sehingga tidak berakibat fatal. Namun, intervensi yang dilakukan pemerintah saat ini harus terukur. Saya yakin selama urusan perut (kebutuhan pangan) kita terjaga. Dampak pelemahan Rupiah ini juga tidak akan memunculkan gejolak sosial yang besar," imbuh Gunawan.(abi)


Share:
Komentar

Berita Terkini